M : Persidangan (1)

13 7 0
                                    

Mike kini tengah gusar. Hati dan pikirannya tidak tenang setelah mengetahui siapa korban bunuh diri tersebut. Untuk pertama kalinya, Mike harus dihadapkan dengan sebuah kasus rumit tanpa ujung ini.

"Huaa!" Mike mengamuk di ruangan pribadinya sembari melempar semua benda-benda yang berada di sekitarnya.

Keringatnya bercucuran membasahi pelipisnya. Matanya sedikit berkunang-kunang dan kepalanya menjadi pusing.

"Bukan Mikey, bukan dia!" racau Mike dalam kondisinya yang buruk.

Terukir sedikit senyum yang tidak dapat digambarkan dari Mike. "Mikey sangat bodoh dan ceroboh. Dia hanya berbeda, tetapi tidak untuk menyakiti siapapun!" ucapnya.

Sesaat setelah mengatakan itu, Mike kehilangan kesadarannya dan pingsan. Dia tergeletak begitu saja tanpa ada seorangpun yang tahu.

****

Di mansion Maynard, Evan sedang mencoba berbicara dengan Alfian yang masih terbawa emosi.

"Kak, ini pasti salah paham. Kita belum menyelidiki dengan benar kasus ini!" kata Evan mencoba meredam emosi kakaknya itu.

"Apa katamu?" Alfian menarik kerah baju Evan sambil menatap tajam ke arahnya. "Salah paham? Kau bisa melihat secara langsung mayat tadi, bukan? Itu ulah kakak mu, Mikey!"

"Tapi kita tidak punya bukti yang memperlihatkan bahwa kak Mikey pembunuhnya. Baiklah aku percaya jika kak Mikey mempunyai motif kuat untuk membunuh orang tersebut, tapi di sisi lain kak Mikey adalah seorang pengacara ambisius yang tidak akan mempertaruhkan posisinya hanya untuk membunuh orang itu!" Penjelasan Evan tersebut memang masuk akal, tapi kita tidak pernah tahu permainan apa yang dilakukan oleh Mikey.

Alfian mengacak-acak rambutnya secara kasar. "Bisa saja dia membayar seseorang untuk membunuhnya. Sama seperti Mikey menyuruh orang itu untuk membunuh kakek kita!" sanggahnya.

"Tapi tetap saja kita harus mempunyai bukti fisik untuk menuduhnya, Kak!"

"Maaf, Evan! Aku rasa bukti ini sudah cukup. Terlepas dari pembunuhan orang tersebut, aku masih bisa menyeret Mikey ke penjara karena telah melenyapkan kakek dengan pembunuh bayaran. Akan aku pastikan setelahnya aku akan mendapatkan bukti bahwa Mikey juga pelaku dari pembunuhan orang tersebut!"

Setelah mantap dengan apa yang dikatakannya tadi, Alfian langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk menjernihkan pikirannya.

Sedangkan Evan hanya bisa terdiam melihat kakaknya yang telah berjalan cepat meninggalkannya sendiri.

"Semuanya rumit. Sangat rumit. Bukankah kematian kakek tak seharusnya menjadi beban terdalam bagi mereka? Mengingat apa yang sudah dilakukan oleh kakek dan sakit hati mereka kepada kakek. Benar-benar tokoh klasik yang pandai mencari muka di depan publik!" kata Evan seolah prihatin dengan keadaan keluarganya yang semakin tak terkendali itu.

Tak lama setelah itu, derap langkah kaki yang sering didengar oleh Evan berjalan mendekatinya. Siapa lagi jika bukan, objek pembicaraannya dengan Alfian tadi—Mikey.

"Hei, kecil! Mengapa kau memasang wajah datar seperti itu? Apa kau kesulitan memecahkan kasusmu?" ejek Mikey kepada Evan.

"Kasus mana yang kau maksud, hm? Kasus pembunuhan atau bunuh diri?" kata Evan seperti memberi teka-teki kepada Mikey.

Tatapan Mikey seketika berubah. Dahinya berkerut pertanda dia tidak memahami apa yang dikatakan Evan. "Apa kau mendapatkan dua kasus sekaligus?" tanyanya.

"Oh ayolah! Jangan pura-pura tidak tahu! Bukankah sebagai pengacara kau juga mendapatkan berita seorang pria bunuh diri dengan cara melompat dari gedung lima lantai?" jawab Evan.

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now