M : Lengah

16 6 0
                                    

"Kita habisi dia sekarang!" ucap Mike sambil melirik ke tempat Citra bersembunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita habisi dia sekarang!" ucap Mike sambil melirik ke tempat Citra bersembunyi.

"Pada akhirnya kita bisa hidup bebas tanpa kekangan dari tua bangka itu. Poin plusnya lagi, kita jadi penguasa perusahaannya," timpal Regard.

'Jangan terlalu berharap banyak, boneka' monolog Mike dalam batinnya.

Jujur, dalam hati kecilnya Mike masih menyayangi kakak dan adik-adiknya, walaupun sedikit. Sedikit sekali.

Mike melirik ke tempat Citra bersembunyi tadi. Tidak ada. Citra sudah kembali ke tempatnya. Atau mungkin dia sudah melarikan diri? Entahlah. Ia merasa lebih pantas melepaskannya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita menghabisinya sekarang? Aku sangat bosan," ajak Regard yang terus memohon.

"Boleh saja, tapi tunggu aku menghabiskan satu batang rokok terlebih dahulu," jawab Mike. Mike mengambil satu batang rokok. Membakar dan menyesapnya. Mike sebenarnya hanya memberi Citra waktu untuk mengembalikan posisinya seperti sedia kala.

"Astaga, baiklah kalau itu maumu. Aku juga akan ambil satu lagi," ucap Regard. Dirinya mengikuti Mike menikmati satu batang rokok. Kepulan asap itu mulai menyebar ke

Di sisi lain. Citra berusaha mengembalikan posisinya kembali seperti semula. Ikatan tali, lakban, posisi dirinya, semuanya. Helaan napas yang tercekat membuat susah menggerakkan badannya.

"Wah! Wah! Lihatlah! Siapa di dalam sini?" sapa Mike memasuki ruangan itu. Regard hanya diam mengamati sekeliling dengan membawa sebuah ember berisikan air dengan suhu dingin.

"Jalang sialan! Bangun!" seru Regard. Regard menyiramkan air di ember itu ke tubuh Citra. Semuanya tanpa terkecuali.

Citra yang terkejut pun langsung terbangun dan terduduk. Ia tidak menyangka dirinya akan diperlakukan seperti ini. Dengan penampilan yang kacau, Citra menatap tajam ke sorot mata Mike dan Regard.

"Sialan kau!" teriak Regard lagi. Regard maju dan menendang lutut Citra. Citra merasakan perih. Tangannya tidak bisa menangkisnya. Mungkin kakinya sudah bengkak sekarang

"Sabar dulu ... masih banyak hal yang bisa kita lakukan, benar bukan?" ucap Mike dengan nada mengejek. Namun, ketika tatapannya kembali ke arah Citra. Citra bisa memahami sorot yang berbeda dari sana.

Ada senyum kaku ketika Regard mengajak Mike kembali melukai Citra.

"Asal kau tau! Dia hanya pura-pura tidur, aku hafal dengan semua keberadaan benda di sini, bahkan debunya sekalipun! Dan semuanya berubah! Dasar jalang sialan!" teriak Regard lagi. Dia hendak menendang Citra lagi tapi ditahan oleh Mike.

"Jalang ... aku ingin memberimu sebuah informasi, jadi begini, sederhana saja ya, kami akan menghabisimu malam ini!" teriak Mike tepat di telinga Citra.

Citra langsung menghantam kepala Mike dengan kepalanya sendiri. Mike sedikit terpelanting.

"Sial!" umpat Mike. Mike langsung kembali ke posisi semula.

Citra mengoceh dengan mulut dilakban. Matanya mengalirkan air mata. Dirinya benar-benar tidak menyangka tentang semua ini. Terutama tentang Mike.

"Hah? Kau bicara apa sih? Nyenyenyenye!" olok Mike. Mike mengatup-ngatup kan ibu jari dengan jari telunjuknya. Seolah mengejek mulut Citra yang dilakban.

"Dasar bisu!" teriak Regard. Regard menarik sekaligus melepas paksa lakban di mulut Citra dengan sangat kasar.

"Kalian berdua jahat! Aku benar-benar tidak menyangka semua ini! Terutama kau , Mike! Hanya karena perusahaan itu! Kau membuat semua orang menderita!" jerit Citra. Suaranya terdengar parau. Penampilannya yang kacau. Ditambah dengan matanya yang menatap nyalang. Menyempurnakan kengerian yang sedang dilukis di sana.

"Diam saja, di sini aku yang berkuasa aku akan mengakhiri penderitaan ini segera," tegas Mike. Mike mendekat dan menginjak kaki Citra. Tepat di mana Regard menendangnya.

"Sakit, Mike," rintih Citra.

"Sakit? Kenapa baru merasakannya? Aku sudah merasakannya sejak dulu! Kakek lebih menyayangimu dibanding aku apa lagi yang lain! Jalang sialan!" umpat Mike. Mike menekan pijakannya. Citra hanya bisa merintih. Dan Regard diam memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.

"Pilih saja, kau mau diakhiri dengan cara bagaimana," potong Regard tiba-tiba. Citra hanya menangis menatap mereka berdua.

"Sudahlah, Regard. Biarkan dia menerima semua ini."

"Apa maksudmu!" bentak Regard yang tidak percaya Mike membiarkan Citra dengan posisi yang nanggung untuk dihabisi. Mike menggenggam lengan Regard kasar, tatapannya tidak kalah tajam.

"Aku yang akan melakukannya. Dan kamu menjaganya!" Mike kemudian menyuruh Regard terlebih dahulu kembali. Tatapannya berbalik ke arah Citra yang juga menatapnya.

"Bisakah kamu berpura-pura, aku akan menyelamatkanmu. Percayalah dengan ucapanku. Apa yang kamu dengar tidak sepenuhnya benar," bisik Mike sebelum mendapatkan pukulan dahi dari Citra.

Citra menoleh ke bawah dan melihat ada pisau lipat kecil yang sudah tergeserkan dekat kakinya. Mike tersenyum dan mengangguk seolah perkataan tadi bisa dipercaya. Regard menatap tajam ke arah Citra setelah membuat segelas kopi panas.

Mike tersenyum. "Apa kamu tidak mau memberi dia makan?"

Regard menoleh dengan senyuman liciknya. Dia berharap bisa memancing Regard.

"Biarkan dia kelaparan."

Mike kembali tersenyum, bahkan senyumnya disertai tawa kecil. "Baguslah. Kita satu pemikiran, wahai sepupu. Tolong jaga dia. Aku ingin beristirahat., dan ...."

Jari telunjuk Mike menarik dagu Regard dan membuat keduanya saling bertatapan. "Jika dia kabur, maka kamu lah yang akan kuhabisi. Kamu yang mau menghabisi dia kan? Maka dari itu jangan sampai terjadi."

Regard menelan saliva, tidak percaya jika Mike akan sekeji itu dengan perkataannya. "Percayakan padaku."

Mike menepuk bahu Regard memberi tanda kalau yang dia lakukan harus sebagus mungkin. Citra di depan sana melirik. Jujur, walaupun takut dengan tatapan tajam Regard, dia tetap harus bisa kabur.

"Kenapa aku mengantuk sekali?" Regard merasa pusing setelah menyisakan ampas kopi di gelasnya. Mike melirik ke sebelah dan terus menunggu Regard yang kini sudah menaruh kepalanya.

"Kenapa kamu tidur?" bisik Mike yang tidak dapat didengar oleh Regard.

Di depan sana, Citra berusaha kabur dengan mulai memotong lakban dan tali yang mengikat tubuhnya. Mike tersenyum tipis mengulurkan waktu.

Mike memasukkan pil obat tidur selagi kopi itu panas. Pil itu akan hancur menyatu dengan air kopi. Regard melancarkan rencana Mike yang sesungguhnya. Pria itu juga tidak menyukai Regard yang melukai kakak perempuan seperti tadi.

***

Langkah kaki Mike terhenti ketika menemukan kakak perempuannya duduk dibangku besi usang. Terdengar isakan kecil dari Citra. Mike berusaha mendekati kakaknya. Di tangannya sudah ada lap hangat untuk meredakan luka lebam di sana.

"Maafkan aku, kak," bisik Mike membuat Citra mendongakkan kepalanya.

"Aku akan jelaskan semuanya dan ini diluar kendaliku mengenai Regard."

"Maksudmu?"

"Aku tidak pernah menyuruhnya melukaimu sekasar itu. Saat aku sadar dia melakukannya, aku merasa bersalah ...." Citra tidak memahami pemikiran Mike yang saat ini berusaha menghasutnya untuk tetap percaya. Tapi, wanita itu sudah tidak bisa percaya dengan siapa-siapa termasuk saudaranya sendiri.

"Hentikan, Mike! Aku berterima kasih sudah membebaskanmu. Berhentilah membuatku untuk baik kepadamu ... itu saja."

🔪🔪🔪
JANGAN lupa vote dan komentar nyaaa

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now