10

396 50 5
                                    

Yechan pulang dengan wajah masam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yechan pulang dengan wajah masam. Di perjalanan ia menelfon ibu nya lagi, tentu saja menegur ibu nya perihal tadi siang. Tanpa mengurangi rasa hormatnya pada sang ibu, Yechan hanya tidak mau ibu nya membuat istrinya tak nyaman, apalagi Jaehan orangnya tidak enakan, jadi meski ia tidak merasa nyaman ia pasti memilih diam saja, kecuali pada keluarganya mungkin Jaehan masih berani untuk menolak dan bicara kalau memang merasa tidak nyaman.

Jaehan yang melihat suaminya tidak dalam mood yang bagus memilih tetap diam. Bibirnya mengerucut, gemas.

"Lain kali kalo Mama kaya gitu lagi ngomong aja, jangan diem sayang. Mama tuh suka gitu, harus di tegur kalo memang sudah kelewatan"

"Enggak Yechan, Mama ga ngelakuin kesalahan yang fatal kok, kamu jangan berlebihan gitu deh"

"Berlebihan gimana sih, aku tuh kaya gini karena ga mau kamu sampe ngerasa ga nyaman"

"Paham, aku paham maksud kamu. Tapi yaudah lah aku juga kan gapapa"

Jaehan malas sekali sebenarnya berdebat dengan Yechan. Tapi dia juga tidak mau, suaminya terus-terusan menyalahi ibu nya sendiri.

"Pokoknya kalo mau keluar lagi harus izin aku dulu. Ga ada izin, ga boleh pergi"

"Iyaa iyaa"

Tidak mau perdebatan semakin panjang Jaehan pun hanya bisa patuh.

"Yaudah aku mau siapin air hangat dulu" ujar Jaehan mengalihkan pembicaraan. Yechan tidak menjawab ia hanya mengangguk. Masih terlalu badmood sampai wajah cemberut istrinya yang menggemaskan itu pun tidak mempan.

.
.

Sampai selesai bersih-bersih Yechan dan Jaehan masih tidak banyak bicara. Jaehan sudah mau menangis saja rasanya.

"Yechanie kenapa jadi aku yang kamu diemin gini sih. Kamu kan kesalnya sama Mama~" rengek Jaehan.

Yechan menghembuskan nafasnya pelan. Ia diam karena tidak mau juga ucapannya mungkin bisa menyakiti perasaan Jaehan, tadi saja ia hampir tak bisa mengontrol.

Merasa bersalah Yechan pun membawa Jaehan kepelukannya, dielusnya kepala hingga leher bagian belakang istrinya, lembut.

"Maaf ya sayang"

"Minta maaf mulu, tapi tetap aja kamu sering kaya gini hiks"

Yechan kembali tak bersuara, benar...ia seringkali membuat kecewa istrinya. Jaehan sedang hamil tapi selama hamil ia sering sekali tertekan.

Dalam kurun waktu beberapa bulan menikah dengannya, Jaehan lebih banyak merasakan hal yang tidak enak. Bahkan untuk sekedar honeymoon saja tidak bisa ia rasakan.

***

"Kalo kamu pegal atau sudah merasa lelah langsung bilang ya sayang"

Jaehan hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia juga semakin menyamankan gandengan tangannya dengan Yechan. Banyak tamu yang datang tanpa Jaehan kenal siapa.

Rekan-rekan kerja suami dan Papa mertuanya datang dengan pakaian yang sangat elegan dan tentunya banyak dari mereka yang juga menggandeng pasangannya masing-masing. Ini pertama kalinya Jaehan mengikuti acara pertemuan dari perusahaan keluarga suaminya. Sebelumnya Yechan sudah memberi instruksi padanya, ia hanya perlu membalas senyuman tamu yang datang, jika ada yang mengajaknya bicara cukup tanggapi seperlunya.

Ditengah pertemuan, Jaehan dan Yechan bertemu seseorang yang entah kenapa membuat raut wajah suaminya berubah. Jaehan bisa merasakan aura tidak menyenangkan. Ia melirik Yechan yang terlihat memaksakan senyuman, namun pada orang itu Yechan sama sekali tidak tersenyum. Ia hanya menanggapi sapaan seseorang disamping orang yang Yechan tatap datar.

"Oh ternyata Kim Jaehan yang sering dibicarakan itu memang secantik ini. Senang bertemu dengan mu Jaehan -ssi" ujar orang itu tanpa canggung sambil mengulurkan tangannya pada Jaehan.

Awalnya Jaehan merasa aneh, dia bahkan tidak mengenal orang itu. Sekedar melihat saja pun sepertinya tidak pernah. Sebagai formalitas Jaehan sudah mau membalas uluran tangan itu namun ditahan oleh suaminya. Akhirnya Jaehan hanya membungkuk sopan sambil tersenyum.

"Apakah kita pernah saling mengenal?" Tanya Jaehan, penasaran.

Orang itu pun tertawa pelan. Matanya sesekali melirik Yechan yang masih menatapnya, sinis.

"Perkenalkan aku Jinwoo, sepupu tuan Shin Yechan yang terhormat. Tapi kau bisa memanggil ku Xen. Salam kenal Jaehanie"

"Sudah cukup bermainnya Xen. Kau bisa pergi" belum sempat Jaehan membalas Yechan sudah lebih dulu mendahului ucapannya. Yechan hutang banyak penjelasan padanya. Jaehan benar-benar buta dengan suasana yang terjadi saat ini.

Kenapa suaminya mengusir sepupunya sendiri?



Tbc.

👀

✔Felicity Conditions - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang