Chapter 25: Fakta yang Terungkap

83 21 2
                                    

ACARA piknik mereka berjalan lancar. Setidaknya, itulah yang Claude, Mike, Marie, dan para penjaga yang ikut serta ketahui. Tidak untuk Ren dan Lily yang didekap oleh perasaan bingung dan sedih akibat obrolan terakhir mereka. Setelah menggantungkan obrolan mereka, Ren pun segera kembali ke kerumunan teman-temannya yang sibuk berbagi makanan, meninggalkan Lily dengan ribuan kata yang ingin perempuan itu keluarkan. Namun, Lily tak bisa. Rasanya, penolakan Ren sudah lebih dari cukup untuk menamparnya dan memintanya untuk segera sadar. Lelaki itu sudah memberikan penolakan sehalus yang lelaki itu bisa berikan. Lalu, Lily tak sejahat itu untuk memaksakan perasaannya sendiri dan membuat Ren merasa tak nyaman.

Ren dan Lily pun tak berbicara sampai mereka kembali ke rumah dengan langit yang sudah gelap, dilahap oleh bulan dan jajaran bintang. Perempuan itu segera memasuki kamarnya dan tak membicarakan apapun. Bahkan kepada Mike sekalipun, salah satu orang yang menyadari perubahan perilaku Lily setelah mengobrol dengan Ren.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Mike ketika Ren mengambil posisi di sebelahnya, duduk di atas sofa ruang tengah sambil menonton televisi, meskipun Mike sedaritadi sibuk dengan ponselnya. Mungkin, televisi itu hanya sebagai figur pembantu agar ruangan itu tidak terasa terlalu sunyi.

"Maksudmu?" Ren bertanya balik, menyandarkan kepalanya ke kepala sofa.

"Kau dan Lily. Kalian semakin canggung," ujar Mike. "Apa yang sempat kalian bicarakan tadi?"

"Urus masalahmu sendiri."

"Ren, jika kau tak mau menerima perasaan Lily, setidaknya berikan alasan yang jelas. Jangan membuatnya bingung."

"Alasanku jelas. Aku tak mau dia terseret ke masalahku. Kehidupannya sudah berat. Dia hidup di atas kapal sepanjang hidupnya, menjadi salah satu dari para wanita yang akan dijual ke para pria bejat yang tajir," ujar Ren. Mike melebarkan kedua matanya. Dia tak pernah mengetahui masa lalu Lily sebelumnya. Dia juga tak pernah berani bertanya karena dia yakin, itu akan mengorek luka lama Lily. Bagaimanapun juga, Lily tampak seperti perempuan yang rapuh dan ringkih. Tanpa bertanya, Mike tau, masa lalu Lily berat. Namun, tetap saja, mendengar penjelasan itu secara tiba-tiba, tetap membuat Mike kaget. "Lalu, jika dia bersamaku, dia hanya akan ikut hancur bersamaku, Mike."

"Apa maksudmu hancur? Kau tak masalah jika dia bersama pria lain?"

"Dia lebih pantas bersama pria yang memiliki kehidupan benderang dan mampu menariknya dari lumut hisap yang berniat membuatnya tenggelam. Bukan bersamaku, orang yang sama-sama gelap sepertinya. Aku hanya akan menambah masalahnya dengan masalah milikku."

"Bagaimana denganku?" tanya Mike, menatap serius.

Ren mengernyitkan dahinya. "Apa?"

"Pria yang memiliki kehidupan benderang dan mampu menarik Lily dari lumut hisap itu… bagaimana jika pria itu adalah aku?" tanya Mike. "Kau yakin bisa membiarkannya?"

"Apa ini? Kau menyukai Lily?"

"Dia adalah sahabatku. Perempuan menyenangkan dan aku tak pernah bertemu dengan perempuan sebaik dirinya sebelumnya," ujar Mike. "Lalu, dia mencintaimu. Kau malah berniat untuk menyia-nyiakannya."

"Mike, kupikir kau tak mengerti dengan inti dari penjelasanku sedaritadi."

"Lily pernah bilang padaku, kalau yang berhak untuk memutuskan bertahan atau tidak adalah orang itu sendiri, bukan pasangannya yang merasa bersalah dan berniat kabur," Mike menatap tajam. Lelaki yang selalu bercanda itu kini menatap Ren dengan tatapan kesal, tampak seperti bukan Mike. "Kau berniat kabur?"

"Apa yang kau bicarakan?" Ren ikut memasang wajah serius. "Kau membuatku kesal."

"Aku tau, kau mencintai Lily," ucap Mike. "Perkelahian malam itu dan kau mencarinya meskipun basah kuyup karena hujan, aku tau. Kau menulis lagu baru mengenai Lily, aku tau. Aku hanya bingung, kenapa kau menyembunyikan perasaanmu."

"Cinta saja tak cukup. Kau tau itu, kan?" tanya Ren, tajam. "Kau pikir cinta saja cukup untuk membuat dua orang yang saling menyayangi bisa bersama?"

Mike terdiam.

"Aku berniat untuk mengakhiri hidupku," Ren menelan salivanya, menelan emosinya yang bercampur aduk menjadi satu. "Itulah alasan dari patahnya lenganku, seminggu yang lalu."

Mike terdiam, cukup lama. Lelaki itu cukup kaget. Dia tau, Ren memiliki masa lalu yang kelam dan hal itu membuatnya sering cek kesehatan mental dan minum obat tidur. Kali ini, apa alasan Ren? Keith? Keith Walters, nama yang tak asing lagi di telinga para personil band Paradise. Shane dan Jeremy juga tau siapa Keith. Pria yang pernah mengamuk dan menghempaskan tubuh Ren ke drum ketika mereka sedang ada di studio rekaman hanya karena Ren memilih untuk tidak datang ke acara keluarga Walters. Amarah yang tak pernah masuk akal.

"Berikan aku alasanmu," kata Mike, menghela napasnya. "Berikan aku alasan yang masuk akal dari niatmu untuk mengakhiri hidupmu."

Ren terdiam sejenak, sangat lama. Tak lama kemudian, bahu lelaki itu bergetar. Jemarinya ada di matanya, dia menutup matanya. "Fakta bahwa Naomi adalah ibu kandungku."

Mike melebarkan kedua matanya kaget. Dia bahkan lupa caranya bernapas untuk beberapa detik karena dia benar-benar merasa kaget. Sebagai orang yang sejak muda sekali bersama dengan Ren di sebuah band, hal ini benar-benar mengejutkan bagi Mike.

"Tidak mungkin."

"Aku adalah anak di luar pernikahan Naomi dan Keith. Anak dari Naomi dan pria lain."

Sekarang, Mike tau dan mengerti alasan Ren pergi ke Amerika untuk waktu yang cukup lama, beberapa bulan yang lalu. Dia berusaha mencari tau segala hal mengenai dirinya yang dia biarkan terkubur dan selama ini menjadi tanda tanya. Dia hanya sibuk bertanya-tanya mengenai kenapa ayah dan ibunya mengadopsinya dan kenapa Keith tak pernah menyukainya, tapi di waktu yang bersamaan, juga tak pernah membiarkannya pergi.

Ternyata, jawaban yang Ren cari selama ini ada di dekatnya. Istri dari pria yang selalu menyiksanya. Wanita yang selama ini disiksa secara batin oleh Keith dengan cara menyiksa Ren, anak kandung Naomi. Tak satupun bisa membayangkan perasaan Naomi, ketika wanita itu harus menyaksikan anaknya disiksa secara fisik dan batin oleh Keith, di sisi lain, Naomi tak bisa melakukan apapun. Keith menyakiti dua orang sekaligus. Dia menyakiti fisik Ren dan membiarkan Naomi ikut merasa tersakit karena Naomi menyaksikannya setiap hari.

Jangan lupakan dia yang menjadikan Ren ladang uang sejak lelaki itu belia. Itu juga alasannya tak membiarkan Ren pergi.

"Dengan semua sisi gelap yang kumiliki, kau pikir aku akan membiarkan Lily ikut merasa terbebani karena diriku?" tanya Ren, lirih. "Aku berusaha menyelamatkannya, Mike."

Safest HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang