"Genan semesta itu jahat untuk orang seperti kita, mereka tidak bisa memberikan kita rasa baik baik saja, semesta terlalu jahat untuk kita yang menganggap semua orang baik genan"
"Tapi gue tetep bersyukur karena semesta mengizinkan lo untuk di sampi...
Ruangan kecil itu sudah bersih. Baunya juga sudah wangi semerbak. Mereka duduk di atas ranjang kecil, saling menatap dinding kosong.
"Nara bakal rahasiain ini dari papa, nara nggak mau lebih banyak masalah yang menimpa, kakak tau kan?"
"Sorry, semua salah gue"
Hening kembali. Mereka seperti enggan untuk berbicara kembali.
"Gue buat lo kecewa ya ra?"
Nara menganggukan kepalanya kecil.
"But its okey, yang udah terjadi biarlah terjadi, tapi nara nggak mau kakak ulangin kesalahan yang sama berulang kali"
"Sekali lagi maafin gue ya, tapi kenapa lo nggak pukul gue, lo nggak maki maki gue ra?"
"Nara nggak bisa karena nara sayang sama kakak"
Arna seketika melihat ke arah nara yang sedang memainkan kuku kukunya menyalurkan rasa kecewanya.
"Kakak tau kan? Jadi jangan lakuin hal kayak gitu lagi"
Ia mengapai tubuh mungil gadis itu.
"Maafin gue"
"Nggak papa"
Nara menepuk nepuk pundak arna pelan. Pria itu tampak menangis sesenggukan di balik punggungnya.
"Penyesalan emang selalu datang di akhir kok, dan setiap manusia pasti selalu melakukan kesalahan, jadi nggak ada salahnya kita lupain ini dan memulainya dengan yang baru. Kakak harus janji sama nara kalau kakak nggak akan lakuin hal itu lagi"
"Iya gue janji ra, gue janji"
Nara meraih wajah arna.
"Janji harus di tepatin ya kak, mana senyumnya buat nara?"
Arna memberikan senyuman kepada nara. Hati mereka sudah sama sama lega.
"Terimakasih juga sama genan, dia yang nyuruh nara buat ngobrol sama kakak"
"Hehe iyaa, lo bener bener udah yakin sama genan, gue minta maaf gue cuma takut nantinya genan bakal nyakitin lo, bakal mempermainkan lo, gue cuma takut itu ra"
