Bunga

7 4 0
                                    

     Restoran diujung jalan sangat ramai. Kata teman-temanku makanan disana sangat enak. Dengan tempat bersuasana romantis dan banyak buku-buku yang diperbolehkan untuk dibaca.

     Hari ini aku akan pergi kesana. Bersama sahabatku untuk menyelesaikan masalah yang menggangguku dengannya.

     Aku mengendarai sepeda motor ku. Ku hentikan motor ku didepan sebuah toko bunga. Dan membeli seikat mawar merah.

     Ku parkir motorku, dan memasuki pintu restoran yang dikatakan temanku makanan di sini sangat enak. Ku duduk di kursi yang kosong, menaruh bunga diatas meja. Memesan jus alpukat yang sangat kusukai.

     “Kenapa kamu memanggilku ke sini?” Suara temanku terdengar. Laki-laki dengan kemeja hitamnya itu menghampiri ku.

     “Duduklah ada yang ingin kutanyakan padamu!”

      “Kamu tidak memesankan ku minum.”

     “Pesan sendiri, aku traktir.”

     “Apakah kamu menyukai Bunga?” Kutanyakan hal yang selama ini menggangguku. Bunga orang yang kusuka pergi berduaan dengan sahabatku beberapa kali. Aku tidak tahu hubungan apa yang mereka punya.

      “Ya aku suka bunga.”

      “Bunga akan datang sebentar lagi, bunga ini kamu dapat memberikannya padanya.” Ku dekatkan bunga yang ada di dekatku kepadanya.

      “Aku pergi dulu. Semoga kamu bahagia dengannya.” Dengan perasaan sedih dan kecewa, aku berdiri dan berencana pergi dari sini.

      “Tunggu-tunggu bunga apa yang kamu maksud? Bukankah kamu bertanya apakah aku suka karangan bunga ini.”

      Sambil masih berdiri aku berkata “Bunga Floseyn, orang yang kusuka! Bukankah kamu berkencan denganya akhir akhir ini?”

      “Bunga Floseyn? Dia adalah kakakku. Dan aku bukan sedang berkencan. Kakakku sedang mempersiapkan pernikahannya jadi aku membantunya berkeliling mencari tempat foto prewedding yang bagus.”

      “Dia akan menikah? Apakah aku kalah sebelum berjuang.”

       “Jangan sedih bro.”

       “Ah aku pulang saja lah. Kamu yang bayar aku tidak jadi traktir.” Ucapku sambil melenggang pergi.

        “Sial sial kenapa pula aku punya teman yang berstatus calon kakak ipar ini dengan jiwa ganda. Satu minggu yang lalu sudah melamar kakak ku, sekarang patah hati karena dirinya sendiri yang akan menikahi kakakku.”

Oleh Exazxiarte

KUCERWhere stories live. Discover now