M : The Night

53 15 6
                                    

"Aku tidak ingin melihat dia lagi."

Bau anyir. Darah mengalir ia biarkan mengering.

****

Dering ponsel terus saja bergemuruh, mengganggu seseorang yang sedang mengerjakan beberapa kertas rangkap di atas mejanya. Orang itu mendengus. Tangannya mengambil ponselnya, tanpa melihat siapa yang menelpon, dia mulai menerima panggilan.

"Halo, Kak. Kau di mana? Acara sebentar lagi dimulai."

Suara di seberang sana begitu tersamar oleh alunan musik piano klasik serta perbincangan beberapa orang. Alisnya mengkerut. Menyatu. Pikirannya mulai merasuk jauh untuk mengingat satu hal.

"Tanggal berapa ini?" tanyanya sedikit terkejut. Netranya sibuk melihat seluruh tanggal di kalender hingga dia menemukan tanggal yang dicarinya.

"Astaga! Aku lupa jika satu Mei adalah hari acara keluarga tiap tahunnya! Yak! Kau sudah di sana? Kenapa tidak menghubungiku sejak tadi?"

Decakan terdengar dari seberang telpon.

"Kak Mike, jangan sampai aku mengataimu bodoh! Tapi kau memang bodoh! Cepatlah, jangan terus-terusan berkencan dengan dokumen redaksi mu itu, jika Kak Citra tahu, aku tidak bisa menolongmu."

Panggilan telepon terputus, Mikhael Leonel Maynard-akrab dipanggil Mike oleh keluarganya. Ia menatap ponselnya. Helaan napas keluar dari mulutnya. Dia lupa jika hari ini adalah acara keluarga yang sudah dipersiapkan. Dia baru saja dikatai 'bodoh' oleh adik keduanya karena lupa tentang hari ini.

"Awas kau Alfian," desisnya sedikit kesal. Namun, setelahnya dia tersenyum.

"Setidaknya dia sudah mengingatkan diriku."

Mike mulai bangkit dan membereskan dokumennya. Dikuncinya pintu ruang kerja sebelum melangkah keluar. Pulang lebih awal untuk menghadiri acara keluarga.

Di sepanjang perjalanan, mobil Mike membelah jalanan malam yang sedikit dipenuhi kendaraan roda empat maupun roda dua. Mobilnya berhenti tepat di persimpangan lampu merah menyala. Ponselnya kembali berdering, Mike menoleh untuk melihat siapa yang menelpon.

Tanpa berlama-lama, Mike yang kebetulan menggunakan earphonenya langsung mengangkat panggilan itu.

"Sialan sekali! Hanya karena kecelakaan kecil, jalanan menjadi macet! Apa mereka orang-orang bodoh?!"

Mike menggelengkan kepalanya. Dasar. Baru juga tersambung, dia sudah mendengar umpatan dari saudari kembarnya.

"Mikey, kau kenapa?"

Di seberang sana, Mikhaela Leona Maynard-Mikey langsung memukul stir mobilnya dengan begitu kuat sehingga suara gebukan terdengar.

"Kau tahu? Aku akan telat sepertinya di acara keluarga, sialan sekali! Aku baru saja menyelesaikan persidangan di Jakarta Selatan, dan memutuskan untuk langsung pergi ke mansion keluarga, tetapi jalanan menjadi macet!"

Dahi Mike berkerut. "Apa kau tidak melewati jalan tol?" tanya Mike yang mampu membuat decakan kesal kembali terdengar.

"Ya karena aku melewati jalan tol makanya macet! Kecelakaan itu terjadi di jalan tol yang sedang aku lewati. Sialan sekali, bukan?"

Mike terkekeh mendengar segala umpatan saudari kembarnya, dasar si Mikey, kenapa dia begitu sumbu pendek? Mike mulai melajukan mobilnya kembali kala lampu merah berganti hijau. Masih dengan sambungan teleponnya bersama sang kembaran, ia terus saja tertawa mendengar segala gerutuan dari Mikey yang mengatai para petugas penyelamatan dengan segala umpatan kebodohan yang dikuasai.

May : Ununpentium Maynard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang