Chapter 29: Tertangkap

85 20 2
                                    

"KUPIKIR, kau tidak merokok."

Mike yang baru saja menghisap sebatang rokok yang ada di antara jemarinya, lantas menoleh ke arah suara yang datang dari belakangnya. Ren menghambil posisi di teras belakang rumah yang menghadap ke arah pantai dengan langit yang menampakkan pancarona dari matahari yang sedang berpamitan, langit berniat menutup hari.

"Aku menemukan milik Claude dan tertarik mencobanya karena ini rasa es krim stroberi," jawab Mike tersenyum miring.

"Ah, alasanmu kekanakan sekali, seperti biasanya."

Mike terkekeh, memandangi langit sambil menikmati sebatang rokok miliknya. "Kau sudah puas berselancar hari ini?"

"Oh? Kau memperhatikan kegiatanku hari ini?" tanya Ren, menyandarkan kepalanya di kepala kursi tersebut. "Apa karena Lily?"

"Ya, seperti kau yang juga memperhatikanku pergi tadi malam," balas Mike, menyeringai kecil ke arah Ren. "Apa karena Lily?"

Ren ikut tersenyum ringan. "Ya."

"Jadi, kau menyukainya."

"Kau juga menyukainya. Benar, kan?"

"Ya, tapi mungkin tak sedalam perasaanmu kepadanya," ujar Mike, meregangkan tubuhnya. "Lagipula, aku tak berniat untuk mencurinya darimu."

"Dia bukan milikku. Tak ada yang perlu dicuri," balas Ren. "Jika kau memang menyukainya dan merasa dirimu pantas untuknya, maka mungkin kau adalah orang yang tepat baginya."

"Kenapa bukan dirimu?"

"Maksudmu?"

"Dia menyukaimu, kau menyukainya. Kenapa kalian tidak bersama?"

"Aku sudah bilang padamu kalau cinta saja tak cukup untuk membuat dua orang yang saling mencintai bisa bersama," Ren memberi jeda. "Aku terlalu lelah untuk menjelaskannya lagi. Mungkin, keputusanku terdengar jahat. Namun, kau takkan mengerti perasaan bersalahku jika aku memaksakan kami bersama dan dia jadi kecipratan masalahku. Apalagi, jika dia jadi berurusan dengan Keith. Atau bahkan media di luar sana."

"Namun, aku, juga bukan orang yang bisa bersama dengan Lily, meskipun aku mencintainya," kata Mike. "Dia tak cinta padaku. Dia cinta padamu. Aku bahkan tak memiliki syarat yang paling penting untuk bersama, yaitu saling mencintai."

"Memangnya kau harus saling mencintai untuk bersama?"

"Mungkin, tak juga. Hanya saja, aku masih memiliki hati. Mana mungkin aku mengedepankan perasaanku di atas perasaannya? Dia akan menderita," balas Mike. "Bukan itu yang harus kulakukan untuk seseorang yang kucintai."

Ren terdiam sejenak, cukup lama. "Aku mengerti maksudmu."

"Maka dari itu, yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menghiburnya. Kapasitasku hanya sebatas itu," kata Mike, menghela napasnya. "Lagipula, dia sahabatku."

Ren menghela napasnya berat. Dia menggaruk kepalanya frustasi. "Lalu, apa yang harus kulakukan?"

"Maksudmu?"

"Kau bisa menghiburnya sebagai orang yang kau cintai. Lalu, aku, apa yang bisa kuberikan padanya sebagai orang yang juga kucintai?" tanya Ren. "Semua jadi serba salah. Jika aku menghiburnya, rasanya bodoh karena alasan kesedihannya adalah aku. Namun, alasan dari kesedihannya adalah aku yang menghancurkan hatinya dengan menolak pengakuannya. Sudah jelas, aku tak bisa menerima perasaannya."

"Lalu, apa yang harus kau lakukan?" tanya Mike.

Ren mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar keributan dari pintu depan. Mike pun ikut menoleh ke belakang, sedikit terganggu dengan suara obrolan yang lebih terdengar seperti gumaman dari posisi mereka saat ini.

Ren dan Mike pun segera berjalan ke arah pintu depan rumah, lalu menatap kaget ketika mereka melihat sekumpulan pria berpakaian rapi dan berwajah sangar ada di depan pintu yang terbuka lebar. Claude dan para penjaga juga ada disana. Ren bertambah kaget ketika dia juga melihat Lily di sana. Dari posisinya, dia mendapati wajah serius Claude yang tampak marah sekaligus khawatir. Dia sudah bersama Claude sejak lama sekali. Claude adalah sahabatnya sejak masih muda sekali. Dia bisa mengenali apapun ekspresi yang Claude miliki dan saat ini, Claude menampakkan ekspresi serius seakan mereka berada dalam bahaya.

"Kau! Ren Walters!" teriak salah satu pria tersebut. Pria itu mengenakan pakaian rapi. Dia bukan orang Asia. Dia memakai aksen Amerika yang sangat jelas. Pria itu memperlihatkan kartu namanya dari kejauhan.

Berakhir sudah. Dia memiliki lencana polisi.

"Kau harus ikut kami untuk menjelaskan perbuatanmu atas dugaan kejahatan grooming terhadap seorang perempuan di bawah umur ke dalam rumahmu."

"Sialan. Apa ini?" Mike mengernyitkan dahinya, tampak marah. Lelaki itu berjalan mendekat. "Kau mengganggu ketenangan kami. Lalu, omong kosong apa yang kau berikan ini?"

"Kalian menyekap seorang gadis di bawah umur di rumah ini. Itu keterangan yang kami dapatkan."

"Mike, minggir. Kendalikan amarahmu," kata Claude, mendorong dada Mike perlahan untuk segera mundur dari posisinya. "Kita akan urus ini."

"Siapa yang memberikan keterangan itu?" tanya Ren. Tubuh lelaki itu bergetar, menahan amarah. "Keith? Lelaki itu yang membayarmu untuk rela terbang ke sini dan mencariku?!"

"Kendalikan amarahmu atau kau meminta untuk kuborgol."

Ren melebarkan kedua matanya ketika dia melihat salah satu orang dari sekelompok polisi tersebut. Chuck. Chuck Davis ada di sana.

"Kau! Kau yang melaporkanku?! Kau menjadikanku seakan aku adalah penjahat. Berapa banyak uang yang dia berikan padamu?!" bentak Ren, menarik kerah baju milik Chuck.

"Ren, kendalikan amarahmu!" bentak Claude, menarik Ren untuk menjauh dan melepaskan kerah baju Chuck. Lelaki berkacamata itu menatap tajam. Claude memang pemarah, tapi kali ini, Ren bisa melihat, ada ketakutan di balik kedua matanya. "Jangan berani memborgol rekanku atau kau berurusan denganku. Lalu, kau, Ren, jangan dibodohi oleh emosimu sendiri."

Ren bergetar menahan amarah. Bahkan tahun sudah berganti. Musim sudah berganti. Baru kemarin dia mendapatkan fakta bahwa Naomi adalah ibu kandungnya dan kenyataan bahwa Keith tak hanya menyiksa Ren, tapi juga menyiksa ibu kandung Ren secara mental, kini dia kembali menelan kenyataan pahit bahwa mereka pun harus mengambil Lily darinya.

"Dia bukan perempuan enam belas tahun. Dia sudah lebih dari dua puluh tahun. Keterangan bodoh apa yang kau dapatkan?" tanya Mike, membaca laporan yang ada di genggamannya saat ini, lalu melemparkannya begitu saja ke lantai. "Keith yang membayar kalian untuk melakukan ini?"

Safest HavenWhere stories live. Discover now