Bab 34 : Run Run Run!

2.7K 386 76
                                    

Blaze menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, ia menunggu, terus menunggu kematian nya, bunyi 'beep beep' di dadanya bahkan tak lagi mengganggu nya, Blaze siap untuk mati.

Ketika suara ledakan dan getaran di lantai ia rasakan, Blaze menutup matanya, menikmati sensasi itu, agak gila memang anak ini.

'Udah di mulai ya, gue bahkan belum ngucapin selamat tinggal ke Rara...' Batinnya kala itu.

Blaze kembali membuka matanya, menunjukkan manik jingganya yang membara dan sedikit berkaca-kaca.

'Tuhan, jika hambamu yang banyak dosa ini ditakdirkan pergi pada hari ini, tolong, tolong berikan waktu sebentar saja-...'

"ORION! THANK GODDESS!"

Lamunan Blaze langsung buyar, manik bara apinya itu kemudian menyipit ketika sinar dari senter memasuki netra matanya, ia mengedipkan matanya beberapa kali, ia juga merasakan lakban di mulutnya juga terlepas, dan ketika penglihatannya kembali normal, ia menemukan wajah lega Gempa dan sosok yang tak ia kenal di dekat kakaknya itu.

Rasanya Blaze ingin menangis lega, "Nana..." Ia berkata dengan parau.

Tangan hangat kakaknya itu menyentuh sisi kiri wajahnya, sentuhan itu menenangkan Blaze, "Yeah, I'm here, Orion. You're already save now..!"

Mata Blaze terasa panas, bibir pemuda itu sedikit bergetar seolah-olah berusaha menahan semua emosinya agar tidak meledak, "Gue kira-... gue kira gue bakal mati, gue takut banget, Na..."

"Ssstt, tenanglah, Orion. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Bisikan itu menenangkan nya.

Blaze langsung memeluk Gempa ketika semua ikatannya terlepas, akhirnya ia bisa bernapas lega  namun kemudian bunyi 'beep beep' di dadanya membuat ia langsung menjauhkan diri dari Gempa.

"Tenanglah, jangan panik. Ini agen Rose, rekannya uncle Mecha, beliau seorang penjinak bom, agen Rose akan melepaskan bom itu darimu. Tetaplah bersama agen Rose dan keluarlah dari sini ketika bom itu terlepas, mengerti?"

Blaze mengerutkan keningnya, ia langsung mencengkram pergelangan tangan Gempa ketika melihat yang lebih tua terlihat akan pergi meninggalkannya.

"Na, lo mau kemana?" Ia bertanya.

Hanya tepukan di kepalanya yang menjawabnya, ketika Blaze menatap tepat ke manik dwi warna Gempa, pemuda itu langsung membeku, mata Gempa terlihat gelap.

"Agen Rose, tolong jaga adik saya, ya?"

Pegangannya terlepas dari pergelangan tangan Gempa, "Tunggu, Na! Lo mau kemana?! Jangan tinggalin gue! GEMPA!"

BLaze ingin mengejar Gempa, tapi agen Rose langsung menahannya, "Gempa akan baik-baik saja, duduklah dengan tenang sementara saya melepaskan bom ini dari kamu, oke?"

Mau tak mau, Blaze kembali duduk, ia menggigit bibirnya dengan kesal  menatap kepergian Gempa tanpa bisa melakukan apapun.

------------------

Ice menggertakkan giginya, pemuda itu berlari dengan tergesa-gesa dengan laptop yang di apit di ketiaknya, mulutnya sedari tadi tak berhenti berkomat-kamit memaki-maki.

"Brengsek, udah mulai aja sialan! Kasih aba-aba kek kalo mau ngeledakin lantai ini YA TUHAAAAANNN!"

Ice tuh sebenarnya gak mau lari-lari, tapi ini demi nyawanya, saat ini Ice sedang lari dari kejaran api yang mulai merambat ke sekelilingnya, jujur saja, Ice cukup sedih, ia memiliki begitu banyak kenangan di gedung perusahaan ini, dan kini ia akan melihat perusahaan besar itu runtuh, hal itu tentu membuat Ice sedih.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now