PART 41 | REASON

2 0 0
                                    

"Anugrah terbesarku adalah memilikimu namun memilikimu aku tersiksa"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anugrah terbesarku adalah memilikimu namun memilikimu aku tersiksa"

______

Flash disk di depannya mulai ia tancapkan ke laptop. Matanya tampak mencari beberapa file lalu ia membuka satu persatu. Tatapannya tampak menelisik kata demi kata. Bola matanya tampak bergetar setelahnya kemudian diikuti jatuhnya air mata melewati pipinya.

Hatinya terasa seperti di sayat sayat ketika melihat isi hati gadis itu di tuangkan kedalam tulisan. Karena memang benar apa yang keluar dari mulut nara tidak akan pernah terdengar olehnya. Namun sekarang lewat file file kecil itu dirinya tersadar betapa mendetitanya gadis itu selama dirinya mementingkan kepribadiannya sendiri.

Satu file yang berisikan tulisan "for mom from me" itu ia bukak, yang tentu saja tak arna bukak waktu itu.

"Ma, ini nara, bagimana kabar mama hari ini? Aku selalu ingin menanyakan hal itu setiap pagi, sederhana namun tak semua orang bisa. Aku selalu ingin menatap mama lama, aku tau beribu kisah di balik kehidupan yang mama jalani itu berat bahkan kalau bukan mama yang memikulnya mungkin orang lain tidak akan bisa. Tapi maa, semua masalah harus di bicarakan dan harus di selesaikan. Begitu juga dengan alasan di balik mama yang paling membenci nara.

Aku hanya ingin mengetahui betapa buruknya aku di mata mama walau aku sudah tau berpuluh puluh kali. Tapi itu tidak cukup, aku ingin alasan yang lebih jelas dari mulut mama sendiri. Aku selalu membayangkan diriku yang begitu jahat di masa lalu tapi tak ku ingat setiap malam. Atau aku hanya mengalami amnesia yang tak aku sadari tentang masa lalu. Tapi aku merasa itu semua juga masih butuh alasan.
Aku takut mahh, aku takut rasa bersalahku dan rasa kebencian mama akan makin panjang sampai aku menua nanti.

Mah, aku pernah melihat mereka dengan keluarga hangat di sebrang jalan. Saling bercengkrama dan menceritakan hal hal sederhana yang buat mereka tersenyum. Tapi aku hanya bisa membayangkan bagimana jika aku, kak arna, mama, dan papa bisa seperti itu, meminum teh hangat di ruang tamu dan saling bercerita kesana kemari, itu satu hal indah yang selalu aku bayangkan, tapi aku tau itu semua tidak akan menjadi nyata.

Lukaku sudah membekas terlalu lama, beribu kali aku ingin menuntaskan diriku sendiri, aku berusaha mengahiri ini semua jika semua alasan pada akhirnya adalah diriku. Tapi aku juga harus menjalani penderitaaan setelahnya. Sialnya kak arna selalu menemukanku di saat aku sudah di ambang kematian. Apakah dia malaikat, yang tau tentang diriku? Tentu saja itu sebuah kebetulan. Aku membayangkan bagimana kehidupan kalian setelah tidak adanya aku, apakah akan bahagia? Karena yang aku lihat hanyalah kebencian.

Aku mengunjungi beberapa sikiater, aku khawatir bahwasannya sebenarnya aku yang gila. Tapi nyatanya hasilnya aku hanya memiliki luka masa lalu yang tak pernah terselesaikan. Bukan hanya satu tapi semuanya mengatakan begitu. Aku tidak bisa bicara tentang ini kepada kalian. Tapi sepertinya luka ini sudah terlalu dalam. Aku pernah meminta di rawat saja di rumahsakit jiwa, tapi mereka menolak. Dan pada saat ini aku hanya memilih untuk melanjutkan hidup walau berkali kali jatuh, aku harus berjalan tertatih sendiri"

NARARYA || on goingWhere stories live. Discover now