M : A Missing Piece of Truth

22 9 6
                                    

Alfian tampak berdiri mematung, entah apa yang direnungkannya. Layar itu masih terus menyajikan potongan demi potongan kebenaran. Entah Alfian yang menonton layar itu, atau malah sebaliknya.

"Cukup, boleh aku minta file video ini?" pinta Alfian. Polisi itu hanya mengangguk. Siapa pula yang berani menolak permintaan detektif Maynard ini.

Alfian menyodorkan sebuah flashdisk dan polisi itu menerimanya. Dengan cekatan, polisi itu mulai melakukan kegiatan copy-paste. Tidak selang sepuluh menit, salinan itu akhirnya selesai.

Setelah menerima flashdisknya kembali, Alfian segera berpamitan dan mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kantor polisi tersebut.

Baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu kantor polisi, Alfian berpapasan dengan Mike dan Evan. Jangan lupakan wajah mereka yang selalu ditekuk itu.

"Alfian?" sapa Mike dengan nada sedikit bertanya.

"Iya kak?" balas Alfian. Kepalanya menoleh memperhatikan kakak dan adiknya itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mike. Wajahnya berusaha menelisik lebih dalam setiap raut wajah Alfian. Ayolah, Mike juga tau bahwa siapa pun bisa menjadi 'siapa pun' dalam kasus ini.

"Tepat sekali! Aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian," ucap Alfian bersemangat. Alfian berjalan menuju gazebo yang tak jauh dari mereka, diikuti Mike dan Evan.

"Memang apa yang akan kau tunjukkan?" tanya Evan remeh. Semua orang sudah terlalu lelah dengan masalah ini. Tak terkecuali Evan.

Alfian hanya diam. Dia mengeluarkan flashdisk dan sebuah laptop. Alfian sangat fokus memasang flashdisk dan mengotak-atik laptopnya.

"Kemari dan lihatlah," tawar Alfian. Evan dan Mike yang sudah dibakar api penasaran langsung saja mencari posisi terbaik untuk menonton video yang disuguhkan Alfian.

Mata mereka menatap ke sana-sini, berusaha mencari keanehan dalam video tersebut, tapi hasilnya nihil.

"Kau hanya membuang-buang waktu kami saja, apa-apaan video ini," protes Evan. Pikirannya memang sedang kacau balau. Maklum, mungkin karena itu juga Evan belum bisa menerima maksud dari video tersebut.

"Jangan emosi dulu Van, lihatlah lebih teliti lagi, ini adalah rekaman CCTV pada hari itu, dan...." ucap Mike terputus.

"Dan apa?" potong Evan kesal. Raut wajahnya itu sudah tidak bisa berbohong lagi akan kekesalannya.

"Itu kak Mikey," jelas Mike. Matanya masih fokus menatap layar. Evan yang mendengar nama Mikey langsung ikut fokus menatap layar.

"Iya, tepat di sana itu adalah kak Mikey, kalau kalian lupa, kak Mikey terlambat datang karena kecelakaan di tol kan? Maka ini adalah kebenaran yang sesungguhnya," jelas Alfian panjang lebar. Evan dan Mike membelalakkan matanya melihat sesuatu pada rekaman video tersebut.

"Aku tidak menyangka, ah... tidak, aku sudah menyangka hal ini, dasar wanita sialan!" geram Evan. Tangannya mengepal kuat bersamaan dengan selesainya video tersebut. Mike hanya diam dan berpikir.

"Aku teringat sesuatu! Dulu aku pernah menelepon Mikey, dan katanya dia sedang ada urusan dan berada pada sebuah persidangan, tapi aku bisa mendengar dengan jelas beberapa orang bernyanyi dan ditutup dengan seseorang yang menyebut nama sebuah cafe, Aleanor kalau aku tidak salah dengar," ujar Mike. Evan dan Alfian hanya diam dan fokus mendengarkan.

"Kita harus mengeceknya langsung ke sana!" ajak Evan bersemangat. Dibalas anggukan mantap oleh Alfian.

"Baiklah kita akan pergi ke sana, sekarang juga," sahut Mike. Mereka bertiga segera bersiap dan memulai perjalanan menuju cafe Aleanor.

May : Ununpentium Maynard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang