M : Kegilaan yang tak berujung

10 6 0
                                    

Di sebuah kamar temaram, Citra duduk di dekat jendela sembari memeluk kedua lututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah kamar temaram, Citra duduk di dekat jendela sembari memeluk kedua lututnya. Mata sembabnya menatap suasana malam kota Jakarta. Ingatannya berputar saat Mike melepaskan dirinya sore tadi.

"Karena aku tidak ingin kau terluka!"

Air mata Citra mulai mengalir semakin deras. Jawaban dari Mike sungguh tak masuk akal baginya. Adik pertamanya menginginkan kematian saudaranya yang lain. Mike hanya ingin hidup berdua bersamanya sebagai keluarga tanpa adanya orang lain di hidup mereka.

"Kau gila!" Citra memakinya dengan penuh amarah. Sejak kapan Mike menjadi seperti ini? Apa yang sudah terjadi adiknya?

Tubuhnya kembali kehilangan tenaga, dia kembali duduk di kursi besi, mencoba menahan tangisnya dan menatap Mike begitu sedih.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu," pintanya kepada Mike.

Mike mengangkat wajahnya, tak ada raut sedih maupun bersalah. Hanya sorot teduh yang biasa Mike tunjukan padanya.

"Aku membenci Mikey karena dia aku hampir mati." Perkataan Mike mampu membuat Citra menutup bibirnya serapat mungkin. Bibirnya terasa keluh, tenggorokannya tercekat, dia tidak menyangka ini semua terjadi.

"Aku membenci Alfian karena dia selalu merendahkanku."

"Dan aku benci Evan karena dia terlalu dibanggakan oleh Kakek."

Citra semakin menahan tangisnya kembali. Mike melakukan ini karena ingin balas dendam dan merasa iri. Kepala Citra terangkat, mengedipkan matanya beberapa kali, Citra kembali melihat Mike. Tangannya mulai terulur membelai wajah sang adik.

"Lalu kenapa kau membiarkanku hidup?"

Sorot yang ditunjukkan semakin membuatnya kehilangan kata-kata. Dia pikir, Mike juga akan membunuhnya. Namun, dia salah, Mike tertawa pelan. Ibu jarinya mengusap air yang terus mengalir dari mata Citra.

"Karena hanya kau yang mampu memahamiku. Dan aku tidak ingin kehilangan sosok Kakak sepertimu."

Mike sungguh gila!

Satu tetes air mulai jatuh kembali, dia tidak pernah menginginkan ini semua. Dia hanya ingin hidup yang normal, terlepas dari segala tuntutan keluarga Maynard. Jika boleh jujur, Citra sedikit senang saat sang kakek meninggal.

Karena dengan meninggalnya tua bangka itu, hidupnya jadi lebih bebas. Namun, dia salah ketika dia dijadikan tersangka. Citra tidak mempermasalahkan jika dia akan masuk ke dalam sel penjara yang dingin.

Asalkan jangan adik-adiknya. Tetapi semua berbeda sekarang karena salah satu adiknya-lah yang menjadi dalang kehancuran keluarga Maynard.

"Kak, boleh kulihat kakimu?" Citra menoleh kala Mike sudah duduk di sampingnya. Tangan pria itu membawa sekotak p3k dan sebuah baskom berisi air.

May : Ununpentium Maynard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang