Bab 33 : Chaos

2.5K 375 78
                                    

Yok ku temankan malming kalian smwa dengan bab baru ATLAS ea, enjoyy gaesss!

ATLAS


Halilintar mengulurkan tangannya, meraih sebuah botol anggur mahal diatas meja, ia melangkahkan kakinya menuju ke tengah-tengah ruangan itu, wajahnya kini tanpa ekspresi. Dan tanpa peringatan, ia membanting botol anggur itu ke lantai.

Tindakannya berhasil mengambil alih perhatian orang-orang di sekitarnya, semua mata tertuju padanya, Halilintar menyeringai kecil, ia membungkuk, mengambil gagang botol yang belum sepenuhnya hancur, mencengkeram nya erat, manik merahnya menatap tepat ke arah sosok Hendery Azrael.

"Psikopat sialan."

Ia maju selangkah.

"Bajingan gila."

Kakinya terus melangkah, ia berjalan agak gontai layaknya pria mabuk, sebagian wajahnya tidak terlihat karena tertutup poninya yang sedikit panjang, seringai di bibirnya sama sekali tak membuat ekspresi nya terkesan ramah.

"Teroris."

Ini bukan Halilintar si mantan wapresma yang dingin dan terkenal galak, namun ini adalah Halilintar si anjing gila dari SMA Galaxy Monsta.

"Pembunuh."

Hendery tersenyum miring, memperhatikan setiap pergerakan yang Halilintar lakukan. Halilintar kemudian berhenti tepat beberapa langkah dari Hendery.

"Datang jauh-jauh untuk membunuhku? Betapa berambisinya kamu, Halilintar. Bunda kamu tidak mengajari kamu menjadi seperti itu kan?"

Seringai di wajah Halilintar nyaris menghilang ketika pria itu mengungkit-ungkit sang Ibunda, "Bunda udah gaada, ayah gak pernah ada buat ngekang sifat pemberontak gue. Jangan lo kira gue takut buat jadi pembunuh, moral itu hilang bersama dengan kematian Bunda."

Hendery tertawa, "Lihatlah betapa miripnya kita, Halilintar. Revenge makes you stronger, right?"

"Loves make me stronger. Sekarang, dimana Blaze?"

Hendery sempat berdecih ketika mendengar kalimat pertama Halilintar, pria itu kemudian berjalan mendekati Halilintar yang menatapnya dengan waspada, Hendery berjalan memutari sosok Halilintar dengan senyum di wajahnya.

"Cinta, betapa menjijikkan nya. Dan Blaze, anak itu tentu berada disini, kamu hanya perlu mencarinya dengan lebih teliti. Dan ayo kita bermain game, Halilintar."

Halilintar mengerutkan keningnya, "Game? Omong kosong apa yang sedang lo mainin, huh?" Ia bertanya dengan sinis.

"What if, one punch, one explosion?" Ia bertanya sambil menunjukkan ponselnya.

Manik merah Halilintar melebar, "You crazy bastard!"

Halilintar melemparkan pecahan botol anggur itu ke arah Hendery, tepatnya ke tangan Hendery yang sedang memegang ponsel yang menjadi pengendali peledak yang terpasang di gedung perusahaan itu.

Ponsel itu terjatuh dari tangan Hendery, bersamaan dengan darah yang perlahan mengalir dari tangan, aksinya tentu saja berhasil membuat keributan di sekeliling nya.

"Bermain kasar huh, Halilintar?" Hendery menyentak tangannya, membersihkan darah yang berlumuran di tangannya, mengotori lantai di bawahnya. Pria itu melirik ponsel yang tergeletak tak jauh darinya, kemudian ia menatap Halilintar.

Halilintar dengan cepat berlari dan mengulurkan tangannya, mencoba meraih ponsel yang berada tak jauh dari Hendery, namun pria itu dengan sigap mengangkat kaki kanannya dan melakukan gerakan memutar, menendang tepat ke wajah Halilintar, membuat si mata merah terpukul mundur dan menabrak meja berisi makanan di sana, membuat barang-barang diatas meja itu jatuh berhamburan, menuai lagi teriakan histeris dari beberapa tamu yang masih ada.

ATLAS [END]Where stories live. Discover now