M : Point of View

12 6 0
                                    

Empat bersaudara yang tersisa itu semakin mempercepat langkahnya, membelah lautan manusia yang dipanggil wartawan.

"Permisi, permisi," ucap Evan tegas. Diikuti oleh Alfian, Mike dan Citra di belakang. Namun namanya saja wartawan. Mereka rela bersenggol sana-sini hanya demi mendapatkan satu kalimat dari kakak beradik itu.

"Pak Evan! Apakah bapak mengetahui tujuan bu Mikey melakukan semua ini?" tanya seorang Wartawan di depan Evan. Dengan sigap dia menghadang Evan membuat langkahnya terhenti.

"Mohon maaf saya tidak tahu apa-apa terkait hal tersebut, permisi," jawab Evan. Evan mencoba membuka jalan untuk dirinya dan saudara-saudaranya. Evan berbelok ke kanan sekarang. Mereka telah berhasil sampai di luar gedung sekarang.

"Pak Alfian! Bagaimana Anda bisa mengetahui semua ini? Apakah anda terlibat dalam perbuatan bu Mikey?" tanya seorang Wartawan yang lain. Tangannya tiba-tiba memegang tangan Alfian membuatnya berhenti di tempat. Sementara Mike dan Evan masih berjalan membelah hutan lebat itu.

"Saya menyelidiki ini bersama-sama saudara saya yang lain! Jaga bicaramu itu! Dan jangan menyentuhku," bentak Alfian. Setelah pergulatan hebat dengan emosinya. Mendapatkan pertanyaan seperti itu tentu saja menyulut emosi seorang Alfian. Tampak tangan wartawan itu bergetar hebat. Beberapa wartawan yang lain pun mundur beberapa langkah, sedikit menjaga jaraknya dengan Alfian dan Citra.

Sementara Evan dan Mike kini benar-benar kehabisan jalan. Mereka berhenti dengan dikerumuni para wartawan itu. Jutaan pertanyaan yang dilontarkan membuat kepala Evan dan Mike ingin meledak saja rasanya.

"Citra? Alfian? Kalian baik-baik saja kan? Kemana mereka?" tanya Mike. Mike menoleh dan tak mendapati keberadaan kedua adiknya itu.

"Sial! Wartawan-wartawan ini benar-benar mengganggu," ucap Evan. Para wartawan itu masih saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama tanpa bosan ataupun lelah.

"Tidak ada cara lain, kita harus meladeninya satu-persatu," jawab Mike. Dengan malas mereka berdua menjawab pertanyaan-pertanyaan dari wartawan yang tidak ada habisnya itu.

Seorang wartawan tiba-tiba menarik kasar tangan Citra. Citra tertarik tapi langsung memegang tangan Alfian. Citra dan Alfian terjatuh. Alfian segera bangun namun tidak dengan citra yang tertendang banyak kaki di sana.

"Minggir! Minggir! Kakakku terjebak!" teriak Alfian. Wartawan itu langsung minggir dan membuka jalan melihat Alfian yang melempar jasnya tanda kemarahan. Alfian langsung membantu Citra berdiri.

"Evan! Kak Citra! Terluka!" teriak Alfian keras. Melihat keadaan kakaknya dari jauh. Evan melepaskan tembakan peringatan.

Dor!

"Kesabaranku sudah habis! Bahkan kalian membuat kakakku terluka di sana, jangan coba-coba menghalangi jalan kami, kecuali kalau kalian ingin bernasib sama dengan si Mikey sialan itu!" teriak Evan. Para wartawan itu segera membubarkan diri.

Tak lama berselang. Empat bersaudara itu kini telah tiba di mansion mereka. Setibanya mereka di sana, mereka langsung beristirahat.

Malamnya, pesta kecil-kecilan memperingati kepulangan Citra diadakan oleh Evan. Mereka berempat berkumpul di meja makan.

"Selamat malam semuanya, aku ngadain pesta kecil-kecilan ini untuk memperingati kepulangan Kak Citra ke rumah ini, tepuk tangan semuanya ...." seru Evan. Dia berusaha terlihat menyenangkan di tengah aura menyeramkan saudara-saudaranya itu. Alfian dan Mike bertepuk tangan.

"Langsung saja ya, sebelum memulai makan, berdoa, dipersilahkan," ujar Evan.

"Berdoa selesai, selamat makan!" seru Evan.

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now