PART 19 | LAUTAN HITAM

6 2 0
                                    

"𝑳𝒂𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒓𝒖 𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒕𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒎 𝒘𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒍𝒂𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑳𝒂𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒓𝒖 𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒕𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒎 𝒘𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒍𝒂𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒎𝒖"

_______

Waktu berdenting begitu cepat, di lihatnya jam kecil di nakas meja, waktu menunjuka pukul 06.30. Genan segera bergegas untuk memakai seragam sekolahnya. Namun begitu ia selesai mandi, handphonenya berdering menampilkan nama ayahnya di layar.

"Kenapa?"

"Temui papa di kantor jam 8"

Seketika ia banyak sekali mengumpat dilubuk hatinya.

"Gue sekolah"

"Papa udah izinin kamu bahwa kamu ada kepentingan hari ini, jadi tidak usah masuk sekolah hari ini"

"Terserah"

Pagi cerah hari ini sungguh membuatnya hilang mood. Ia terpaksa memakai baju seragam walau ia tau dirinya tidak akan berada di sekolah, setidaknya kalau dirinya sudah muak dengan obrolan ada alasan untuk menghindari itu, dengan alasan ia ingin pergi ke sekolah, dan dia hanya ingin meyakinkan ayahnya untuk terakhir kalinya.

Dengan malas ia memesan taxi online untuk hari ini, dengan alasan tidak ingin mengendarai motornya.

Bahkan dirinya tidak pamit dengan jelita, dia tidak ingin jelita khawatir. Sungguh pikirannya kini sudah bermacam macam, ia menebak segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Tanpa sadar kini taxi itu sudah menepi di depan kantor. Ia menelusuri lobi itu, banyak orang berjas berlalu lalang.

"Mau ketemu sama pak bina" ucapnya kepada resepsionis.

"Baik segera menuju ke ruangan pak bina saja ya, sudah di tunggu"

Kenapa kali ini ia merasa gugup, bahkan nafasnya tampak tersenggal. Kini langkah kakinya berhenti di depan pintu ruangan dimana bina berada.

Tanpa basa basi, genan segera menerobos pintu itu dengan sarkas. Dan penampakan yang pertama kali ia lihat adalah dua orang yang sedang duduk berbincang.

"Sial, harus banget sama jalang itu" pekiknya.

Bina tampak terkejut dengan kedatangan putranya. Ia tidak yakin bahwa genan benar benar mau bertemu dengannya padahal.

"Silahkan duduk"

Genen menatap bina dengan api amarah. Ia paling tidak suka melihat wanita itu. Apalagi wanita itu justru menawarinya untuk duduk.

"Papa bilang cuma berdua, kenapa ada wanita itu?"

"Dia juga mama kamu genan"

"Apa? Mama? sejak kapan genan punya seorang mama kayak dia, kalo gitu genan pergi, genan nggak mau ngobrol kalo wanita itu belum pergi"

NARARYA || on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang