Bab 10 : Tiga Permintaan (Flashback)

3.6K 388 19
                                    

Beberapa tahun telah berlalu semenjak perceraian kedua orangtuanya, Gempa, Ice dan Solar tidak banyak membicarakan hal itu pada sang ayah, mungkin sesekali ketika Ayah menawarkan mereka untuk menelpon saudara mereka di Indonesia. Ayahnya masih sibuk tentu saja, tapi Gempa tahu bahwa ayahnya ini selalu berusaha meluangkan waktu untuk mereka, ia mencoba untuk pulang sebelum isya hanya untuk makan malam bersama, Gempa merasa ayahnya mulai berubah.

Hidup di negara orang tentu awalnya tidak mudah, tapi mereka mulai terbiasa, bahkan Solar juga yang paling fasih berbahasa Inggris sekarang, tidak seperti dulu yang hanya bisa mengatakan nice to meet you dan good morning saja.

Ngomong-ngomong, hari ini merupakan hari kelulusan Gempa di sekolah menengah pertama.

"Kamu udah ada rencana mau sekolah dimana, kak? Atau mau homeschooling aja kayak Indra dan Gara?" Tanya Ayahnya, pria itu menatap lurus pada jalanan ramai kota New York.

Gempa yang duduk di sebelah sang ayah menoleh, "Hm? Gak ah, aku mau lanjut ke HSMSE, terus kuliah ke Oxford." Jawab Gempa.

"HSMSE? Jauh banget dari rumah loh, kamu yakin? Lagipula, yakin bisa masuk kesana? Ayah denger test masuknya susah loh." Goda sang ayah, walaupun sebenarnya ia tahu kemampuan anaknya dan ia yakin Gempa bisa masuk ke sekolah manapun yang ia inginkan.

"Aku udah dapat undangan beasiswa. Ayah pikir aku ini siapa?" Oke, Gempa agak sombong disini.

Ayahnya hanya tertawa mendengar nada bicara Gempa, "Iya deh yang lulusan terbaik. Ayah bangga banget sama kamu, sebagai hadiah, kamu ingin apa? Akan ayah kabulkan salah satu keinginan kamu."

"Satu aja nih?"

"Memangnya kamu mau berapa?"

Gempa terlihat memasang wajah berpikir, "Hm... Tiga deh, gak dikit gak banyak juga."

"Memangnya tampang ayahmu ini kayak Jin pengabul permintaan kah?" Kata sang Ayah bercanda.

"Iya, kayak Jin tomang."

Amato tersenyum lembut, "Yaudah, tiga permintaan."

"Yang pertama, aku mau ayah masak malam ini." Kata Gempa mengajukan keinginan pertamanya, ayahnya itu tanpa ragu mengiyakan dan menanyakan permintaan keduanya.

Gempa mengerutkan keningnya ketika ia menatap papan perbaikan jalan yang membuat ayahnya mengambil jalur alternatif yang telah disediakan, tapi setelah itu rasa bingungnya tergantikan ketika ayahnya memanggil namanya dan menanyakan kembali permintaan keduanya.

"Yang kedua, aku mau ayah jangan sibuk terus." Permintaan kedua Gempa agak sulit sebenarnya, tapi lagi-lagi ayahnya menyetujui tanpa ragu.

"Dan yang ketiga..?" Ayahnya bertanya.

Kali ini, Gempa terdiam. Gempa yakin permintaan ketiganya terkesan mustahil, tapi ini adalah keinginan terdalamnya, jadi, Gempa menarik nafas dalam sebelum akhirnya mengatakan keinginan terakhirnya.

"Aku mau ketemu Bunda."

Bisa Gempa lihat ayahnya agak kaget, dilihat dari bagaimana pria itu mencengkram erat setir mobilnya dan raut wajahnya yang agak mengeras, tapi beberapa saat kemudian, ekspresi ayahnya berubah seperti biasa lagi.

"Itu aja? Kecil bagi ayah mah, ayah kira kamu bakal minta dibeliin pulau atau negara kayak di novel-novel."

Gempa menghela nafas lega mendengar respon ayahnya, lalu ia tertawa kecil, "Ayah kebanyakan baca novelnya Gara pasti."

"Enggak kok! Siapa bilang?"

"Uncle Eric yang ngasih tau~" Kata Gempa dengan nada main-main, Gempa kemudian menyenderkan badannya ke pintu mobil dan memperhatikan jalanan yang lumayan sepi di sekitarnya, tapi kemudian, manik emasnya membulat.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now