13

364 43 16
                                    

Yechan menerima telfon suaminya yang sebelumnya sudah dua kali tak terangkat karena ia sedang meeting. Sepertinya ada sesuatu yang urgent sampai Jaehan menelfonnya berkali-kali begitu.

"Hallo kenapa, lho sayang kenapa ko nangis?"

"Mau pulaaaang hiks. Kamu pulang sekarang aja"

"Ya ampun, aku belum bisa kalo pulang sekarang sayang masih ada satu pertemuan lagi. Kamu kenapa? Mama ya?"

"Gapapa aku mau kamu pulang aja hiks"

"Kalo sekarang banget ga bisa sayang. Paling dua jam lagi ya"

"Lamaaaaa banget Yechaaan hiks"

"Ya gimana sayang. Kamu sabar aja ya, nanti aku usahain deh semoga bisa pulang cepet. Nanti kita pulang ga usah nginep di rumah Mama ya"

"Iyaaa hiks"

"Yaudah aku tutup dulu, jangan nangis lagi ya sayang"

Usai menyudahi sambungan telfonnya Yechan mengurut pelan keningnya yang terasa berdenyut. Urusan kantor belum selesai, ada lagi masalah suaminya. Belum lagi perihal pertemuannya dengan Xen tempo lalu yang belum bisa ia jelaskan pada Jaehan. Akhirnya hanya helaan nafas yang bisa terdengar.

.
.

Sementara kondisi Jaehan saat ini ia benar-benar sedang menangis di kamar suaminya. Perasaan sensitif nya kembali timbul karena ibu mertuanya. Ia tidak bisa menahan tangisannya setelah memasuki kamar Yechan.

Rasanya tak sanggup menunggu kepulangan suaminya yang sepertinya masih lama. Mau nangis dipelukan Yechan.

Jaehan meringis pelan, merasakan perutnya yang terasa sedikit nyeri. Sepertinya karena menangis dan tekanan perasaan yang ia rasakan. Akhirnya ia memilih menenangkan diri agar bisa berhenti menangis.

"Sakit hiks" keluhnya pelan. Mau menelfon Ibu nya tapi ia takut akan menimbulkan masalah. Sepertinya akan menimbulkan kesan yang tidak etis kalau ia mengadu pada Ibu nya, dikondisi saat ini.

Lelah dengan rasa sakit dan tangisnya, perlahan Jaehan mulai mengantuk hingga akhirnya tertidur pulas.

***

Yechan menatap Ibu nya, tajam. Ia benar-benar tak habis pikir apa yang sebenarnya Ibu nya inginkan, bagaimana bisa ia mengundang Jehyun datang disaat Jaehan sedang datang, menginap.

"Mama cuma kangen sama Jehyun, Yechan. Salah kalo Mama ngundang dia? Mama pikir mumpung dia sedang sempat jadi tak salah kan kalo menyuruhnya datang" ucap wanita paruh baya itu, tak terima disalahkan putranya.

Yechan mengacak surainya, kasar.

"Udah deh Ma aku malas berdebat. Kami tidak jadi menginap, aku tidak mau istriku tersiksa disini. Inget ya Ma aku ga akan tinggal diam kalo Mama ngelakuin hal yang kelewat batas terus, saat ini aku masih bisa tahan, tapi kalo Mama terus mengusik kami. Aku ga janji bisa sesabar apa"

Usai berkata begitu Yechan langsung mendatangi Jaehan yang masih di kamarnya. Sebenarnya ia sudah tidak tahan dengan kelakuan Ibu nya. Tapi Jaehan selalu sukses menahan amarahnya.

.
.

Sunyi, itulah suasana yang dirasakan Jaehan saat ini. Ia masih dalam perjalanan pulang bersama Yechan. Saat Yechan datang, ia masih terlelap karena kelelahan, namun saat Yechan bertengkar dengan Ibu nya, Jaehan sudah bangun namun tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Yechan bicarakan. Satu-satunya yang ia mengerti, saat ini suasana hati Yechan sedang tidak baik.

"Maaf ya Yechanie"

Yechan menoleh sebentar mendengar istrinya yang malah meminta maaf Yechan semakin tak mengerti terbuat dari apa sebenernya hati Jaehan.

✔Felicity Conditions - Yechan JaehanOnde histórias criam vida. Descubra agora