PART 38 | FLASH DISK TUA

3 0 0
                                    

"𝒇𝒓𝒐𝒎 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝑰 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅, 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒐𝒖 𝒊𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒈𝒓𝒆𝒂𝒕𝒆𝒔𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝑮𝒐𝒅 𝒉𝒂𝒔 𝒈𝒊𝒗𝒆𝒏"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"𝒇𝒓𝒐𝒎 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝑰 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅, 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒐𝒖 𝒊𝒔 𝒕𝒉𝒆 𝒈𝒓𝒆𝒂𝒕𝒆𝒔𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝑮𝒐𝒅 𝒉𝒂𝒔 𝒈𝒊𝒗𝒆𝒏"

__________

Dalam perjalan pulang, ia masih mengingat isi dari flash disk yang ia temukan. Motor yang ia lajukan kini semakin mengencang. Ia masih ingin melihat isi lengkap dari flash disk itu.

Begitu dirinya sampai. Ia langsung menuju kamarnya. Membuka laptop yang berada di meja kamarnya.

Struk psikiater

Mungkin mereka tidak akan tau berapa kali aku berusaha datang kepada orang yang mengerti perasaanku. Psikiater adalah tempat yang tepat untuk aku berkeluh kesah disana. Aku bisa menangis, tertawa, dan aku bisa menjerit dengan keras. Lebih tepatnya seperti terapi. Tapi itu tidak akan cukup karena tidak pernah ada pelukan hangat yang aku inginkan. Malam aku melihat mereka sebagai keluarga kecil yang bahagia tanpaku adalah hal mengerikan untuk di lihat. Kosong? Ya ruang hampa di dalam dadaku ini mungkin tidak akan pernah terisi. Aku mendedikasikan file file penting dalam hidupku sebagai rasa trimakasihku untuk diriku sendiri yang sudah mampu bertahan.

Foto keluarga

Aku tidak pernah benar benar ada di dalamnya bukan. Itu hanya editan dari tangan tangan genius. Aku tidak akan pernah ada di dalamnya bahkan di dalam sebuah bingkai foto yang sangat sempurna itu. Mereka tersenyum merekah tanpaku tentunya. Betapa menyedihkannya keluarga cemara yang terlihat sempurna di mata orang ini.

Luka pergelangan tangan

Sakit. Itu yang aku rasakan. Tubuhku seakan remuk. Bukan aku yang salah pah, kak arna yang menjatuhkan guci kesayangan mama. Tetap saja aku yang salah. Ruangan kosong gelap, aku bisa merasakan dinginnya ruangan itu, pengapnya ruangan itu. Dan betapa sakitnya setiap pukulan yang mendarat di tubuhku. Mungkin kak arna tidak akan pernah tau, tapi tidak papa aku sudah memaafkannya, karena bagaimanapun dia yang paling mengerti aku di keluarga ini.

Perasaannya sungguh hancur kali itu. Ia sudah memukul mukul kepalanya dengan keras. Menarik narik rambutnya menyalurkan rasa emosinya.

Rumah nenek

Mungkin itu adalah tempat ternyaman yang pernah aku singgahi di semesta ini. Dimana aku merasakan pelukan hangat dan kebahagiaan. Namun aku harus menerima kenyataan bahwasannya yang papah ucapkan itu semuanya adalah kebohongan. Dia berjanji setiap libur sekolah akan menjemputku, tapi nyatanya itu bohong. Harusnya aku menyadari pada saat itu bahwasannya mereka tidak menginginkanku. Mungkin juga saat itu aku sudah mengambil keputusan cepat untuk meninggalkan semuanya. Namu naas, aku hanya mengikuti alirnya dan berujung di sebuah lubang hitam.

Ulang tahun

Mungkin semua orang merasakan itu di setiap pergantian umur mereka. Lilin yang menyala, kue yang enak dan kado kado besar. Mungkin itu hal yang lumrah di dapatkan semua orang. Tidak denganku. Hanya aku yang tidak pernah di rayakan. Sekalipun tidak pernah. Berbeda dengan kak arna yang selalu di rayakan dalam hal apapun. Nilai bagus, menang lomba, ulang tahun semuanya di rayakan. Namun aku tidak. Pernah aku buat kue diam diam di tengah malam karena ingin merasakan bagaimana di rayakan. Aku merapalkan segala harapan yang ada di kepalaku, namun rasanya tak sama, tidak ada yang mengucapkan selamat kepadaku. Aku meniup lilin itu sendiri berharap segala harapanku terkabul. Namun nyatanya tidak. Aku hanya menikmati setiap gigitan kue yang aku buat ala kadarnya sendirian. Rasanya memang tidak enak, tapi aku menghabiskannya.

Sayatan

Aku rasa semesta ini adalah sekedar tempat asing yang aku pijaki. Berulang kali aku menyesali ini semua. Aku menyesal telah di lahirkan, aku menyesal berada di keluarga ini, dan aku menyesal atas takdir. Beribu kali aku coba untuk mengakhiri semuanya. Karena aku rasa ini semua sudah melewati batas yang aku mampu. Aku tidak mampu menahan rasa sakit, dan aku tidak mampu menahan cercaan mereka. Aku mencoba menggantung diriku di ranting pohon namun gagal. Aku menenggelamkan diriku kedalam kolam renang yang dalam namun kak arna menemukanku. Aku mencoba menyayat tanganku berpuluh puluh kali tapi kenapa aku baik baik saja. Aku hanya ingin mati tapi kenapa tidak bisa. Aku hanya lelah dengan semuanya.

Setelah membuka file itu kini ia menyadari bahwa dirinya tidak ada apa apanya. Bahkan ia tidak berguna, ia merasa dirinya adalah manusia paling bodoh di dunia ini karena telah menutup mata atas segalanya.

"Ra, berpuluh puluh kali gue selalu menyesal kenapa harus gue yang jadi kakak lo, gue bukan kakak yang baik bukan, gue menyedihkan, gue cuma benalu di hidup lo, mungkin seratus permintaan maaf tidak akan cukup"

Dadanya terasa sesak. Pada akhirnya ia benar benar tau rasa sakit yang di rasakan gadis itu. Persekian detik ia melihat file vidio yang belum ia bukak. Dengan satu kali ketuk, vidio itu terputar. Menampilkan gadis berseragam sekolah dengan rambut tergerai. Namun goresan kecil di sudut bibirnya tampak terlihat jelas, di tambah mata leleh dan bibir pucat yang melengkapi vidio itu.

"Aku tidak tau, bagaimana kehidupan yang aku jalani selanjutnya, banyaknya luka di tubuh ini, tapi tidak seberapa dengan lukaku disini"

Tampak nara memegangi dadanya.

"Bukankah terlihat baik baik saja itu menyakitkan? Aku harus berusaha memahami mereka tapi mereka tidak pernah memahamiku. Bukankah itu tidak adil? Jika aku bisa membunuh mereka maka aku akan membunuh mereka. Bahkan kadang aku tidak menginginkan mata sayu ini, aku tidak menginginkan telinga yang bisa mendengarkan ini. Mungkin hidup di dalam kesunyian jauh lebih baik. Tapi sayangnya itu tidak ada di dunia ini. Lantas...aku harus bertahan? Ya aku akan bertahan sampai aku mau untuk mengakhirinya"

Gadis itu tampak sudah bercucuran air mata.

"Maafkan aku terutama untuk kak arna, jika suatu saat kakak menemukan tubuhku sudah tergeletak dingin, jangan bawa aku ke tempat berbau obat itu lagi, karena itu berati aku sudah tenang. Dan juga jangan tangisi aku, tetaplah di sisi mereka yang masih mau ada di sisi kakak. Walaupun beberapa kali aku menyalahkan kakak, nyatanya kakak yang paling tau ketenangan aku"

Mata gadis itu menatap kamera di depannya penuh arti.

"Sampai jumpa, aku hanya ingin mengatakan apa yang ingin aku katakan kepada mereka. Karena aku tidak akan pernah bisa menyampaikan apa yang aku rasakan kepada mereka, aku harap suatu saat nanti, semua pesan yang tersusun rapi ini bisa sampai di tangan mama dan papa, tak banyak, namun aku harap mereka pada kahirnya menyadari rasa sakitku, kalaupun tidak, tidak apa. Atas apa yang kalian lakukan, dan atas apa yang kalian tinggankan atas luka ini, aku memaafkan segalanya, karena bagaimanapun juga, aku menyayangi kalian lebih dari apapun"

Vidio pendek itu tampak berhenti begitu saja. Vidio singkat namun pesan di dalamnya amat panjang. Arna masih tidak percaya apa yang telah ia lihat dan apa yang telah ia dengar. Ia mendongakan kepalanya. Isak tangisnya tampak jelas terdengar.

NARARYA || on goingWhere stories live. Discover now