M : Run Out

10 5 0
                                    

Dalam perjalanan, Mike tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil melenyapkan saingan terberatnya selama ini, yaitu adik-adiknya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam perjalanan, Mike tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil melenyapkan saingan terberatnya selama ini, yaitu adik-adiknya sendiri.

Namun, hatinya gelisah saat ini. Mike ingat bahwa terakhir kali dirinya mencari Regard di mansion tapi tidak menemukannya.

Pagi tadi sebelum Mike mengunjungi adik-adiknya di penjara, dia ingin menemui Regard terlebih dahulu.

Mike melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion megah yang ditinggalkannya sejak kemarin. Tidak ada yang berubah. Hanya saja tampak sunyi.

Langkahnya mengarah ke lantai atas di mana kamar Regard berada.

"Regard?" panggilnya mencari keberadaan Regard.

Semakin mengernyit kala tak ada siapapun ketika dia membuka kamar Regard.

"Ke mana anak itu?" Mike mengedarkan pandangannya melihat ke sekelilingnya. Berharap dia menemukan sepupunya itu.

Hatinya bergejolak tidak tenang. Jantungnya berdenyut kencang ketika dia tidak dapat menemukan keberadaan Regard. Kakinya dia bawa kembali ke arah ruangan di mana mereka pernah menyekap Citra. Berjarak 5 meter dari pintu ruangan tersebut, kaki Mike berhenti melangkah. Tangannya langsung terkepal erat tanpa di pinta.

"Shit!" umpatnya.

Mike berlari menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Pikirannya tahu bahwa Regard pasti menuju apartemennya untuk melenyapkan Citra.

"Tidak akan aku biarkan bocah ingusan itu menyentuh Kak Citra!" Mobil hitam kesayangan Mike kini membelah jalanan malam. Hanya satu tujuannya.

Regard.

****

Di tengah ketakutannya, Citra mulai lega ketika suara langkah kaki menjauh dari tempat persembunyiannya. Citra yakin bahwa langkah kaki tersebut adalah langkah Regard yang sudah pergi.

Sedikit terisak dengan kepala menunduk dalam, wanita itu kembali meloloskan air dari matanya. Secara perlahan, tangannya melemah hingga menampakkan bibir pucatnya yang sedikit gemetar. Dadanya terasa begitu sesak, seolah ada tali yang mengikat paru-parunya. Dia bersyukur karena Tuhan masih memberikan kehidupan hingga saat ini.

"Hei! Kau sedang apa?" Sebuah suara berat masuk ke panca indera pendengaran Citra. Suara yang asing dan terlihat sedikit ditekan.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kau ingin mencuri, ya!" tuduh suara tersebut.

Citra berdiri dengan tak berdayanya. Netranya menatap seorang pria perut buncit dengan rambut beruban tengah berkacak pinggang.

Mulut Citra kelu untuk meminta pertolongan kepada pria tua itu. Hingga saat mulutnya mulai terbuka, Regard datang, tangannya menggenggam sebuah pisau berlumur darah. Tatapan tajam yang mampu membuat Dirinya kembali bergetar takut.

May : Ununpentium Maynard Where stories live. Discover now