4

534 53 18
                                    

Belum ada perubahan yang terlalu terlihat dari perut Jaehan, kandungannya sudah memasuki bulan kedua, mungkin juga karena ia cukup tinggi dan memang masih hamil muda jadi wajar jika masih terlihat rata. Tapi seiring berjalannya waktu, Jaehan mulai semangat menantikan perutnya yang akan segera membesar. Padahal awalnya ia sedikit takut kalau dirinya yang gemuk akan membuat Yechan tidak menyukainya lagi.

Ohya, karena perasaannya yang semakin sensitif. Beberapa kali ia sempat bertengkar dengan Yechan, bahkan hanya karena perkara kecil dan berakhir ia akan menangis. Jaehan tidak menyangka kalau ia akan menjadi salah satu tipe bumil menyebalkan.

Seperti hal nya saat ini, ia tengah merajuk pada Yechan karena tidak diperbolehkan berkumpul dengan teman-temannya yang sedang menghabiskan malam Minggu bersama.

Padahal menurut Jaehan kenapa suaminya itu harus melarangnya? padahal circle nya Jaehan saja Yechan kenal semua, kenapa harus dilarang-parang terus.

Sambil menyilangkan tangannya Jaehan memalingkan wajahnya dengan raut marah. Ia tak mau melihat Yechan, nanti pasti dia malah menangis.

"Jaehan ngerti dong, aku gimana mau ngebolehin kamu, kalo siang tadi aja kamu bohong sama aku"

"Aku ga bermaksud bohong, lagian kalo aku bilang, pasti hasilnya kaya gini. Kamu larang aku terus, aku kan cuma mau ketemu temen-temen aku aja Yechan"

Yechan menghela nafas, mau marah juga tidak bisa yang ada Jaehan pasti menangis.

"Apa? Mau marahin aku lagi kan kamu"

"Engga sayang, aku juga capek marahin kamu, kamu nya aja ga mau dengerin aku"

Wajah Jaehan mulai memerah.

"Kan aku ga marahin aja kamu nangis. Bingung aku jadinya, mau sampe kapan gini terus. Aku tuh cuma ga mau sesuatu terjadi sama kamu sayang" nada Yechan tetap lembut, tapi kalimatnya barusan justru menyakiti perasaan Jaehan, di hatinya merasa Yechan sepertinya mulai lelah dengannya. Mungkinkah Yechan akan meninggalkannya, pikirnya.

Jaehan membalikan tubuhnya, lalu memeluk suaminya. Air matanya sudah mengalir deras dipipi gemasnya.

"Maaf hiks" dan akhirnya ia sendiri yang merasa bersalah. Memang perasaanya terlalu sensitif, ia tidak bisa mengendalikannya. Sungguh ia hanya ingin melepas rindu dengan kawan lamanya.

"Aku tuh kaya gini karena perhatian sama kamu sayang, ini udah malem mana bisa aku biarin kamu keluar apalagi sendiri. Maaf ya kalo aku terlalu keras" ucap Yechan sambil mengelus surai Jaehan.

"Kalo mau main itu boleh, asal sama aku. Setidaknya kamu selalu ada dipengawasan aku, biar kalo ada apa-apa aku ada didekat kamu. Sayang paham kan?"

Jaehan mengangguk. Masih ada isakan pelan namun air matanya sudah tidak sederas tadi. Perasaanya mulai membaik.

Yechan tersenyum menatap istrinya, gemas sekali melihat pipi Jaehan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Yechan tersenyum menatap istrinya, gemas sekali melihat pipi Jaehan. Ia lantas mengelusnya, lembut sekali.

"Pipi kamu jadi merah, karena nangis semalam ya"

Jaehan yang masih memejamkan matanya lantas menyentuh pipinya yang terasa memanas, malu mungkin.

"Pipi aku makin chubby ya?" Tanyanya, matanya mulai terbuka lalu menatap Yechan, balik.

Yechan tertawa kecil lalu menggeleng.

"Engga sayang. Kenapa?"

"Nanti kalo aku makin gemuk terus chubby kamu masih sayang aku kan?"

"Hahah yaiyaa dong sayang"

"Beneran?" Bibir Jaehan maju 2 centi. Ia takut suaminya berbohong.

Yechan bukannya menjawab malah mencium bibir menggoda itu. Cukup lama bibir mereka bertaut, sampai akhirnya Jaehan menepuk pelan dada Yechan.

"Udah nanti malah keterusan" tegur Jaehan menyudahi morning kiss itu.

"Emangnya ga boleh kalo keterusan?"

"Ga lah. Dah ah aku mau siapin sarapan. Mau sarapan apa suami ku?"

Yechan tertawa. Lucu sekali mendengar Jaehan memanggilnya begitu.

"Apa aja yang dibikin sayang ku yang gemesin ini, pasti aku makan"


Tbc.

✔Felicity Conditions - Yechan JaehanWhere stories live. Discover now