Bab 14 : Bad Feelings

3.3K 412 37
                                    

Sejak ia tiba di kediaman Auriga, Ice merasa tidak nyaman, rasanya ada sesuatu yang akan terjadi ketika mereka tiba. Ice merasa buruk, dia takut. Ice selalu peka sama keadaan di sekitarnya, ia merasa seperti seorang peramal, karena firasatnya selalu benar. Dan itu pasti terjadi.

Hari ini, pagi ini, ia banyak melamun. Bahkan disaat Gempa asik menatap Taufan dan Solar yang sedang membuat konten tiktuk, pikiran Ice telah berkelana kemana-mana.

Lamunan Ice pun buyar ketika Gempa menjentikkan jarinya di depan wajahnya, "Kamu kenapa sih Ra? Melamun mulu, kalo gak ngelamun ya tidur, awas kesambet nanti." Ujar kakaknya itu.

Ice menghela nafas, "Maaf Na, aku cuma-..."

Perkataan Ice terpotong ketika mereka mendengar suara barang jatuh dan pecahan kaca. Owy si kucing rupanya secara tanpa sengaja menjatuhkan sebuah figura yang terletak di meja nakas.

"Owy! Aduh kucing ini! Foto apa yang lo jatuhin?!" Taufan berseru dengan panik, mengacaukan rekaman konten yang telah ia dan Solar buat.

Taufan bangkit berdiri dan bergegas ke lokasi dimana kucing itu menjatuhkan figura, dengan hati-hati Taufan melangkah agar tidak terkena serpihan-serpihan kecil dari pecahan kaca tersebut. Owy si kucing pun telah lari bersembunyi entah kemana, takut dimarahin sepertinya.

"Sa, hati-hati. Aku ambil sapu dulu." Kata Gempa sambil bangkit dari duduknya dan berjalan mencari sapu dan serokan sampah.

Solar berjalan mendekati Taufan untuk melihat karena penasaran, sementara Ice sendiri, perasaannya semakin tak menentu.

"Oh! Foto pas masih lengkap!" Kata Solar dengan mata yang berbinar di balik kacamata nya. Yep, itu foto keluarga mereka. Satu-satunya foto yang Auriga bersaudara ini miliki.

Taufan terlihat lega, fotonya masih mulus, "Untung aja gak rusak, foto terakhir nih."

"Ujungnya sobek, Sa." Kata Solar sambil menunjuk sudut kanan fotonya yang memang sobek.

"Oh ini? Emang dari awal udah sobek dikit sih, makanya Jendra bingkai biar agak awet, tapi si Owy malah ngerusakin..."

"Arsa, Indra, minggir dulu, biar aku sapu." Gempa pun muncul membawa sapu dan serokan, membuat kakak dan adiknya itu pun lantas menyingkir dari area itu.

Ice hanya diam memperhatikan, bahkan ketika jari Gempa tergores karena pecahan kaca, Ice tetap diam. Ia tahu, rasanya ada yang salah saat ini.

--------------

"Wih enak banget loh Thorn, besok aku pesan ya!"

"Gak rugi lo jual segini? Duh kayaknya gue ikut ekskul masak juga deh biar bisa icip-icip masakan lo!"

"Eh Thorn, kenalin sama abangmu yang namanya Hali itu dong~"

Buset bocah, Halilintar udah tua itu.

Saat ini, di jam istirahat, Thorn sedang dikelilingi oleh beberapa teman kelasnya yang sedang mencoba cupcake testimoni nya, bahkan ada yang membeli karena saking enaknya jadi gak tega kalo gak bayar, apalagi ditambah sama wajah gemoy-gemoy dedek satu ini. Ada juga nih yang cowok, pada icip-icip tapi tsundere mau bilang enak.

"Ekhem, gue pesen 3, kalo bisa yang bentukan lucu berglitter." Ujar salah satu teman laki-lakinya.

"Lo bisa bikin yang bentukan kayak karakter lucu gitu gak? Yang kayak doraemon atau apa kek." Nah yang ini gaada jaim-jaimnya bilang kalo dia suka bentukan lucu.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now