Salah Paham

7 4 0
                                    

     “Ayah apakah kamu tahu handphone ku? Aku telah mencari didalam kamarku ,tetapi tidak ada. Dimana ya aku menaruhnya?”

     “Sebentar! Ayah sepertinya tadi melihatnya. Oh ya handphone mu ada di meja ruang makan. Disamping handphone ayah!”

     “Baiklah ayah sudah ketemu, aku pergi berkencan dulu ya ayah. Semoga ayah berhasil dalam membujuk ibu.”

     “Anak ini, hei kenapa juga aku lupa ulang tahun istriku kemarin. Untung saja aku tidak ada pekerjaan hari ini.”

     •••••

     “Halo istri kamu dimana? Aku akan menjemputmu sekarang!”

     “Jemput aku di cafe biasanya!”

     “Baiklah, aku berangkat sekarang.”

     Perjalanan menuju cafe sangat lancar. Tidak ada kemacetan seperti biasanya. Dalam waktu 15 menit aku telah sampai di cafe. Kutelepon istriku mengatakan bahwa aku telah sampai didepan cafe.

     Seorang wanita cantik paruh baya yang mengenakan pakaian kasual tersebut berjalan kearahku.

    “Kamu telah berjanji akan menemaniku seharian ini. Jika tiba-tiba ada yang menghubungimu saat kita pergi. Aku tidak akan pulang ke rumah lagi hari ini.”

     “Tenang saja sayang aku telah mengaktifkan mode silent dari tadi pagi saat sarapan.”

     “Kita pergi sekarang!”

     •••••
 
     Waktu selalu berlalu. Menapaki jalan masa depan untuk menjadikannya masa lalu. Di masa sekarang aku bersama dengan seseorang yang telah bersama selama 25 tahun tersebut. Berkeliling mall untuk membeli, membeli dan membeli. Untuk membujuk sang istri terkasih agar tidak marah lagi.

     “Aku haus dan lapar, sangat lelah.”

     “Bagaimana kalau pergi ke restoran di seberang sekalian untuk makan malam?”

     “Baiklah.”

     Makan malam ditemani alunan lagu. Suara percakapan terdengar sayup sayup disekeliling. Dentingan peralatan menambah harmoni suara.
Suasana tenang menemani makan malam mereka berdua.

     “Selesai, kamu bayar.”

     “Eh, sayang tunggu dulu ya, aku mau kekamar mandi. Ini dompet sama handphone ku. Kamu yang bayar.” Ucapku sambil memberikan kedua benda itu kepada sang istri. Lalu pergi berjalan kekamar mandi.

     “Kenapa nggak balik-balik sih! Lama banget kekamar mandi.”

     Ting! Suara notifikasi terdengar dari handphone suamiku. Kulirik layang kunci yang menyala itu. Terdapat pesan dari seseorang yang dinamakan ‘Synkque’.

     Wajahku terasa panas. Darahku mengalir keatas kepala. Ku kepalkan tanganku berusaha menahan amarah yang akan meletus.

     Bagaimana tidak marah jika handphone suamimu terdapat pesan seperti ini.

[Hai sayang, tas ku tertinggal di mobil mu. Antarkan kepadaku malam ini ya.]

     “Sayang kenapa mukamu tampak merah? Apakah kamu lagi marah? Siapa yang membuatmu marah aku akan memukulnya.”

     “Pukullah dirimu sendiri!”

     “Sayang aku yang membuatmu marah? Apa yang aku lakukan salah? Apakah aku terlalu lama membuatmu menunggu? Apakah.....”

     “Diam!”

     “Istri...”

     “Lihatlah pesan dari siapa di handphone mu itu!”

     “Eh kenapa wallpaper ini bukan seperti milikku?”

     “Lihatlah pesan nya!”

     “Sayang iki sepertinya bukan handphone ku, aku tak mengenal nomer ini.”

     “Oh mungkin ini handphone anak kita, coba kamu telepon nomernya.” Ucapku teringat bahwa tadi pagi handphone kita dimeja yang sama.

     Ting Fing Ting Ting

     “Sayang benarkan ini bukan handphone ku, jangan marah ya.”

     “Huh antarkan aku kerumah ibu! Aku tak akan pulang malam ini.”

     “Tapi sayang...”

     “Cepat!”

     “Baiklah.”

      'Huh bocah itu! Awas saja aku takkan memberikanya uang tambahan. Biar tidak punya uang untuk kencan. Lebih baik kalau putus.'

Oleh Exazxiarte

KUCERWhere stories live. Discover now