Bab 34

645 63 0
                                    

"kenapa baru pulang? Ayah pikir kamu lupa arah jalan pulang mangkanya sedari tadi ga pulang-pulang" sindir renjun menatap datar jia yang hanya diam menunduk didepannya.

Posisi nya sekarang mereka tengah berada dipintu utama rumah dengan renjun yang berdiri disana dan bersedekap dada menatap jia.

"maaf yah jia salah"

Renjun terkekeh dan mengangguk. "jelas kamu salah jia mee, kamu ini anak gadis apa pantas baru pulang jam segini?"

"kamu tahu sekarang jam berapa?" lanjutnya bertanya.

Jia menggeleng karna memang tak tahu dan dia juga tak pakai jam tangan. Buat cek hp juga mana bisa jadi lebih baik diem.

"sekarang jam 11 malam dan kamu baru pulang" beritahunya dengan tenang tapi jia tahu ayahnya tengah menekan dalam emosinya.

Memang sekarang jam menunjukkan pukul 11 malam dan jia baru pulang dari rumah Nala untuk mengerjakan tugas sekolah sekaligus main.

Dia ambil kesempatan ini untuk bersenang-senang tanpa kekangan ayahnya lagi karna memang dua minggu ini dia merasa bebas karna ayahnya memperbolehkannya main dengan Nala keluar rumah.

Semenjak dimana Nala main kerumah, renjun membebaskan jia bermain keluar dengan perjanjian jia harus pulang sebelum makan malam atau jam lima sore kalau dihari sekolah.

Jia tentunya senang bahkan ayahnya mengatakan padanya kalau nanti akan membelikan motor seperti punya Nala untuknya. Karna jia terus memaksa dan meminta untuk dibelikan.

Dan hari ini sepertinya dia terlalu kesenangan dan menganggap ayahnya taakan marah karna renjun sudah membebaskannya.

Dia bermain sampai lupa waktu bahkan membuat semua orang khawatir.

Kembali ke jia...

"lebih baik sekarang kita masuk dulu mas, kamu juga pasti cape butuh istirahat begitupun jia. Jadi kita bahas nanti lagi ya? Sekarang masuk dulu" ucap haechan yang memang ada disana dan hanya diam sedari tadi.

Renjun menatap datar istrinya. "seharusnya kamu yang masuk, ngapain kamu disini? Sekarang masuk kamar dan lanjut tidur"

"urusan jia biar aku yang selesaikan"

"tapi mas-

"gaada tapi-tapian haechan! Saya bilang masuk ya masuk!" bentaknya karna sudah terlampau emosi.

Dia padahal sedari tadi mencoba menekan emosinya dan ingin berbicara tanpa bentakan tapi sepertinya semua orang tengah mengujinya sekarang.

Kepalanya rasanya pusing karna memang tak enak badan dan sekarang dia harus mendapati anak bungsunya main tak tahu waktu.

Haechan yang mendapatkan bentakan terdiam dan dia melihat wajah pucat suaminya itu. Dia tak marah atau merasa sakit karna dibentak hanya saja ini sudah malam dan dia tahu renjun sudah tak enak badan sedari pulang dari kantor.

Bahkan renjun awalnya sudah terlelap karna obat tapi kebangun karna mengingat jika jia taada dirumah.

Dan saat dia bangun istrinya bilang jia belum pulang kerumah. Membuat dia buru-buru mengambil handphone nya dan menghubungi orang suruhannya yang mengawasi jia dan menanyakan dimana posisi anaknya sekarang.

Saat sudah dapat dia turun kebawah dan menunggu jia didepan pintu utama.

"kenapa masih disini? Sana masuk." ucapnya saat haechan hanya diam.

Haechan menghela nafasnya dan lebih memilih mengalah untuk pergi dari sana meninggalkan mereka.

Renjun kembali berbalik menatap jia. Dia berbicara panjang lebar untuk menasehati jia mee.

"bukan karna ayah kasih kamu kebebasan kamu bisa seenaknya kayak sekarang, ayah bebasin kamu karna ayah tahu kamu semakin besar dan pastinya mau seperti remaja lainnya"

"ayah tahu kamu walaupun cuma diem nurut apa kata kita semua, ayah tahu kamu muak dan udah malas sama kita"

"tapi bisa kan jangan buat kita nyesel bebasin kamu? Kalau kamu gitu lagi jangan harap kamu bisa keluar rumah. Atau perlu kamu ayah ga sekolahin umum lagi"

"kamu mau?"

Jia menggeleng.

"kamu bisu gabisa jawab pertanyaan ayah?"

"jia gamau yah" balasnya dengan masih menunduk.

Renjun menghela nafasnya. "kamu lagi bicara sama ayah atau lantai jia mee?"

Jia dalam hati sudah mengerutu tidak jelas. Rasanya mau dia gimanapun kayaknya salah dimata ayahnya, tapi buat melawan pun tak bisa dia takutnya ayahnya mendiaminya lagi seperti waktu itu.

Jia tidak mau. Catat ini renjun dingin padanya itu sakitnya melebihi putus cinta, itu menurutnya.

Lebih baik dia diomeli seharian dari pada di diami seharian.

Dan akhirnya yang dia bisa lakukan hanya mendongak dan menatap ayahnya memelas, meminta maaf sekaligus merayu karna dia sudah cape dan pegal sedari tadi berdiri diluar rumah.

Renjun yang melihat itu malah semakin menatap datar bungsunya. Dia pikir dia bisa merayu renjun dengan tatapan seperti itu? Mohon maaf dia sekarang taakkan luluh hanya dengan begitu.

"sekarang masuk dan istirahat, besok ga usah sekolah dan ga usah keluar kamar"

"kok gitu?!"

"kamu berani bentak ayah?"

Jia mengumpati dirinya sendiri karna kelepasan bentak renjun.

"maaf ayah"

"masuk sana, handphone kamu sini. Dan satu lagi laptop kamu antar ke kamar ayah" ucapnya dan dia hampir aja lupa lagi soal laptop jia.

Jia pasrah dan memberikan handphone nya pada renjun setelahnya renjun masuk kedalam dan menyuruh jia menutup pintunya.

Jia menutup pintunya dan berbalik menatap punggung ayahnya, dia mengumpat karna sudah terlampaur kesal.

"sialan! Coba aja gue dengerin Nala buat ga ikut mereka pasti gue gaakan kemaleman" umpatnya dan menyalhi dirinya yang tidak mendengarkan ucapan Nala.

Satu fakta lain. Dia memang main dengan Nala tapi itu hanya sampai jam lima sore sesuai aturan sang ayah kalau hari sekolah, tapi diperjalanan pulang dia malah ketemu mira dan clara.

Nala sempat melarang untuk tidak ikut mereka tapi karna jia merasa senang mereka mau bicara dan katanya clara mau bicara sama dia jia lupa sama tujuannya buat pulang.

Dan Nala juga gabisa ikut karna mau ada acara dengan abangnya, mereka sama-sama lupa kasih kabar ke haechan dan berakhir seperti sekarang.

Jia lupa waktu karna kumpul lagi sama mira dan clara di rumah mira. Mereka ngobrol banyak hal dan clara meminta maaf dan minta buat jadi teman lagi.

Jadi sekarang mereka sudah berbaikkan tapi tetap saja dia sebal karna itu dia kena hukuman lagi dari ayahnya.



























TBC.

Renhyuck family || S1&2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang