M : Regret or Repair

12 7 0
                                    

"Kau akan mengerti jika menemui seseorang yang bertamu di malam hari seperti ini selain aku," jawab Reigard.

"Kau bisa saja, tapi satu hal yang pasti adalah lawakanmu itu tidak akan mengalahkan rasa kantuk ku," tanggap Mike asal. Mike benar-benar sedang tidak ingin memikirkan hal yang tidak penting itu. Malam yang cukup dingin membuatnya merasakan rasa letih.

"Aku tidak sedang bercanda, Mike, kau akan melihatnya sendiri, nanti," ucap Reigard dengan tatapan yang meyakinkan.

"Sudahlah, bagaimana kalau kita minum kopi saja? Aku sangat haus," elak Mike. Reigard hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir.

Keheningan mewarnai acara minum kopi yang berlangsung lama itu. Kepulan hangat masih terlihat di sana. Mike yang sibuk memikirkan ucapan Reigard dengan tangan yang bergerak memainkan pena. Reigard yang entah memikirkan apa, sampai semua berubah ketika sebuah ketukan pintu terdengar.

Mike dan Reignard saling bertatapan. Senyum Reignard terukir di sana membuktikan bahwa omongannya tidak pernah salah walaupun itu hanyalah sebuah kebetulan.

Tok tok tok

"Permisi, kak Mike? Apa kau di dalam?" seru Evan. Mike dan Reigard kenal benar bahwa itu adalah suara Evan.

"Sudah kukatakan."

"Apa maksudmu? Ini hanya kebetulan," kata Mike.

"Sudah, buka saja pintu itu dan lihatlah kebenaran itu dengan jelas terpampang di sana," jawab Reigard. Mike hanya mengernyitkan dahinya. Entahlah, hari ini Reigard sangat aneh bagi Mike.

Mike beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Hati kecilnya berharap Evan tidak membawa kabar buruk atau apa pun itu. Mike memutar knop pintu.

"Syukurlah kau benar-benar di sini, kami mengkhawatirkanmu, Kak," ucap Evan yang kini bisa melihat ruangan kakaknya.

"Hei, adik kecil, kemarilah! Lama kita tidak duduk dan minum kopi bersama," sapa Reigard dari dalam. Melihat keberadaan Reigard, Evan langsung masuk saja tanpa memedulikan Mike.

"Wah, berani-beraninya kalian bermesraan berdua di tempat ini tanpa mengajak aku," canda Evan. Evan melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Reigard duduk.

Mike melangkahkan kakinya kecil dan menutup pintu. Pikirannya menjadi lega, ternyata tidak ada kejadian atau informasi yang menjanggalkan.

"Jaket mu bagus sekali, Van. Boleh aku meminjamnya?" tanya Reigard. Reigard mengucapkannya persis ketika Mike baru saja membalikkan badan menghadap punggung Evan.

'Lambang itu kan?' batin Mike. Mike menggelengkan kepalanya pelan memastikan dirinya tidak salah lihat. Pria itu berusaha menyakinkan tidak ada yang salah dari adiknya.

****

Sementara itu di tempat yang lain. Alfian dan Citra masih beradu argumen dan menerka-nerka banyak kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Tentang jaket Evan.

"Tidak mungkin Evan melakukan itu!" bantah Citra mentah-mentah. Citra mengusap wajahnya kasar. Tangan kanan merapikan rambutnya yang sedikit lepek itu.

"Ayolah kak! Apa yang tidak mungkin di dunia ini? Sebutkan satu saja jika ada! Tidak ada kak?" sanggah Alfian.

"Tapi kan Evan anak yang baik. Sangat baik. Lagi pula, bukankah pembunuh sebenarnya itu sudah dibunuh?" tanya Citra.

"Bisa saja bukan kak Mikey dan Evan bekerjasama membunuhnya?" jawab Alfian mantap. Tangannya dilipat di depan dada. Ia duduk di sana sembari melihat kakak tertua yang menatapnya dengan ekspresi membingungkan.

May : Ununpentium Maynard Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz