Bab 24. Marah

1.2K 133 0
                                    

Jia nampak tertawa lepas bermain dan bercanda dengan temannya. Tidak tahu apa yang akan dia dapat sebentar lagi.

"oh iya ji. Gimana lo udah jawab pertanyaan sungchan?"

"belum, gue masih bingung ra. Lo kan tahu gimana keluarga gue"

"kalau gue jadi lo sih, udah males sama mereka. Banyak aturan" ucap clara dengan santainya.

Jia yang mendengar ucapan temannya menahan amarah. Keluarga nya memang banyak mengatur tapi dia tahu, itu semua buat kebaikan jia juga.

Dia jadi kepikiran bundanya. Kalaupun dia nampak senang senang disini, sebenarnya hatinya gelisah perasaanya tidak enak.

"sekarang kita berenang yu, lo mau ga? Sekali kali ngerasain air kolam renang ji," ajak mira.

"emm ga dulu deh. Gue liatin aja, ga ikut turun"

"ah ga seru dong ji, lo ikut ke sini duduk doang ga ikut ngapa ngapain"

Jia yang di bilang begitu jadi kesel. Dengan ragu dia bilang.

"ck. Iyadeh gue ikut,"

Dan mereka bersorak dan setelahnya bersiap untuk mulai renang. Ternyata mira sudah menyiakan semuanya, jia kan pergi ga bawa apa apa.

Jia sudah siap dengan baju renang nya. Dia nampak ragu melihat air kolam, pikirannya bercabang. Haruskah dia masuk atau lebih memilih tidak memperdulikan ejekan mereka?

"ck. Gapapa kan? Lo udah besar ji,"

Jia nampak terus berpikir dia jadi ragu.

"ji ayo dong turun!! Ngapain diem di situ?!"

Jia melihat ke arah clara yang memanggilnya. Jia memejamkan matanya.

"gue bisa"

Baru aja dia mau turun tak lama tertarik kebelakang sampai sampai jia menabrak dada seseorang.

"pulang." ucapnya dengan nada datar dan dingin.

Jia berbalik mendongak melihat ke arah orang itu.

"a-abang" ucapnya gugup.

"pulang."

"gimana bisa abang tahu jia di sini?" tanya nya.

"saya bilang pulang." tekannya.

Teman teman jia nampak terdiam. Bahkan tadi sungchan dan jemi yang di depan pun nampak takut dengan jeno. Saat jeno memaksa masuk.

Dan setelahnya jeno seret jia buat pulang. Dengan masih berpakaian renang, jeno tidak perduli dengan itu.

Jia pasrah saja ditarik oleh abangnya. Dia menyamai langkah jeno dengan sesekali tersandung.

"a-abang maafin jia" ucap nya saat sudah duduk di mobil.

Jeno nampak diam dan segera menjalankan mobilnya untuk pulang.

Jia meremas tangannya. Pasti jeno marah, dia takut sampai rumah pasti ayahnya juga marah.

Sepanjang jalan tidak ada yang besuara. Jia yang bosan melihat takut takut pada jeno.

"abang"

Jeno tidak menjawab dan hanya fokus pada jalanan di depannya. Jia menghela nafasnya pasrah dan menyandarkan kepalanya pada kaca mobil dan melihat keluar jendela.

Mereka sudah sampai di rumah dan jeno turun membuka kan pintu untuk jia.

"turun."

Jia menurut dan keluar dari mobil, setelahnya mengikuti jeno masuk ke dalam rumah dengan kepala menunduk.

Saat baru saja membuka pintu suara sang ayah sudah terdengar olehnya.

"sudah berani melawan? Kamu ga sayang sama bunda?"

Renjun bersedekap dada berdiri di hadapan jia. Jeno dia pergi menemui istrinya yang berada di kamar orang tuanya.

"a-adek minta maaf yah" cicitnya.

Jia menunduk dalam dan merasa takut dengan ayahnya.

"bilang sama ayah. Kamu udah ga sayang sama bunda? Kamu udah ga betah sama semua larangan kita, iya?!" bentaknya.

Renjun semakin marah saat melihat jia berpakaian renang. Sudah sangat keterlaluan.

Jia terperanjat kaget mendengar bentakan ayahnya. Baru kali ini ayahnya marah sampai bentak bentak dirinya.

"Huang jia mee!! Jawab!!"

Jia yang takut dia terduduk menangis dan terus mengucapkan kata maaf pada ayahnya. Jia takut kenapa ayahnya berbeda sekali, dia seperti bukan ayah.

"jangan nangis. Bangun" tanpa basa basi lagi renjun menarik jia dan dia bawa ke kamarnya.


BRAK!


Renjun buka kasar pintu kamar jia sampai sampai haechan yang di kamar sebelah kaget dan ingin keluar ingin melihat ada keributan apa. Tapi jisung melarangnya. Jeno tidak memberi tahukan pada haechan masalah jia.

"kamu renungin kesalah kamu. Jangan keluar kamar sebelum ayah perintah kamu keluar kamar! " dan renjun kembali menutup pintunya keras dan dia pergi keluar rumah entah mau kemana.

Haechan yang melihat suaminya keluar dari kamar jia dan tampak marah ingin memanggil nya tapi renjun keburu turun tangga dan pergi.

"ayah kenapa kak? Kok kayak marah gitu?"

jisung melihat ke arah jeno. Dan jeno mengkode jangan kasih tahu bunda ucapnya. Dan jisung mengangguk.

"gaada apa apa bun. Mungkin lagi ada masalah kantor, sekarang bunda masuk lagi ya? Bunda istirahat dulu"

"tapi adek kamu mana kak?"

"ada kok di kamar,"

Setelahnya dia bawa haechan kembali ke dalam kamar. Bundanya nampak pucat.

Sedangkan jia nampak terisak sendirian di kamarnya. Dia menyesal sudah nekad kabur.

"bunda, jia minta maaf" isaknya.

Jia yang merasa mulai sesak pun mengambil Inhaler nya jia kocok terlebih dahulu dan segera menyemprotkan nya ke dalam mulutnya. Setelahnya dia berganti pakaian dan membaringkan badannya untuk istirahat.

Nyata nya perkataan dokter dulu saat jia baru saja lahir salah besar.

"lihat dia perempun, dan nampak cantik tidak berkurang suatu apapun. Selamat tuan dan nyonya, bayi nya sehat dan sempurna"

Jia mengidap asma yang baru di ketahui saat dia ber-umur satu tahun.

TBC.

Renhyuck family || S1&2 Where stories live. Discover now