M : PROLOG

46 16 0
                                    

Bau lembab tanah dengan buliran tangis langit terasa masih begitu menyeruak memasuki indra penciuman. Rasa dingin menggigil di kulit telanjang. Langkah kaki beradu pijak antara genangan air dan lumpur meninggalkan jejak di sepanjang perjalanan.

Kaki itu. Kaki beralas sepatu pantofel hitam dengan celana bahan hitam memasuki sebuah rumah mewah bak istana dengan begitu angkuh. Suara ketukan sol sepatu dengan lantai granit mampu melingkupi suara hening di rumah itu. Langkah itu berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar bercat putih. Knop pintu diputar hingga menampakkan isi ruangan. Tanpa ragu, kakinya melangkah masuk. Berjalan mendekati sebuah meja nakas dan menukar sebuah botol kecil berisi obat-obatan dengan botol lain yang serupa.

Setelahnya, dia pergi begitu saja tanpa mengetahui ada seseorang yang melihat semuanya dari bilik ruang ganti di kamar itu.

"Apa kau akan tetap menuntut hak mu itu?"

Seorang pria paruh baya bersuara. Netra legam pria itu tepat menusuk tajam pupil seseorang di hadapannya.

"Bukankah sudah seharusnya?"

Orang itu bertanya, lalu menyandarkan tubuhnya kepada dinding di belakangnya.

Langkahnya terhenti, dia berbalik. Sudut bibirnya terangkat. "Sudah sangat lama kau mengkonsumsi obat-obatan itu, ya?" tanyanya sebelum pergi dari sana.

Pria paruh baya itu mengepalkan tangannya, guratan urat-urat halus tercetak jelas di kulit wajahnya yang mengendur.

"Dasar tidak tahu terima kasih!!"


May : Ununpentium Maynard Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum