Bab 15 : Halilintar

3.4K 399 36
                                    

Seperti namanya, Halilintar, ia akan menjadi badai, ia akan menjadi kekacauan. Layaknya petir yang menyambar gardu PLN yang akan mematikan segala aktivitas listrik di perumahan, Halilintar juga gitu, kalo ngamuk mungkin bisa mematikan orang.

Sebagai seorang teman, Fang bersyukur memiliki teman seperti Halilintar. Dia gak pernah punya teman se-blak-blakan Halilintar, yang mulutnya asal ceplos dan nyakitin banyak orang, yang orangnya ringan tangan banget, teman yang gak akan segan menonjoknya jika ia salah.

Ia dan Halilintar telah berteman sejak tahun pertama SMA, memang gak selama Gopal yang udah kenal dari zaman bocah, selama berteman dengan pemuda itu, Fang jarang melihat Halilintar marah, maksudnya marah yang benar-benar marah ya, Halilintar itu suka marah-marah tapi marahnya itu sekedar marah kesel doang.

Pertama kali dan terakhir kalinya Fang melihat Halilintar menggila itu ketika di tahun terakhir mereka di SMA, penyebabnya ya... Itu bahasnya kapan-kapan aja.

Oke kembali ke topik, semenjak kejadian itu, Halilintar gak pernah marah segila waktu itu.

Tapi kini, ini kedua kalinya Fang melihat Halilintar sekacau ini.

"LIN! BERHENTI WOI ANJING!"

Fang yang saat itu tiba bersama sang kakak langsung menarik tubuh Halilintar menjauh dan menahannya dengan sekuat tenaga ketika temannya itu mulai memberontak.

"Lepas bangsat. Biar gue bunuh bajingan itu."

Tinju Halilintar telah berlumuran darah, bercak darah yang masih basah tertinggal di wajahnya yang memar. Fang heran, ia kesal, di sekelilingnya telah ramai, kenapa mereka hanya menonton dan tidak menghentikan Halilintar?!

"Berhenti Hali, lo mau bunuh orang?"

Kata-kata dari abangnya, Kaizo, lantas menghentikan pemberontakan Halilintar, namun amarah di mata ruby itu belum padam.

"Gue diamin malah makin ngelunjak, harusnya dari lama gue hajar cecunguk sialan ini."

Nadanya penuh dengan amarah dan dendam.

Bahkan saat sang presma muncul, amarah Halilintar juga belum padam.

"Anjing... WOI JANGAN ADA YANG VIDEOIN BANGSAT! BUBAR KALIAN!" Teriaknya membubarkan kerumunan.

Fang bisa melihat presma menatap Halilintar dengan tak percaya, si pemimpin mahasiswa itu bergegas mengecek keadaan Wendy. Sepupu dari Halilintar itu nyaris tak bernapas. Maksudnya gak mati ya, pingsan doang, tapi kondisinya cukup parah.

"Fuck, apa yang lo lakuin Lin?!"

"Kelepasan." Jawab Halilintar, santai banget lagi jawabnya.

"Sial, woi bantuin gotong ni orang ke UKK bangsat, jangan liatin doang kek orang dongo!" Si presma kesal pada orang-orang yang masih menonton.

Si sulung dari Auriga ini pun kemudian melepaskan diri dari kedua Lievai bersaudara ini. Halilintar mengusak rambutnya dan membersihkan jejak darah diwajahnya, kalo dibayangin sih ganteng bro, apalagi nampak jidat. Puja jidat Halilintar.

"Biarin aja mati disitu, Dir. Hidup cuma buat nambah populasi aja, gak ada manfaatnya. Setidaknya kalo hidup bermanfaat dikit, ngehina gue sama saudara gue sampah, kelakuan dia lebih kayak sampah, anjing."

Sang presma, kita sebut saja dia Dirga, nampak lelah, "Jangan nambahin beban gue, Lin. Mending lo tenangin diri sana, biar gue urus ni orang dulu." Kata si presma sambil menopang tubuh Wendy bersama dengan seorang lagi di bahu mereka dan pergi membopongnya ke UKS.

"Lo ngehajar dia pasti ada sebabnya kan?" Fang bertanya, tapi Halilintar hanya diam tak menjawab.

Kaizo, abang dari Fang ini mengalihkan tatapannya ke Halilintar, "Lo mau gimana sekarang? Ngampus dengan keadaan kek gitu mana bisa, balek? Mau bilang apa lo ke adek-adek lo?"

"Jangan kasih tau mereka." Halilintar berkata dengan cepat.

Pemuda bermata merah itu membuka pintu mobilnya lagi, Fang segera menghentikannya, "Lo mau kemana, Lin?"

"Nenangin diri, kalo gue masih disini bisa aja gue samperin si brengsek itu. Jangan kasih tau Arsa, Fang. Dia bakal..." Halilintar tak menyelesaikan kalimatnya dan melepaskan cengkraman Fang pada pergelangan tangannya.

"Kasih tau gue lo mau kemana." Ujar Kaizo.

Halilintar mengangguk dan kemudian masuk ke mobilnya dan pergi dari area kampus.

"Bang?! Lo biarin Hali pergi gitu aja?"

"Biar aja, mending lo ke kelas sana, udah telat kan?" Suruh abangnya itu.

"Nanti kasih tau gue Hali mau kemana." Tuntut Fang, jujur saja Fang khawatir.

"Gak."

Fang berdecak, ia mau maksa lagi tapi abangnya ini tampangnya nyeremin. Dengan kesal ia pergi ke kelasnya, meninggalkan Kaizo sendiri di parkiran. Tangan Fang bergerak mengambil ponselnya dan menghubungi Taufan, kembaran dari Halilintar itu berhak tau.

"Fan-...."

---------------

Halilintar membawa mobilnya ke daerah yang cukup jauh dari kampusnya, cukup jauh dari rumahnya. Sampai akhirnya mobilnya terhenti di depan sebuah rumah bergaya tradisional Jepang yang memiliki halaman luas.

Ketika Halilintar keluar dari mobil, ia disambut oleh orang yang merawat rumah itu selama ditinggalkan.

"Ah, tuan muda Halilintar, lama tidak bertemu, terakhir kali saya melihat anda itu sebelas tahun yang lalu, ketika tuan dan nyonya besar berpisah, anda sudah sangat besar sekarang, dan semakin tampan." Ujar wanita tua itu dengan senyum lembutnya, tapi senyuman itu lantas menghilang ketika melihat lebam dan bekas darah di tangan dan di wajah Halilintar.

"Apa yang terjadi dengan wajah anda? Anda terlibat perkelahian?" Wanita tua itu bertanya dengan khawatir.

Halilintar menggeleng dan tersenyum lembut, "Saya tidak apa-apa, nenek. Dan tolong panggil saya Hali atau Alin saja, jangan terlalu formal."

Wanita tua itu, Bu Irma, kepala pelayan keluarga mereka dahulu, langsung menarik lembut tangan Halilintar.

"Saya rasa kamu sedang dalam masalah dan ingin menyendiri ya? Kamu masuklah, tenangkan dirimu ya? Segera obati lukanya, kotak P3K masih berada di dapur. Jika terjadi sesuatu, kamu bisa menemukan nenek di rumah belakang, oke?" Kata Bu Irma sembari menyerahkan sebuah kunci ke Halilintar.

"Iya, terimakasih, nek."

Sepeninggal Bu Irma, Halilintar menatap rumah besar bergaya tradisional Jepang itu dengan sendu.

"Raja pulang, ayah, bunda..."

---------------

Jejeng! Sengaja tak gantung! Hehe~
Bab kali ini lebih pendek dari biasanya
Sampai jumpa di hari selasa ueueue

Sekian dari aing, adios~

-RezleaReinn

ATLAS [END]Where stories live. Discover now