Bab 18 : Putus

3.4K 408 34
                                    

Niat awalnya setelah selesai memasak, ia akan senang-senang melepas penat bersama saudara dan teman-temannya. Tapi sepertinya, Taufan tidak diizinkan untuk tenang dan melepas stress nya sekarang.

"Apa-apaan ini? Lepaskan tangan anda dari adik saya."

Taufan berkata dengan dingin. Ekspresinya berubah menjadi datar. Fang sempat kaget melihatnya, Taufan ternyata begitu mirip dengan Halilintar ketika ia serius.

Sang kakek menoleh, "Taufan. Atau haruskah saya memanggil mu Arsa?"

"Don't you dare." Pemuda bermata sapphire itu berkata dengan tegas.

Manik sapphire itu masih tetap tertuju pada bibinya Laura yang masih mencengkram erat kerah baju Solar, "Lepaskan adik saya, tante. Saya bisa melaporkan anda ke pihak yang berwajib karena membuat keributan di kafe saya."

"Saya! Juga bisa melaporkan kakakmu itu ke polisi karena percobaan pembunuhan!"

Mendengar ancaman yang sama, Taufan menggigit bagian dalam bibirnya pelan. Ia menghela nafas sejenak, dan setelah itu ekspresi nya berubah, Taufan tersenyum meremehkan.

"Percobaan pembunuhan..? Tante, jangan berlebihan, itu hanya perkelahian antar sepupu, tante kayak gak pernah lihat aku sama anak tante itu berantem aja. Tingkatannya sekarang agak naik, kalo dulu anak tante cuma pingsan sehari, sekarang koma seminggu."

Laura yang saat itu masih dikuasai oleh amarah ingin sekali menampar Taufan, tapi sang suami menahannya, begitu pula ayah mertuanya yang menatapnya dengan tajam.

"Sa, aku rasa kita butuh privasi, jangan disini. Pelanggan kamu mulai gak nyaman." Suara Gempa menyadarkan Taufan.

Sulung kedua dari Auriga bersaudara ini melihat ke sekelilingnya, benar, sudah ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Mungkin juga sudah ada yang diam-diam merekam, dasar netizen tidak tahu kata privasi. Manik sapphire nya beralih ke Gopal dan teman-temannya.

"Ges, sorry ya. Gue harus pergi sebentar. Kalian makan aja duluan, gapapa kan?" Ia bertanya dengan senyum manis.

"Oh! Gapapa, santuy aja. Lo traktir kan?" Ujar Gopal, berusaha mencairkan suasana, tapi kayaknya gak berhasil.

"Haha iya dong~ gue kan dah janji. Okay, selamat menikmati menu spesial bang Upan~"

Setelah mengatakan itu, Taufan pergi duluan. Diikuti oleh Ice dan Solar yang dengan cepat berjalan di belakang Taufan, gak mau dekat-dekat sama kakek, paman dan bibinya itu. Gempa sendiri, dengan sifat baiknya itu mempersilahkan keluarga dari Bundanya itu untuk mengikuti langkah Taufan, yang tentu saja dihadiahi tatapan sinis.

Gempa menghela nafas dan mengikuti mereka dari belakang.

"Ya, lo gak ikut?" Ying bertanya ketika ia melihat gadis berhijab itu hanya diam memperhatikan kepergian keluarga Auriga itu.

Yaya menghela nafas dan kemudian kembali duduk di samping Ying, "Enggak, walaupun gue sepupu Elemental, gue hanya orang luar, gue gaada hak buat denger pembicaraan mereka."

"Awalnya gue mau nanya sama Taufan, tapi karena dia lagi ada urusan juga. Gue nanya ke lo aja, mungkin lo gak berhak untuk menjawab, tapi tolong kasih tau gue garis besarnya aja. Sebenarnya apa permasalahan keluarga Auriga ini?" Fang bertanya.

Yaya dan Gopal langsung saling pandang, "Kita bakal kasih tau garis besarnya, sisanya lo tanyain ke mereka sendiri."

---------------

Sudah satu jam, geng Kokotaim ini belum melihat tanda-tanda kepergian ketiga Auriga dewasa itu dari kediaman Elemental bersaudara.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now