Chapter 02: Bunga Lily

193 36 1
                                    

"BISAKAH kalian jelaskan kepadaku, siapa dia?"

Shane, Mike, dan Jeremy hanya bisa menghela napas secara bersamaan, sejujurnya tak ingin ikut campur dengan masalah baru yang baru saja Ren ciptakan. Mereka pun tak ingin menerima amarah Claude malam ini. Itu melelahkan.

"Aku sudah menjelaskannya kepadamu," Ren memberi jeda. "Dia adalah wanitaku. Aku membelinya dengan membarter jam tanganku."

"Apa maksudmu wanitamu? Dia hanya seorang pengemis yang bahkan tak kita ketahui asal-usulnya," ucap Claude. "Dan kalian bertiga, katakan sesuatu. Kenapa kalian diam saja? Apakah kalian juga ikut bertanggung jawab atas keberadaan wanita ini di sini?"

"Kami tak bertanggung jawab atas apapun, Claude," ujar Jeremy, pasrah. "Kau tau, Ren memang terkadang bodoh dan sering sesukanya saja."

"Benar. Dengar, Ren. Aku tau, terkadang kau ini bodoh, tapi jangan kau pikir pengemis seperti dia ini tidak berbahaya. Ada banyak intel di muka bumi ini yang menyamar sebagai pengemis, orang gila, dan semacamnya," kata Claude, menunjuk wanita tersebut.

"Hentikan," Ren memasang kancing piyama garis-garis yang baru saja dia kenakan. "Kau terlalu dramatis. Dia hanya seorang wanita jalanan yang dijual oleh dua orang pria. Aku hanya membantu mereka untuk mendapatkan uang secara instan."

Claude hanya memijit dahinya frustasi, lalu melemparkan pandangannya ke arah Shane, Mike, dan Jeremy. "Hei kalian, jangan diam saja. Apakah kalian setuju jika wanita ini tertangkap kamera paparazzi dan masuk berita besar yang akan menyeret nama band Paradise?"

"Kenapa kau malah marah kepada kami?" ucap Mike, tak terima. "Aku tak masalah perempuan itu di sini. Lagipula, dia manis."

Shane yang duduk tepat di sebelah Mike, lantas menyikut lengan pria tersebut, meminta Mike untuk segera menutup mulutnya sebelum Claude mengamuk. Kalian harus tau, pria itu berbahaya jika amarahnya menggelegak.

"Bagaimana denganmu, Shane?"

Shane terdiam sejenak. "Entahlah. Mungkin, dia bisa menjadi asisten rumah tangga atau semacamnya."

"Shane," Ren tersenyum tajam. "Aku tak membelinya untuk menjadi asisten rumah tangga. Jangan harap aku bisa menerima saranmu itu."

Claude yang semula duduk di atas sofa ruang tengah tersebut, lantas bangkit dari posisinya dan berjalan meninggalkan mereka. Sepertinya, pria itu terlalu lelah untuk membahas topik berat dan marah-marah selarut ini. Apalagi, hari ini cukup melelahkan karena konser mereka.

"Aku akan keluar negeri untuk memakai waktu liburku," kata Jeremy. "Terserah padamu, Ren. Yang pasti, jangan lakukan hal bodoh lainnya selagi kami tak ada."

"Dan jangan membuat kami khawatir," tambah Shane.

Shane, Jeremy, dan Mike pun bangun dari posisi mereka dan masuk ke kamar masing-masing. Tinggallah Ren dan gadis yang berpakaian compang-camping tersebut di ruangan ini.

Sebelum pergi, Mike berdiri di hadapan gadis itu, kemudian tersenyum manis. "Kau manis. Mungkin, kau hanya perlu riasan dan penampilan yang bersih."

Ren hanya bisa tersenyum kecut, lalu mendorong bokong Mike dengan kakinya untuk segera pergi dari sini. Ren tak terlalu peduli dengan emosi Claude malam ini. Setidaknya, Claude tak pernah marah kepadanya selama lebih dari sehari. Pria itu memang memiliki emosi yang meledak-ledak, tapi emosi itu selalu cepat reda. Yah, padahal, hari ini dia tak ingin membuat Claude marah.

"Jadi…" Ren menggantungkan ucapannya di langit-langit. "Siapa namamu?"

Gadis itu hanya diam, menunduk. Rambutnya panjang sepinggang, menutupi wajahnya dan membuat aura di sekelilingnya tampak semakin suram. Pakaian yang sudah melar dan sobek di bagian lengannya itu membuat Ren hanya bisa menghela napas prihatin.

Safest HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang