PART 10 | TULIP

13 3 0
                                    


"𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒏𝒚𝒂, 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒌𝒖𝒏𝒋𝒖𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒏𝒚𝒂, 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒖𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒌𝒖𝒏𝒋𝒖𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒖𝒉"

_______

Sakit. Itu yang saat ini ia rasakan. Berulang ulang kali, di bangkitkan oleh harapan dan di jatuhkan dengan ekspektasinya atas harapan iti sendiri.

Lelah kakinya melangkah, mengapai apa yang semu baginya. Cukup sulit tapi tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya hanya tentang waktu. Tapi apakah ini akan berakhir, atau akan berlanjut sampai iya benar benar menyerah?.

Air matanya kembali mengalir. Kata demi kata masih berputar putar di dalam kepalanya. Isinya sangat penuh. Jika ada cara untuk mengeluarkan isi bisikan di kepalanya mungkin ia akan memilih untuk mengeluarkan semuanya.

"Saudara nararya maisya yodha?"

Suara perempuan yang memasuki ruangannya menghalau isak tangannya. Nara kemudian menganggukan kepalanya

"Saatnya minum obat, silahkan nanti di minum obatnya setelah makan yaa, ohh iya ini ada titipan dari seseorang di lobi"

"Dari siapa sus?"

"Rahasia katanya, kalau begitu saya permisi yaa, jangan lupa di minum obatnya"

"Makasih sus"

Ia mendapati buket bunga tulip pink. Tak hanya memberikan cuma cuma ada artian di dalam setiap bunga. Seingatnya tulip pink melambangkan sebuah harapan bahagia dan penghargaan kepada seseorang

Nara tidak mengerti siapa yang mengirim bunga secantik itu. Bunga pertama yang ia dapatkan dari seseorang dalam hidupnya. Berharga, tapi tidak di ketahui siapa pemberi bunga itu. Padahal ia ingin sekali berterimakasih.

"Siapapun kamu, nara akan bertrimakasih"

Tak lupa ia meminum obat yang sudah di siapkan sedari tadi.

••••

Suasana kelas saat itu sangat kacau. Banyak kebisingan akibat jam kosong. Suara tawa, teriakan, serta candaan yang menghiasi setiap sudutnya.

Pandanganya tertuju kepada bangku kosong tanpa pemilik hari ini. Ia tersenyum kecil. Akan ada banyak cerita jika hari hari yang ia lalui bersama gadis itu.

"Ra, gimana caranya biar lo keluar dari jerat yang selama ini lo alamin. Apa gue bisa buat lo keluar? Apa gue bisa bikin lo bener bener bahagia?"

Ia tidak sabar untuk segera pulang. Padahal waktu baru menunjukan pukul 11.53, tapi rasanya sudah sangat bosan.

Ia duduk di meja panjang itu dengan meja yang di penuhi oleh aneka sendok dan garpu. Bau kuah bakso yang sangat menggugah selera membuatnya bersemangan untuk segera mengisi perutnya.

NARARYA || on goingWhere stories live. Discover now