M : Suicide Victim

13 9 2
                                    

Masih berkutat di ruang cctv, tiba-tiba fokus Mike terpecah karena ponselnya berdering. Mike merogoh saku celananya dan mengambil ponsel tersebut. Ternyata atasan Mike yang menelponnya.

"Selamat sore, Pak!"

Entah apa yang dikatakan atasan Mike pada telepon tersebut. Namun, terlihat jelas pada raut wajah Mike jika ada sesuatu yang terjadi di redaksinya.

"Baik, saya akan meluncur ke TKP untuk mencari informasi," putus Mike secara sepihak.

Mike tak ingin mengatakan apapun kepada kedua adiknya, lagi pula pasti kedua adiknya sudah mengetahui apa yang membuat Mike harus pergi.

"Aku pergi dahulu," pamit Mike kepada kedua adiknya, lalu mendapatkan anggukan dari mereka.

Tak lama kemudian, ponsel Evan dan Alfian juga berdering secara bersamaan. Sepertinya ada kasus yang telah terjadi di kota hingga Evan dan Alfian mendapatkan telepon secara bersamaan. Bahkan, setelah Mike mendapatkan perintah baru dari atasannya.

Keduanya pun mulai mengangkat ponsel mereka masing-masing dan mendengarkan sang penelpon mengatakan informasi.

Beberapa saat kemudian, wajah kedua laki-laki tampan itu terlihat sangat terkejut.

"Apa? Ada seorang pria jatuh dari gedung lima lantai?" pekik Evan tak percaya mendapatkan informasi tersebut dari rekannya.

"Kepalanya hancur parah?" celetuk Alfian menyahuti pemberi informasi di teleponnya.

Seketika, mereka saling berpandangan. Segera mereka mematikan telepon masing-masing, lalu bergegas pergi menuju ke TKP di mana korban ditemukan meninggal.

****

Di sebuah ruangan bernuansa vintage dengan tumpukan berkas di meja, serta papan kayu bertuliskan 'Pengacara Mikhaela L. Maynard' tertata rapi di sana.

Perempuan berambut gelombang, dengan warna sedikit kecoklatan tersebut tengah sibuk mempelajari berkas-berkas guna membebaskan kakaknya, Citra.

"Ini cukup mudah. Hanya kesalahpahaman dan salah sasaran," ucap Mikey tetap membaca berkasnya.

Mikey memang berniat melakukan pembelaan kepada kakak perempuannya tersebut walaupun harus mencari bukti sendiri. Rencananya, minggu depan adalah jadwal persidangan dilaksanakan. Maka dari itu, Mikey harus segera mematangkan bukti-bukti pembelaannya untuk memenangkan persidangan.

"Setidaknya dengan memenangkan kasus ini, aku akan mendapatkan banyak penghargaan, bukan?" ucap Mikey dengan senyuman miring, serta tatapan mata beralih menatap lurus ke depan.

Tak lama kemudian, Jason—asistennya memasuki ruangan Mikey dengan wajah cerianya. "Selamat sore! Apa kau sudah mempelajari bukti yang kucarikan?" tanyanya.

Mikey mengangguk. "Tentu saja. Aku suka kinerja mu!" pujinya pada Jason.

"Oh, apakah kau sudah melihat berita hari ini? Ada seorang pria bunuh diri dengan cara melompat dari gedung lima lantai," cerocos Jason panjang lebar kepada Mikey yang tampak tidak berminat.

Namun, mendengar penjelasan Jason tentang pria yang melompat dari gedung membuat senyuman Mikey luntur.

Perempuan itu menatap tajam ke arah Jason yang masih sibuk berceloteh.

"Aku saja tidak sampai segitunya jika memiliki masalah besar," kata Jason.

"Hanya pria otak kosong yang mampu melakukannya," sahut Mikey cuek, kemudian pergi meninggalkan Jason sendirian di ruangannya.

"Hai, kau mau ke mana? Aku ikut!" teriak Jason sambil sedikit berlari hendak mengejar Mikey.

"Tidak usah! Aku hanya ke kamar mandi," sahut Mikey di luar ruangan.

May : Ununpentium Maynard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang