Chapter 09: Pelukan

128 26 1
                                    

MEREKA sudah pulang sekitar tiga puluh menit yang lalu. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Claude dan Marie memilih untuk tidur terlebih dahulu, sedangkan Ren, Lily, dan Mike, lebih memilih untuk makan tengah malam dengan Ren sebagai koki dadakan mereka.

"Ren, kau lama sekali," keluh Mike. "Aku sudah lapar."

"Ah, berisik sekali," jawab Ren, masih sibuk menata piring. "Duduk dan tunggu saja. Sebentar lagi siap."

Mike mencibir sebal. Sebenarnya, lelaki itu tidak ikut makan malam tadi karena dia mengharapkan makanan Jepang di berbagai stan festival. Namun, ternyata, tak ada makanan yang sesuai dengan harapannya sehingga dia hanya sempat beli cemilan dan itu tidak cukup untuk mengisi energinya malam ini.

"Selagi kita menunggu Ren memasak, bagaimana jika kita menonton penampilan Paradise di konser tahun lalu?" kata Mike, meraih remote televisi yang ada di atas meja. Lily yang semula duduk tenang di kursi meja dapur dan menemani Ren memasak, lantas menaikkan sebelah alisnya, memperhatikan Mike yang mulai mencari video yang lelaki itu maksud di televisi yang tersambung ke internet.

"Lily, ayo ke sini," ujar Mike, menepuk-nepuk kursi meja makan di sebelahnya. Saat ini, dia sudah duduk di meja makan dan televisi tak berjarak jauh dari posisinya. "Kita akan melihat penampilan rockstar penyanyi papan atas, Ren Walters."

Ren hanya menyeringai dari posisinya dengan makanan yang sibuk dia siapkan. Kalau dipikir-pikir, Lily memang belum pernah menonton penampilan band Paradise. Lily juga belum pernah mendengar Ren bernyanyi ataupun memainkan alat musik sekalipun.

Lily pun duduk di sebelah Mike, menatap televisi itu dengan antusias. Melodi dari musik yang dimainkan oleh band Paradise pun mulai mengalun di telinga. Salah satu lagu andalan band Paradise, berjudul Amélie.

Hatimu gamang
Mungkin tersimpan dalam kulacino di pagi hari
Berseteru ria dalam atmamu
Nestapamu di telingaku
Mengguyur lensa matamu
Semuanya meramu menjadi satu
Namun, nanti
Kamu akan menemukan nirwana yang baru

Lily menatap televisi itu dengan seksama, dikuasai oleh rasa kagum. Kamera terus menyorot Ren sebagai vokalis sekaligus gitaris yang membawakan lagu itu dengan powerful. Lelaki itu mengenakan pakaian berwarna cokelat tua, serupa dengan warna matanya, warna kesukaan Lily. Jemari lelaki itu memainkan gitar dengan sangat mahir, Lily belum pernah melihat Ren tampak sekeren itu sebelumnya.

"Tak terasa sudah setahun yang lalu sejak kita konser di Dubai, ya," ujar Ren, menyodorkan piring milik Mike dan Lily, lalu mengambil posisi di sebelah Lily. "Aku suka tur, meskipun itu membuatku sangat lelah dan insomniaku semakin parah."

"Amelie… siapa?" tanya Lily mengernyitkan dahinya, ketika dia melihat judul dari video tersebut.

"Oh? Sepertinya ada yang akan cemburu," kekeh Mike, menyendok makanannya. "Amelie itu mantan pacar Ren."

"Hentikan, jangan membuat Lily bingung," Ren memutar kedua bola matanya sebal. "Amelie itu mantan pacar Mike, perempuan asal Paris. Mereka kesulitan LDR sehingga harus putus."

"Kau tak perlu menjelaskan sedetail itu, Tuan," ujar Mike, menatap kesal.

"Amelie? Mantan pacar Mike?" Lily tampak bingung. "Aku tau ada istilah pacaran karena teman-temanku di kapal dulu sering membicarakan soal itu, tapi aku tak terlalu paham maksudnya."

Ren terdiam sejenak, berusaha memikirkan jawaban yang tepat untuk Lily bisa cerna dengan mudah. "Pacaran itu… hm, dua orang yang saling mencintai… kupikir?"

"Ya, benar," tambah Mike. "Ketika kau peduli dan tak ingin orang itu pergi, kau hanya ingin yang terbaik untuknya, itu artinya kau mencintai orang itu. Jika orang itu juga merasakan hal yang sama lalu kalian berciuman, maka kalian berpacarー"

Safest HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang