M : Jacket

12 8 0
                                    

Mike membuka pintu apartemennya sedikit kasar, kepalanya berdenyut nyeri seolah ribuan jarum menusuk kepala. Tubuhnya hampir luruh jika tidak ada seseorang yang menahannya. Sedikit menghela napas lalu mendongakkan kepala, Mike kemudian menepis pegangan orang itu.

"Aku pikir kau tidak ingin kembali kemari," ucap Mike sembari berjalan meninggalkan orang itu.

"Tidak juga, aku hanya mampir," balas orang itu. Langkahnya mengikuti ke mana Mike pergi.

Keduanya sampai di sebuah kamar bernuansa navy dengan beberapa koran tertempel di sebuah Mading cukup besar di atas dinding samping ranjang. Mike merebahkan tubuhnya, matanya terpejam, tangan kanannya bergerak memijat dahi yang masih terasa nyeri.

"Aku melihat berita di televisi jika Kakek meninggal, lalu Kak Citra ditangkap sebagai tersangka. Namun, yang menggantikannya sekarang adalah Kak Mikey. Wah plot twist seperti apa ini?"

Mike menoleh kala orang itu berbicara. Mike melihat orang itu yang sedang menyentuh barang-barangnya.

"Apakah kau begitu bosan hingga mampir ke apartemenku, Regard?" Orang itu—Regardan Tigerio Maynard pun menoleh. Tangannya meletakkan kembali barang Mike yang dia pegang.

"Kau tahu, Kak? Tinggal bersama orang tua itu sangat membosankan, Maynard terlalu menuntut ini itu. Aku rasa aku akan berada di pihak Kak Mikey jika dia benar pelaku pembunuhan Kakek." Jawaban dari Regard membuat Mike langsung bangkit dari rebahan.

Layaknya bak terbakar nya sang api yang kemudian menantang air, Mike menatap tajam pada sepupunya.

"Apa yang kau maksud?" tanyanya sedikit berdesis.

Gejolak dalam jiwanya seakan meronta keluar, emosi yang sedang tidak stabil mampu membuat hormon yang mengalir begitu kuat berdesir.

Regard tertawa pelan, lalu menggeleng.

"Kak, kau tahu bukan? Tidak ada yang menyukai si tua bangka itu di keluarga kita. Aku rasa hal yang cukup wajar jika Kak Mikey membunuh Kakek. Tua bangka itu terlalu bajingan menurutku. Aku rasa, kau juga menyimpan rasa haus darahmu itu untuk Kakek."

Mike diam, Regard tersenyum miring. Benar dugaannya, jika bukan hanya dirinya saja yang tidak menyukai kepala keluarga Maynard yang berkuasa itu. Perbedaan pada mereka hanya karena mereka memendam semuanya sendiri.

Mereka tak ingin orang lain tahu tentang hal itu.

"Kau diam, Kak? Serius? Apakah pertanyaanku itu sebuah kebenaran?" tanya Regard lagi. Kali ini pemuda itu berjalan mendekati Mike dan duduk di samping Mike.

"Apa kau juga membenci Kakek?" Setelah lama terdiam, akhirnya Mike kembali bertanya.

Regard mengedikkan bahunya, sempat tertawa lepas, akhirnya Regard mengangguk. "Tak ada gunanya jika aku berbohong, kan?" tanyanya menjawab.

Helaan napas terdengar, Mike menunduk, tangannya saling bertaut. Satu fakta lagi, Mike mengetahui fakta lainnya, bukan hanya diam atau pun saudaranya saja yang membenci sang kakek, tetapi seluruh sepupunya juga.

"Oh iya, aku punya satu hal untukmu, apa kau ingin melihatnya?" Mike mendongakkan kepalanya. Netranya melihat bagaimana Regard yang bangkit dan berjalan ke arah komputer miliknya yang berdiam diri di atas meja. Mike mengernyit saat sebuah video terputar di layar.

"Itu rekaman cctv di mana Mikey bertemu dengan orang suruhannya. Kenapa kau menunjukkan itu padaku?" tanya Mike dengan alis saling bertaut.

Regard tersenyum dan memperbesar rekaman itu tepat menit di mana ditunjukkannya orang suruhan Mikey. Mike melihat itu, orang yang memakai jaket hitam dengan gambar burung Garuda membawa pedang tersemat di bagian belakang jaket.

May : Ununpentium Maynard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang