Bab 37 : Akhir dari ATLAS

3.6K 409 153
                                    

"Harusnya... Lo ngelindungin kita kan...?"

Blaze menggigit bibirnya, ia berlutut tepat di samping Ice, tangannya dengan ragu-ragu mencoba menyentuh wajah Ice yang berlumuran darah, Blaze mengusap wajah sang kembarannya, membersihkan darah yang ada disana.

"Ra...?" Panggilnya pelan.

Lidah Blaze kelu, sungguh, ia tidak ingin percaya dengan apa yang terjadi di hadapannya.

"Gue selamat loh, Ra. Berkat lo, gue masih hidup." Katanya dengan suara bergetar.

Blaze menangkup wajah Ice, menepuk-nepuknya pelan.

"Kita baru ketemu lagi setelah sekian lama loh. Masak... Masak lo tega ninggalin gue? Bangun dong, Ra. Mana yang katanya Elemental always together?"

Manik jingganya telah berkaca-kaca.

"Gara...?"

Ia mengguncang pelan tubuh itu, berharap hal itu akan membangunkan kembarannya.

"Sagara gue manggil loh, lo tega ngacangin gue...?"

Hati Halilintar sakit melihatnya, ia benar-benar tak sanggup melihat betapa kacaunya Blaze saat ini, ia membuka mulutnya, berteriak kepada Blaze, "Berhenti, Orion! Sagara udah gaada!"

Namun, teriakannya sama sekali tak menghentikan Blaze.

"ICE SAGARA YUDISTIRA, BANGUN SIALAN!" Blaze berteriak marah, mengguncang kuat tubuh yang jiwanya telah hilang.

Kini, Ice tidak akan bangun dari tidurnya, ia tidak akan mengomel marah pada Blaze yang membangunkannya dengan cara yang salah, Ice tidak akan lagi melemparnya dengan bantal karena kesal tidurnya di ganggu, dan... tidak akan ada lagi gerakan tangan ikonik yang baru saja mereka ciptakan.

Blaze melepaskan cengkraman nya pada Ice, meletakkan kembali mayat itu ke tanah. Manik jingganya terlihat kosong, Blaze, pemuda itu berjalan dengan gontai ke arah Halilintar, pikirannya kacau, hati Blaze retak, hatinya berdarah, bahkan pemuda itu tanpa sadar melangkahi mayat adiknya sendiri saking kacaunya pikirannya.

Si sulung meletakkan mayat sang kembaran dengan hati-hati, pemuda itu berdiri, ia melangkah, memutari Gempa sebelum akhirnya berdiri tepat di depan Blaze.

"Orion-..."

Belum sempat Halilintar menyelesaikan kalimatnya, tinju Blaze sudah menghantam rahangnya, akibat dari pukulan itu pemuda itu oleng dan mundur beberapa langkah, si sulung meludahkan darah dari mulutnya, dan kemudian Blaze meraih kerah baju Halilintar, menariknya, mencengkram nya dengan erat.

"Pertama, Anya."

"Lalu gue dan Solar."

"Sekarang, Sagara dan Nana."

Blaze tersenyum getir, cengkramannya pada kerah Halilintar semakin menguat, "Berikutnya siapa, Je? Arsa?"

Halilintar menggigit bibirnya, manik merahnya berkilat tajam, "Jangan bawa-bawa Arsa disini, brengsek."

Blaze tersenyum miris, "Kenapa? Setidaknya lo masih punya Arsa kan? Gue? Gue gak punya siapa-siapa lagi karena lo, Je!" Kata-kata yang ia ucapkan mulai tanpa arah, Blaze nyaris gila tanpa Ice.

"Tenanglah, idiot! Lo masih punya gue, lo masih punya Arsa, lo masih punya Anya dan Indra!"

"Tenang?! Lo nyuruh gue tenang setelah Sagara mati?! Belahan jiwa gue mati, Je...!"

Halilintar menggertakkan giginya, tanpa sadar lengannya bergerak untuk mencengkram kerah baju Blaze, "Bukan lo doang yang kehilangan disini bangsat! Naren juga mati, sialan! Kembaran gue juga mati!"

ATLAS [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin