M : Tiga Mangsa

13 8 0
                                    

Kini Mike berada di ruang tunggu. Dia sudah tidak sabar menunggu kehadiran kembarannya tersebut. Entah seperti apa kondisinya setelah berhari-hari berada di dalam jeruji besi.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya seorang Polisi wanita membuka pintu dan mempersilakan Mikey masuk.

Mikey berjalan dengan langkah gontai. Raut wajahnya terlihat pucat pasi. Menunjukkan seberapa tertekannya dia saat ini. Dia tidak sakit, tapi wajahnya terlihat penuh tekanan.

"Kau datang?" tanya Mikey sebagai sapaan awal.

Entah apa yang dipikirkan oleh kembarannya itu. Mata Mike sama sekali tidak berkedip sedikit pun, lidahnya kelu guna menjawab pertanyaan Mikey.

"Tidak berguna!" gumam Mikey membuat kesadaran Mike kembali.

Dengan sekali tarikan napas, Mike mengatakan sesuatu yang membuat atensinya teralihkan. "Aku tahu apa yang terjadi. Aku berjanji akan membebaskanmu dari sini dan memasukkan pelaku yang sebenarnya!"

"Tutup saja kasus Kakek! Sudah cukup bualan ini, aku sudah muak!" kata Mikey jengah.

"Jika kau masih ingin melanjutkan kasus kakek, terserah padamu. Bukan hakku untuk melarangmu dalam bertugas."

Mike memejamkan matanya sebentar, lalu membukanya kembali. "Aku sudah tahu dalangnya, Mikey. Aku mohon percayalah padaku untuk kali ini!" ungkapnya.

"Terserah Mikhael!"

Mikey berdiri hendak meninggalkan Mike, tetapi dia menyempatkan diri mengatakan sesuatu. "Jangan sampai Alfian merasakan lantai penjara seperti aku dan Citra. Jika sampai itu terjadi, aku sendiri yang akan membuat skenario baru untuk membuatmu menggantikannya!" ancam Mikey.

****

Kabar penggeledahan di kediaman Maynard sudah tersebar di seluruh pelosok negeri pada keesokan harinya. Tampilan seorang reporter muncul di layar kaca secara siaran langsung. Suasananya begitu tidak asing dengan latar belakang rumah megah berdiri kokoh, disertai adanya reporter lain berkerumun.

"Kami sedang melakukan siaran langsung di depan mansion megah milik keluarga Maynard. Penggeledahan ini adalah perintah dari seorang jaksa wanita yang menangani kasus kematian tuan Maynard di mansionnya sendiri."

Reporter tersebut beralih mendekati seorang perempuan yang diduga adalah jaksa yang dimaksud.

"Selamat pagi, Nona Catriva Ellanel. Bagaimana kabar Anda hari ini?"

"Cukup baik. Namun, sedikit tegang karena penggeledahan yang ku perintahkan saat ini. Aku harap ada yang bisa dijadikan sebuah bukti," jawab Catriva.

"Mengapa tiba-tiba Anda melakukan penggeledahan di mansion Maynard? Apakah ada yang sedang Anda curigai?"

"Kecurigaan pasti ada, maka dari itu kita harus memastikannya."

Beralih dari siaran televisi. Di Mansion Maynard terlihat sangat ramai. Seluruh penghuni mansion tersebut dilarang memasuki mansion sebelum penggeledahan selesai.

Citra dan Alfian tidak keberatan dengan penggeledahan yang dilakukan secara mendadak tersebut. Namun, berbeda dengan Evan yang justru berkeringat dingin tanpa alasan. Wajahnya terlihat cemas seolah takut terjadi sesuatu.

Tak lama kemudian, beberapa Polisi yang masuk menggeledah mansion tersebut keluar. Sambil menenteng beberapa barang bukti yang mereka temukan, mereka langsung menatap satu persatu cucu Maynard yang tersisa.

"Adakah yang bernama Evano Leonel Maynard?" tanya salah satu Polisi tersebut.

"Kami menemukan benda tajam ini dan foto pohon keluarga yang dicoret merah serta sampel darah, juga rambut yang kami duga rambut tuan Maynard di bawah kasurnya," lanjutnya menjelaskan panjang lebar.

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now