Bab 21 : New Chara, Unlocked

3.4K 408 67
                                    

"Trauma apa?"

Pertanyaan dari Solar membuat Thorn membeku. Taufan melirik adiknya itu. Halilintar bahkan menghentikan kerjaannya, pemuda itu sudah menduga Solar akan menanyakan hal itu.

"Biar aku aja yang jawab." Ujar Thorn memberanikan diri.

"Sesuai dengan penjelasannya kak Sa tadi, keluarga Bunda tuh gak suka sama kita. Khususnya sepupu-sepupu kami, kecuali kak Yaya tentunya. Setiap kunjungan kesana, selalu aja ada tatapan gak suka."

Yaya tersenyum mendengar perkataan adik sepupunya itu.

"Aku pasti di ganggu. Entah itu sama kak Wendy, adiknya kak Wendy, atau sepupu aku yang lain. Mereka mecahin vas, aku yang dimarahin, mereka jatuh atau luka, aku yang disalahin."

"Ayah sama Bunda cerai pas aku umur 5 tahun kalo aku gak salah ingat. Dan Bunda membawa kami ke kediaman keluarga nya beberapa bulan setelah perceraian. Awal tinggal disana tuh, biasa aja. Tapi lama-lama, topeng mereka mulai retak. Tante-tanteku mulai berani nyuruh-nyuruh bunda layaknya pembantu, kak Wendy juga mulai terang-terangan gangguin kak Je dan ngeledek kak Sa. Kalo kak Oni mah tiap diganggu sama sepupu lain selalu ngelawan walaupun endingnya selalu dimarahin sama kakek. Kalo aku..."

Ada jeda sejenak, Halilintar bisa melihat adiknya itu menarik nafas dalam-dalam seolah-olah menenangkan dirinya sendiri.

"Aku pasti di ganggu. Entah itu sama kak Wendy, adiknya kak Wendy, atau sepupu aku yang lain. Mereka mecahin vas, aku yang dimarahin, mereka jatuh atau luka, aku yang disalahin. Aku pengen ngadu ke Bunda, tapi nanti malah Bunda yang dimarahin sama kakek. Jadi aku diem aja."

"Dan juga selama di sekolah dasar, aku di..., bully. Aku berani sumpah selama di sekolah aku gak ada berbuat nakal atau gimana. Pembullyan ini ada karena... hasutan yang dimulai dari adiknya kak Wendy. Terus karena dulu aku orangnya memang agak lambat, jadi makin di bully deh. Pas SMP kami udah pindah kesini, dan mungkin aura bullyable udah terpampang jelas di aku.  Bullying pas di SMP lebih parah dari SD, aku sampai-...."

Thorn menghentikan kalimatnya dan menunjukkan bekas barcode yang telah memudar di kedua lengannya.

"Pas ketahuan bikin kek ginian kak Je marah banget hehe."

Halilintar mendengus mendengarnya, daripada marah, kalo boleh jujur Halilintar lebih merasa khawatir, marah hanyalah cara ia menunjukkan kekhawatirannya.

"Kenapa gak lapor ke orang dewasa?" Tanya Fang.

"Udah pernah. Tapi faktanya malah diputar balikkan. Dibilangnya lah si Anya yang mungkin ada salah makanya di bully. Seakan-akan mewajarkan tindak bullying yang mereka lakuin ke adek gue, bukannya di kasih solusi malah dibikin makin down mentalnya, kalo bisa udah gue acak-acak tu sekolah dari lama." Si sulung Auriga itu berujar dengan sinis.

Mereka terdiam mendengarnya. Pelaku yang seharusnya dihukum seberat-beratnya, hanya dibiarkan begitu saja, dan malah korban yang disalahkan. Beginilah lemahnya SDM di negara tercinta kita ini.

"Tapi sekarang aku gak papa, pas ketahuan sama kak Je, aku langsung diajarin bela diri, kak Oni juga ngelabrak anak-anak yang ngebully aku di luar sekolah. Dan kak Arsa juga mendadak jadi psikolog aku pas itu. Semuanya aman terkendali. Yah, tapi tetap aja trauma ketika di bully itu masih ada."

Pernyataan terakhir tersebut setidaknya menenangkan Solar, tapi anak itu kelihatan masih gelisah.

"Aku mau sekolah. Kayaknya aku gak bisa tenang kalo gak mastiin semuanya baik-baik aja." Ujar Solar mengambil keputusan, ia menatap ketiga sulungnya itu yang langsung mengiyakan permintaannya. Thorn sendiri langsung merasa terharu.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now