M : Dendam di balik kobaran api

15 5 0
                                    

Mike menghela napasnya di dalam mobil mewah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mike menghela napasnya di dalam mobil mewah. Tangannya mengepal menggenggam setir mobil dengan emosional. Terlihat jelas raut wajah yang begitu menyiratkan perasaannya yang campur aduk.

Dia melirik sekilas ke arah mansionnya. Tempat yang harusnya menjadi kenyamanan untuk keluarga kini lenyap begitu saja. Kakinya menekan pedal gas dan mulai meluncur ke suatu tempat. Matanya begitu serius menatap jalanan yang tidak begitu ramai.

Mobil yang digunakan Mike adalah mobil biasa. Semua barang berharga dikembalikan ke pihak berwenang. Termasuk barang kepunyaan kakek. Warisan sang kakek masih dalam keadaan abu-abu. Entah akan jatuh ditangan siapa, kelima bersaudara masih tidak mengetahuinya.

Hampir setengah jam di perjalanan, Mike melangkahkan kaki menuju kantor kepolisian setelah memarkirkan mobilnya. Tatapannya pada seseorang membuat orang itu mengangguk. Senyumnya mengembang ketika ada orang yang menyapa.

Badannya dibaliknya setelah menyadari jeruji besi yang mengurung ketiga adiknya tepat berada di belakangnya. Suara sol sepatu yang terhentak menyapu dinginnya lantai. Langkah kakinya memancing tatapan malas dari Mikey.

"Masih berani mengunjungi kami?" tanya Mikey membuat Alfian dan Evan menengok siapa yang datang.

"Dan kamu masih berani bernada seperti itu meskipun berada di ruang sempit mu." Mikey berdiri dan mendekati kembarannya dengan tatapan yang begitu tajam.

"Sudah puas, ya dengan permainanmu sekarang? Iya! Memang biadab dirimu ini!"

Alfian yang mendengar tuturan Mikey menjadi teringat sesuatu, namun lagi-lagi masih abu apa yang diingatnya.

"Lalu, sudah puas kamu mendukung adikmu satu itu," balas Mike sambil menunjuk Alfian dengan telunjuknya. Mikey menghela napasnya, tidak percaya Mike akan cemburu hanya dirinya menyayangi Alfian.

"Apa kamu cemburu karena masalah sepele ini?" ledek Mikey seperti biasanya. Ia menjadi kesal karena Mike terus-terusan memancing emosinya di tempat yang begitu tidak nyaman.

Mike tertawa sarkas sambil berjalan menyusuri jeruji Alfian. "Kamu berbohong padaku. Tapi, jujur dengan anak ini. Lalu, nada bicaramu begitu menyakitkan untukku. Tidak bisakah kamu bersikap dengan baik? Lupa kah kalau kita adalah saudara kembar?!"

"Bahkan yang paling muda saja memiliki warisan dari kakek. Bukankah itu terlihat jelas siapa yang lebih disayang? Benar bukan, Evan?"

"Lihatlah ... betapa kakekmu terus mendukung kalian bertiga selama masih kecil, bahkan sampai sekarang. Astaga, apa perkataanku terlalu menyakitkan. Tepatnya menyakiti diriku sendiri." Evan meneteskan air mata setelah mendengar ucapan Mike.

"Kak, hentikan semua ini! Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Semua–"

"Semuanya?!" bentak Mike memotong pernyataan Evan yang tidak begitu penting untuknya

"Apa kamu gila! Kakek membenciku selama aku hidup. Aku tidak pernah akur seperti yang kakak lihat. Sejak kapan kakek mendukungku! Tidak ada!" teriak Evan mengalihkan pandangan banyak orang ke arah jeruji ketiganya.

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now