Bab 4 : Halilintar Punya Pacar?!

4.4K 460 33
                                    

Layaknya hari-hari biasa, keributan di rumah keluarga Auriga ini merupakan hal yang biasa. Blaze yang dibanting Halilintar? Alah, pemandangan biasa itu. Jangan heran, udah jadi rutinitas malahan.

Nafas Halilintar terlihat ngos-ngosan, wajah pemuda itu terlihat mengantuk bercampur dengan rasa marah. Sementara Blaze? Yah, anak itu berguling-guling kesakitan di lantai.

"Anjir Je...! Gak ada rasa kasihan sedikitpun lo pas banting gue! Bisa geger otak nih gue." Blaze mengerang sambil menggosok kepalanya yang nyut-nyutan, punggungnya juga nyeri pake banget.

"Gue? Kasihan? Lo aja bangunin gue pake balon, haruskah gue kasihan sama cecunguk kayak lo?" Sinis si sulung, emosi banget kelihatannya.

Taufan terkikik melihat pertengkaran itu, sementara Thorn sibuk membuat pancake untuk sarapan mereka pagi ini.

Blaze cemberut, "Abisnya lo susah banget dibangunin, yaudah pake balon aja sekalian!"

"Pake air kan bisa! Emang niat lo aja kan biar bisa ngerjain gue?"

Sontak, Blaze nyengir, bener-bener tidak ada rasa bersalahnya sedikitpun. Heran, kok bisa Halilintar gak gila karena harus tinggal dan menghadapi kelakuan setan trio troublemakers ini. Kalo ditanya nanti Halilintar jawabnya, 'udah kuat iman' wkwkwk.

"Udah Je, mending lo mandi trus sarapan. Lo gak ada kelas pagi emangnya?"

Mendengar kembarannya berbicara, Halilintar pun menyudahi amukannya pagi ini, pemuda itu dengan kesal kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

"Sakit ya kak?" Celetuk Thorn tiba-tiba. Anak itu terlihat fokus pada pancake terakhirnya dan menatanya di piring, namun dari nada suaranya terdengar jelas bahwa ia sedang meledek Blaze, disini Taufan langsung tertawa terbahak-bahak.

"Tega kalian." Pundung si bara api itu.

Blaze dengan sedikit kesulitan berdiri, tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung dan kepalanya yang masih berdenyut nyeri, "Yah, setidaknya ekspresi limited edition nya Jendra udah di tangan gue mwehehehe. Bisa dipake buat nyogok."

Tawa setan keluar dari Blaze, mendengar itu Taufan dan Thorn menjadi penasaran, mereka menghampiri Blaze dan berkata,

"Bagi." Ujar keduanya bersamaan.

Blaze langsung menyeringai, "Lo berdua berani bayar berapa?"

Kedua saudaranya itu langsung protes, "Apa-apaan, sama saudara sendiri pun perhitungan?!"

Namun Blaze tak peduli, pemuda itu menunjukkan layar ponselnya yang membuat Taufan sama Thorn langsung menganga.

"Ini mah bener-bener limited edition! Bagi lah woi!" Kata Taufan tak percaya, foto yang Blaze tunjukkan benar-benar ekspresi limited edition nya Halilintar.

"Heh, gue hampir patah tulang cuma buat dapatin jackpot ini, mana diledekin lagi. Dua ratus lah maksimal. Anggap aja biaya pengobatan gue." Blaze mengulurkan tangannya seakan meminta uang. Gak ada biaya pengobatan sebenarnya, cuma akal-akalannya Blaze doang mah, Blaze kan tahan banting.

"Ish! Mahal banget! Kurangin lah!" Thorn langsung cemberut mendengar harga yang Blaze sebutkan.

"Tiga ratus." Blaze malah semakin menaikkan harganya, membuat Taufan dan Thorn mau tak mau merogoh kocek untuk foto edisi terbatas milik Halilintar.

Taufan mengeluarkan dua lembar uang merah dan menyerahkannya dengan tak ikhlas pada Blaze yang matanya sudah berubah menjadi bentuk uang, "Ck, iya iya! Nih dua ratus! Kasih bonus lah!"

Sebenernya ini unfaedah, tapi kedua orang itu rela ngeluarin uang demi foto Halilintar, foto yang bisa digunakan buat anceman tapi. Jarang-jarang mereka bisa memeras Halilintar hehe.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now