19

414 41 13
                                    

Jaehan baru saja selesai bercerita tentang masalahnya dengan Yechan pada sepupu nya, Jang Sebin.

"Bukankah tidak pantas dia bicara begitu. Apa dia tidak sadar ucapannya itu sangat menyakiti ku" ujar Jaehan.

"Jaehan -ah boleh aku mengatakan opini ku?"

"Umm silahkan saja"

"Pertama situasi kalian ini karena kalian sama-sama mengedepankan ego. Kau yang tak mau kalah dengan dalih sensitif dan Yechan yang sedang lelah sampai emosi menguasainya"

Ada rasa sesak namun Jaehan tetap mendengarkan perkataan Sebin.

"Kedua, pernikahan kalian memang masih sangat muda mungkin bisa dibilang cukup wajar jika di hiasi dengan pertengkaran, tapi jika aku boleh saran. Kau harus bisa mengendurkan ego mu Jaehan -ah. Meski tidak terpaut jauh tapi kamu tetap lebih tua dari Yechan. Kalian harus bisa saling memahami satu sama lain. Ya, itupun kalau kau ingin pernikahan kalian langgeng"

"Hushh tentu saja aku mau pernikahan kami langgeng, mimpi ku bahkan ingin bersama Yechan sampai mati"

"Ya kalau begitu jangan egois. Kau, apa kau tau masalah apa yang mungkin Yechan alami? apa kau benar-benar tau kondisi perasaan Yechan sampai ia emosi seperti itu? Apa kau pernah berpikir mungkin saja dia sedang ada masalah di kantornya?"

Jaehan termenung, pertanyaan Sebin tidak ada satupun yang bisa ia jawab karena tidak terfikirkan olehnya. Sejak ia masuk rumah sakit, ia tidak lagi memikirkan bagaimana kondisi perusahaan suami nya. Padahal sebelumnya ia tau Yechan sempat tertekan bahkan sampai harus opname karena kelelahan, baik fisik maupun batinnya.

"Jaehan -ah, kau benar, apa yang Yechan ucapkan sudah berlebihan. Tapi jika kau mau sedikit saja berpikir jernih, itu mungkin luapan emosinya yang ia tahan karena tak ingin membebanimu, tapi nyatanya kau justru menambah rasa sesak yang ia tutupi. Menjadi kepala keluarga tidak mudah Jaehan, sama seperti mu Yechan juga sedang menyesuaikan diri. Jadi jika kalian mengedepankan ego, ya akan seperti ini jadinya. Tiada hari tanpa pertengkaran. Bukankah tidak enak seperti itu?"

Lagi-lagi perkataan Sebin terasa begitu tepat. Bahkan mungkin memang sangat tepat.

Ego. Itulah permasalahannya sekarang.

"Aku yakin Yechan juga pasti sangat menyesal sudah berkata begitu, ia tidak akan mengatakan hal itu jika bukan karena perasaan emosional yang mengganggunya"

"Lalu aku harus bagaimana sekarang?" Tanya Jaehan frustasi. Ia menghela nafas, menunduk sambil mengerucutkan bibir pinky nya.

"Tentu saja meminta maaf. Dia suami mu kau harus berbakti padanya"

"Ckh seperti kamu berbakti pada Hyuk saja"

Sebin tertawa pelan. "Jangan ditanya haha"

Suara dering ponsel Jaehan menghentikan obrolan mereka. Sekilas Sebin dapat melihat tulisan 'nampyeon' pada layar ponsel yang masih terus berdering itu.

"Yechan?" Tanyanya, Jaehan mengangguk. Ada raut cemas tergambar diwajah gemasnya. Entahlah Sebin tak mengerti, kenapa panik begitu padahal suaminya yang menelfon. Bukan duda nyasar kan?

Akhirnya Jaehan pun memberanikan diri mengangkat panggilan Yechan. Perasaanya tidak enak, karena Yechan tiba-tiba menelfon.

"Hallo"

"Hallo. Lagi dimana?"

"Ungg-

"Aku di rumah"

Jaehan meruntuk dalam hati. Mau menangis, kenapa jam segini Yechan ada di rumah.

"I-iyaa Yechan aku sedang bersama Sebin. Di cafe tidak jauh dari rumah"

"Ok, jadi pukul berapa sudah sampai rumah?"

"15 menit lagi aku tiba"

"Yasudah, aku tutup telfonnya"

"Umm I-iyaa"

Sambungan terputus. Tersisa Jaehan yang sudah mau menumpahkan air matanya.

"Tamat sudah riwayatku Sebin -ah"

"Hey ada apa?"

"Yechan ada di rumah, dan aku pergi menemui mu tidak izin padanya. Dia pasti semakin marah. Bagaimana ini"

Sebin mendelik kesal, kenapa sepupunya bodoh sekali sih. Berani-beraninya pergi keluar tanpa pamit pada suaminya.

"Kau ini memang benar-benar Kim Jaehan. Sudah, ayoo ku antar pulang. Ingat kau janji 15 menit kan tadi"

.
.

"Jadi apa harus aku yang mulai bicara?"

Jaehan meremas jemarinya, takut. Mengutuk diri sendiri dalam hati.

"Maaf Yechan -ah"

"Maafkan aku yang kekanakan, maaf karena aku sudah egois, maaf karena aku tidak bisa pengertian dan untuk hari ini aku minta maaf karena keluar tidak izin padamu dulu"

Jaehan bisa mendengar helaan nafas Yechan untuk kesekian kalinya.

"Kalo kamu mau hukum aku juga boleh"

Air mata sudah dipelupuk, hidung meler dan jari yang memerah karena di remas terus. Setidaknya itulah kondisi Jaehan saat ini. Menyedihkan tapi tetap terlihat sangat menggemaskan, di mata Yechan.

"Harus dengan cara apa aku bisa menghukum mu?"

"Apa saja boleh. Tapi jangan marah dengan nada tinggi, jangan memukul, umm mendiami ku juga jangan"

Dalam hati Yechan ingin tertawa, semuanya saja tidak boleh.

"Lalu bolehnya apa?" Yechan menarik pelan tangan Jaehan agar mendekat padanya.

"Cium sepuasnya saja, kalo itu boleh"

Walah. 😭







Tbc.

Ga tau gemes bgt sama futu ini😭 pipi sama cara nulis Jyanii gemes🫠B

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ga tau gemes bgt sama futu ini😭 pipi sama cara nulis Jyanii gemes🫠
B

tw Hyukbin gapapa ya 👉👈🤭

✔Felicity Conditions - Yechan JaehanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang