Chapter 30: Enam Bulan Berlalu

92 19 0
                                    

REN Walters, seorang musisi yang mengawali karirnya sejak kecil, sekaligus vokalis dari band yang sedang berada di puncak karir bernama Paradise, hari ini resmi menjalani pemeriksaan terkait dugaan kejahatan grooming atas anak enam belas tahun.

Itu berita yang berserakan dimanapun sejak enam bulan yang lalu. Ren, Mike, Claude, dan Marie pun terpaksa harus mengakhiri waktu mereka di Jepang dan kembali ke Amerika dengan wajah Ren yang terpampang di platform manapun sebagai seorang penjahat. Akibat kasus ini, Ren pun harus berpindah tempat tinggal untuk sementara karena Claude khawatir terjadi sesuatu kepada Ren jika ada yang mengetahui keberadaannya. Rumah Ren pun dikosongkan. Semua pekerja di dalamnya dipulangkan. Ini adalah keputusan yang Claude ambil untuk menghindari hal buruk terjadi ke depannya atau bahkan sampai melibatkan orang lain.

Shane dan Jeremy, dua anggota band Paradise juga mendengar berita ini dan berniat untuk pulang secepatnya, tapi Claude melarang mereka pulang karena itu hanya akan menambah masalah atau bahkan mereka bisa ikut terseret. Namun, Shane dan Jeremy sempat mengkhawatirkan Ren, meskipun mereka kesulitan untuk menghubungi Ren karena Ren tak mau berbicara dengan siapapun.

Lily tak bersama Ren dan lainnya. Entah kemana mereka membawa perempuan itu pergi. Claude sudah bersikeras untuk meminta sekelompok polisi itu berhenti memaksa Lily pergi bersama mereka, tapi pada akhirnya, Claude tetap tak bisa melakukan apapun. Sekarang, wajah Lily pun sudah terpampang jelas di berita manapun. Hal ini sudah bukan normal lagi untuk kasus kejahatan biasanya. Ini bukan sesuatu yany wajar. Ini sudah jelas permainan, itulah kenapa wajah dari seseorang yang berstatus korban pun bisa ikut terpampang di media.

Sejak enam bulan yang lalu, Ren menjalani banyak sekali pemeriksaan sekaligus perlawanan, persidangan, pembelaan bahwa dia bukanlah seorang penjahat. Namun, semua ini jadi sulit karena faktanya, dia membawa Lily setelah membeli Lily dari dua pria malam itu sehingga itu memberatkan tuduhan dari pihak lainnya. Apalagi, dua pria itu juga dihadirkan sebagai saksi sehingga Ren kesulitan untuk melakukan perlawanan apapun.

Dari sekian banyaknya hal yang membuat Ren kaget, ada satu hal yang paling mengejutkan Ren.

Fakta bahwa Chuck Davis adalah tangan kanan Keith dan selama ini, Chuck-lah yang menjadi kamera di sekitar Ren dan Lily. Chuck yang membawa bukti foto itu ke pengadilan. Chuck-lah yang berperan sebagai pelapor dari dugaan ini. Semuanya kini menyorot Chuck sebagai seseorang yang mencurigai kehadiran Ren dan Lily di kota kecil itu. Padahal, faktanya, Chuck bukanlah dalang dari semua ini. Chuck hanyalah pion. Ren bisa melihat betapa kosong kedua mata lelaki itu di setiap persidangan yang mereka lewati.

"Maafkan aku, Ren. Namun, semua orang bisa berubah ketika membutuhkan uang."

Itulah kalimat yang sempat Chuck berikan ketika mereka berselisih. Benar. Semua orang jadi berubah dan melakukan apapun ketika membutuhkan uang. Ren terlalu naif. Dia mengabaikan ucapan Claude bahwa Chuck bisa jadi menjadi pengantar berita buruk suatu hari. Dia terlalu mempercayai Chuck. Dia bukanlah sekedar penjual donat. Dia memperhatikan gerak-gerik Ren dan Lily selama ini.

Namun, faktanya, berbulan-bulan berlalu dan berbagai persidangan itu sudah selesai. Ren berhasil memenangkan persidangan itu dan tak terbukti bersalah karena meskipun barang bukti lebih dari cukup, tapi usia Lily masih menjadi pertanyaan karena tak ada bukti resmi bahwa Lily berusia enam belas tahun seperti yang mereka tuduhkan. Mereka sempat membuat semacam akta kelahiran palsu, tapi hal itu tak cukup kuat sebagai bukti karena asal-usul Lily pun bukanlah sesuatu yang jelas. Dia adalah perempuan yang sejak kecil berada di sebuah kapal. Anak yatim piatu yang dipungut orang lain. Tak ada yang tau darimana Lily berasal. Berapa usianya. Semuanya rumit.

Namun, semua ini bukan mengenai memenangkan persidangan atau tidak. Ren tau, bukan kemenangan dalam hal itu yang Keith inginkan. Fakta bahwa semua orang sudah mencap Ren sebagai seorang penjahat adalah sesuatu yang Keith inginkan. Fakta bahwa Ren kehilangan Lily adalah sesuatu yang Keith inginkan. Mau bagaimanapun, Keith tetap memenangkan perselisihan ini.

"Ini sudah hampir tujuh bulan dan kau tetap begini," Claude duduk di atas sofa, di sebelah Ren yang berbaring menyamping sambil menatap televisi, dipeluk oleh selimut yang tebal. "Kau tak terbukti bersalah. Semuanya sudah aman, Ren."

"Fakta terbaru yang kami dapatkan hari ini mengenai perempuan muda yang diduga sebagai korban Ren Walters, ternyata perempuan itu adalah seorang perempuan tunawisma yang saat ini sudah aman di rumah keluarga Landgraab, keluarga yang memiliki latar belakang aktivis kesehatan mental."

Ren pun segera bangun dari posisinya, lalu meraih payung yang berada tak jauh dari ruang tengah, kemudian memukul layar televisi itu sekuat tenaga secara membabibuta. Layar televisi itu pun retak, mati total. Ren melepaskan pegangannya pada payung tersebut, lalu duduk bersimpuh di posisinya. Claude tak bisa melakukan apapun, lelaki berkacamata itu diam di tempatnya, diam seribu bahasa. Dari posisinya, Claude bisa melihat air mata Ren dari sudut matanya.

"Ren," Claude pun bangun dari posisinya setelah cukup lama didekap oleh keheningan yang menyesakkan. Ren masih menangis, meskipun tidak mengeluarkan suara apapun. Namun, Claude bisa mendengar hidungnya yang berisik. "Lily aman. Dia juga bersama keluarga yang berlatar belakang baik. Setidaknya, kekhawatiran kita mengenai Lily bisaー"

"Ini bukan tentang itu, Claude," ujar Ren, lirih. Claude tak pernah melihat Ren tak seberdaya ini sebelumnya. Seakan lelaki itu kehilangan separuh dari dirinya. "Apa yang paling kutakutkan benar-benar terjadi. Aku menghancurkan kehidupan Lily karena masalah mililkku. Semua orang jadi mengenalnya dan itu bisa menjadi mimpi buruk yang baru baginya."

Claude yang masih berdiri di posinya, menarik tangan Ren yang bersimpuh. Ren menunduk dalam, tak menatap Claude sedikitpun. Tampaknya, dia terlalu sibuk dengan rasa bersalah dan sakit yang saat ini menghujam dadanya.

"Ini salahku. Aku tak seharusnya membawanya malam itu. Kau benar, aku tak seharusnya sesembrono itu membuat keputusan," tambah Ren dengan suara yang semakin serak. "Namun, aku bersumpah, niatku hanya sebatas untuk menyelamatkannya, Claude. Aku tak berniat melakukan hal buruk padanya ataupun hal yang menguntungkanku. Aku tak pernah berniat begitu."

Claude menghela napasnya berat. Claude pun sebenarnya ikut berkaca-kaca. Menurutnya, untuk melihat Ren yang notabenenya adalah sahabatnya sejak lama ini benar-benar membuatnya ikut merasa kesakitan. Claude sudah menyaksikan berbagai fase dalam kehidupan Ren, termasuk ketika lelaki itu berada di titik rendah sekalipun. Namun, kali ini, seakan Ren kehilangan separuh dirinya. Claude benar-benar merasa hancur untuk melihat Ren seperti itu.

Tak hanya Ren. Mike juga begitu. Mike memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya dan menenangkan diri di sana untuk sementara waktu. Meskipun kasus ini tak ada sangkut pautnya dengan dirinya dan media tidak menyorotnya sama sekali, tapi Lily adalah sahabatnya. Ren adalah sahabatnya. Rasanya tetap menyakitkan ketika dia harus tanpa sengaja menyaksikan televisi yang orang tuanya putar di ruang tengah setiap hari dan melihat berita yang disodorkan oleh media, menggiring opini publik bahwa Ren Walters adalah seorang tokoh antagonis.

Claude meremas pundak Ren, sejujurnya merasa kesal sekaligus sedih dengan situasi ini. "Aku akan membantumu. Apapun situasinya."

Safest HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang