32

390 40 6
                                    

Yechan menahan air matanya saat memasuki ruang operasi. Tangannya terus menggenggam jemari istrinya. Jaehan juga sama takutnya, namun ia tetap tersenyum, berharap mengurangi perasaan tegang suaminya.

"Gwenchana Yechanie" ucap Jaehan  pelan.

"Umm" Yechan mengangguk.

Rasanya suasana semakin terasa menegangkan saat Jaehan sudah mulai diberi anestesi. Bagian bawah tubuhnya seakan mati rasa, tidak ada rasa sakit yang ia rasakan saat pisau bedah mulai menyentuh perutnya namun ia masih bisa merasakan sentuhan-sentuhan asing yang mengenai perutnya. Ada rasa dingin saat alat-alat bedah itu mengenainya.

Jaehan tak bisa melihat apa yang sedang dokter lakukan pada perutnya, karena diberi penghalang kain hijau. Yechan pun tak berani melihat. Ia malah sedang menangis sekarang.

Air matanya tak bisa ditahan. Ia terus mengelus surai istrinya berharap operasi itu dapat segera selesai. Kakinya bahkan sudah lemas, padahal operasi baru berlangsung tidak sampai 10 menit. Perjalanan masih sangat panjang, ia sudah di beritahu kalau operasi akan berlangsung sekitar 40-60 menit. Semoga saja ia bisa bertahan sampai akhir.

Jaehan jadi khawatir takut suaminya yang malah jatuh pingsan.

"I'm good" bisik Jaehan. Yechan mengangguk sambil tersenyum, lalu mengecup kening Jaehan.

.
.

Saat membuka mata hal pertama yang Jaehan lihat adalah wajah sembab suaminya. Ingin tertawa tapi kasihan, Yechan pasti tak berhenti menangis apalagi karena ia sempat pingsan tadi.

Jaehan pingsan setelah persalinan selesai, padahal dokter bilang tidak apa-apa, tidak ada hal serius yang akan membahayakan Jaehan. Tapi Yechan sudah panik tak karuan, sampai lupa putranya sudah lahir dia malah masih sibuk menangis khawatir. Ditambah ia sempat melihat kondisi perut Jaehan saat masih terbuka tadi. Haaaahh rasanya dia mau pingsan. Apa itu tadi yang dia lihat, ia tak bisa membayangkan.

Di tambah lagi Jaehan malah kehilangan kesadarannya setelah baby lahir. Yechan tidak bisa berpikir jernih.

Sekarang wajah Yechan benar-benar sembab, hidungnya masih merah tapi air matanya sudah kering. Badannya juga lemas, semoga saja ia tidak berakhir jatuh sakit.

Melihat istrinya yang sudah sadar Yechan langsung memanjakan diri, menjatuhkan kepalanya di ranjang rumah sakit meminta di elus istrinya. Badannya lemas, dan karena terlalu banyak menangis jadi pusing juga.

Istrinya yang habis melahirkan malah dia yang terlihat seperti orang sakit.

"Kenapa lemas sekali sayang? Kan baby sudah lahir ko bukannya semangat sih"

"Capek nangisin kamu"

Jaehan tertawa kecil. Di elusnya surai Yechan.

"Manjanya suami ku nih"

"Perut kamu ga sakit? Tadi aku lihat....hiks hiks"

"Eeeehh ko malah nangis lagi sih. Ushhh gapapa sayang, I'm good"

"Bohong. Aku lihat tadi keadaan perut kamu hiks"

Dalam hati Jaehan meringis, pantas saja. Pasti Yechan terbayang-bayang terus. Ia tak bisa berkata-kata juga, akhirnya hanya bisa mengelus kepala Yechan lembut. Berharap bisa menenangkan suaminya.

"Kening kamu anget, pusing ya kepalanya?"

Yechan mengangguk, lucu. Ini Jaehan jadi punya dua bayi, gemas.

"Sini naik bobo sama aku ya" kali ini Yechan menggeleng, ia masih punya akal sehat, mana bisa tubuh bongsornya ikut tidur di ranjang kecil itu. Apalagi Jaehan baru saja operasi.

"Yaudah jangan nangis, nanti makin pusing. Ini yang lain pada kemana? Minta bawain obat deh"

"Di luar. Katanya mau ngasih waktu untuk kita berdua dulu. Aku masih perlu kekuatan dari kamu"

"Haha kekuatan apa. Orang aku aja sama lemes nya kaya kamu"

Yechan memanyunkan bibirnya. Menyentuh bibir tebal itu.

"Cium" ujarnya tak tau malu.

"Ya Tuhan bayik besar ku nih ampun deh"

Namun pada akhirnya mereka tetap transfer energi lewat ciuman yang tidak singkat. Tak peduli ada cctv di beberapa area, yang penting saling memberikan kekuatan. 👀





Tbc.

Haaaaa akhirnya baby lahir🥳
Tapi bapak nya malah ikutan jadi bayik gemes bgt😭🤣

✔Felicity Conditions - Yechan JaehanWhere stories live. Discover now