Bab 30 : Menuju New Jersey

2.8K 365 96
                                    

Malam itu, Kaizo dan Beliung memutuskan untuk menginap di kediaman para Elemental dengan niat untuk mengawasi mereka. Disaat orang lain sudah tertidur lelap dan mengarungi dunia mimpi, berbeda dengan Halilintar, pemuda itu berdiri menatap gelapnya malam di rooftop rumahnya.

Tangannya terlipat di depan pagar dan jari-jarinya menggenggam erat rokok elektrik di tangannya. Sesekali benda itu ia angkat untuk ia hisap dan menghembuskan asap putih berbau vanila ke udara.

"Seingat gue benda itu udah gue banting, kapan lo beli lagi?"

Halilintar melirik dan kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke depan, mengabaikan pertanyaan Taufan yang datang dari belakangnya. Bahkan ketika Taufan mengambil barang itu dari tangannya, Halilintar masih tak memperhatikan kembarannya itu.

"Kalo stress tuh jangan lampiaskan ke ini bisa gak? Lo suka ceramahin Indra yang sering begadang, tapi lo sendiri ngerokok kek gini, cepet mati mau?" Ujar Taufan dan menyindir Halilintar menggunakan kalimat yang sering Halilintar gunakan.

Halilintar menunduk, membuat sebagian wajahnya tertutup oleh poninya, "Sa, disaat gue gak ada, jaga adik-adik ya?"

"Ngomong apa sih lo? Ngaco banget. Memang lo mau kemana?" Taufan berujar dengan sinis.

Si sulung tidak menjawab, ia hanya tetap diam. Halilintar tersentak ketika Taufan menepuk bahunya, ia menoleh dan menatap tepat ke manik sapphire kembarannya.

"Mereka bakal baik-baik aja, Je. Pria itu... Gue rasa ia tidak akan mengangkat tangan untuk melukai mereka, khususnya Indra." Ujar Taufan, ia terdengar tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

Halilintar mendengus, "Dia bahkan mencoba membunuh gue dan Nana. Kemungkinan nya sangat besar dia akan menyakiti Indra dan Oni."

Argumen tersebut mematahkan pernyataan Taufan, ia menghela nafas, "Kalau begitu berdoa lah untuk keselamatan mereka, Je. Ngerusak diri lo sendiri tidak akan menghasilkan apa-apa."

"Gue serius sama perkataan gue yang sebelumnya, pagi ini, gue bakal berangkat ke New Jersey. Seandainya gue gak pulang, lo jaga yang lain."

Manik biru Taufan membulat, "Gue ikut!"

Halilintar langsung menggeleng, tatapan nya yang tegas jelas menolak permintaan Taufan, "Gak, lo tinggal disini, di rumah, jaga adik-adik kita, ngerti Arsa?" Ucapnya sembari mengusak pelan rambut Taufan dan berjalan pergi meninggalkan rooftop.

Surai Taufan langsung jatuh, pemuda itu menunduk dan mencengkram erat rokok elektrik milik Halilintar di tangannya.

"Gue harus apa kalo lo beneran gak balik lagi, Jendra..?"

-----------------

Matanya perlahan terbuka, hanya kegelapan lain lah yang Solar temukan. Solar merasa sesak, dan ia merasa ada sesuatu yang merekat di wajahnya, dan pergerakan nya sangat terbatas, anak itu berusaha menggerakkan tangannya, bunyi gemerincing rantai menarik perhatian nya, ah, pergelangan tangannya di borgol. Solar menjadi panik.

"Nana..? Ra...? Help..! Please let me out!"

"Kak Je?! Oni! Arsa! Anya! Please someone!"

Manik silvernya bergetar, ia mencoba memukul-mukul dinding kayu di hadapannya dengan harapan siapapun akan menolongnya, "Ayah! Bunda! Nana! Rara! Help me!"

Bagaimana pun juga, Solar hanyalah seorang anak yang baru saja berusia 16 tahun.

"Indra?! Indra lo denger gue?!"

"Oni?! Kak, kamu dimana?!" Solar bertanya dengan panik sekaligus lega, setidaknya ia tidak sendirian saat ini.

"Gak tau! Keknya kita lagi di dalam peti? Sempit banget disini anjing! Sesak nafas gue! Lo gak papa, Ndra?!"

ATLAS [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin