Bab 29 : A Side of Beliung

2.8K 388 47
                                    

Beberapa tahun yang lalu, Beliung hanyalah anak normal biasa. Ia bermain, ia tertawa dan mengerjai anak-anak lainnya seperti anak kecil pada umumnya. Beliung mempunyai seorang adik yang setahun dibawahnya, namanya Rimba. Ia sangat dekat dengan adiknya itu, seperti para Elemental.

"Bel-Bel! Look what I found! A blue butterfly!"

Rimba adalah anak yang riang, mirip sekali dengan Thorn. Ia menyukai banyak tanaman dan hewan. Senyum anak itu terlihat seperti malaikat suci yang tak ternoda.

Sejauh ini, hidup Beliung sempurna. Ia memiliki orangtua yang penyayang dan adik yang luar biasa.

Hari itu adalah hari ulang tahunnya yang ke delapan, biasanya setiap ia ulang tahun, ia akan merayakannya bersama keluarganya, namun, hari ini sekolah tak mengizinkan untuk pulang lebih awal karena ia dan teman sekelasnya harus menjenguk salah satu temannya yang sakit.

"Pergilah sayang, teman-temanmu menunggu." Ujar Mommy nya kala itu.

"But Mom... Aku ingin merayakan ulang tahun ku dengan kalian sekarang..." Katanya dengan sedih, telinga kucing imajiner nya bahkan ikut turun karena kesedihannya.

"Listen big boy, Daddy dan Rimba punya kejutan yang menunggu mu di rumah, namun karena membuat kejutan itu membutuhkan persiapan, kamu pergilah bersama teman-teman mu dulu, oke?"

Mendengar kata kejutan, Beliung langsung bersemangat.

"Daddy's right! Rimba have a surprise for big brother! Cepatlah pergi dan segeralah pulang untuk melihat surprise nya!"

Beliung mengangguk dengan semangat, ia memeluk erat Daddy dan adiknya dan kemudian mencium kilat pipi Mommy nya. Ia berjalan mundur.

"Aku mau kejutan yang besar ketika pulang nanti!" Katanya sambil merentangkan tangannya.

"Bye bye Mommy, Daddy, Rimba!"

"Good bye, honey!"

-----------------

Beliung melangkah dengan riang menuju rumahnya, kaki kecilnya membawanya berlari, ia sangat bersemangat, keluarganya pasti menyiapkan kejutan yang luar biasa untuknya. Langkah kakinya melambat ketika tak melihat sosok penjaga yang menjaga pos rumahnya. Beliung mengerutkan keningnya.

Saat itu waktu maghrib telah tiba, membuat suasana area perumahan nya sangat sepi. Beliung membuka pintu pagarnya yang tak terkunci. Ketika ia melangkah masuk ke halaman rumahnya, ia menemukan seonggok tubuh tergeletak di rerumputan tak jauh darinya.

Beliung berlari menghampiri dan menemukan wajah sosok penjaga rumahnya, "Uncle?! Uncle wake up!" Beliung tersentak ketika kakinya memijak genangan darah, manik birunya melebar.

Ia mengalihkan pandangannya ke rumahnya, "Mommy! Daddy! Rimba!" Ia berteriak dan berlari.

Anak itu mencoba membuka pintu rumahnya, namun pintu itu terkunci, Beliung berlari dan berjinjit ke jendela di dekat pintu, rumahnya dalam keadaan gelap, dan sebuah tubuh tergeletak tak jauh dari sofa. Manik Beliung bergetar, anak itu mengenali surai biru sang Ibunda.

"Mommy...?"

Beliung melangkah mundur dari jendela, ia menggeleng sambil menepuk-nepuk wajahnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri, berusaha melupakan apa yang baru saja ia lihat. Sosok yang ia lihat tadi bukan Mommy nya, ya, bukan, ia pasti salah lihat.

Anak itu kemudian dengan setengah berlari menuju ke pintu belakang rumahnya, dan benar saja, pintu belakang tidak terkunci.

Dengan hati-hati ia melangkah. Rumahnya gelap dan sangat hening, biasanya ia akan mendengar suara teriakan senang dari Rimba dan tawa dari Mommy dan Daddy nya, tapi kali ini, benar-benar hening.

ATLAS [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora