Pacar Sewaan

5 3 0
                                    

     “Sayang kamu hari Minggu sibuk nggak?”

     “Aku nggak sibuk kok sayang. Ada apa?”

     “Aku pengen pergi ke suatu tempat sama kamu.”

     “Mau kemana?”

     “Nanti kamu juga tau.”

     “.......”

      “......”

      “Udah dulu ya teleponnya, aku mau mandi.”

      “Iya sayang, bye bye.”

      “Bye.”

•••••

      Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi setelah mendapatkan notifikasi dari handphone. Mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana jeans. Setelah menggunakan parfum aku mengantongi dompet ku dan memegang handphone serta kunci motor.

      Ku menuju mall yang telah kami sepakati. Berjalan mendekat kepada gadis berkucir kuda itu yang sedang menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan. Dengan baju yang tampak terlihat seperti baju pasangan dengan pakaianku.

      “Tugasmu adalah menemaniku berbelanja, bermain, mengobrol, dan menjadi pacar yang baik.” Ucapnya kepadaku.

      “Tentu saja, aku akan melakukan yang terbaik.”

      “Baiklah, mari kita menuju ketoko pakaian dulu.”

      “Ehm.”

     Aku menemaninya berkeliling dari lantai satu kelantai tiga, dari lantai tiga kembali ke lantai satu. Tak terasa waktu telah menungjukkan pukul 4 sore. Setelah kami lelah berkeliling mall ini, kami memutuskan untuk pergi ke salah satu restoran yang ada didalam mall ini.

     Kami memilih tempat didekat kaca. Memesan makanan untuk memuaskan cacing cacing didalam perut yang menyebabkan kita kelaparan.

     Setelah makan kami berencana untuk pergi ke pasar malam. Kami berjalan sambil berbincang bincang. Mengatakan lelucon lecucon yang membuat kita lelah tertawa. Tanpa disadari, tiba tiba kami menabrak seseorang. Dua orang paruh baya sekitar empat puluhan.

     “Maaf paman bibi kami tidak sengaja.”

     “Lain kali lebih hati-hati, perhatikan jalannya.”

     “Iya paman bibi maaf.”

     Setelah itu kami lanjut bergegas menuju pasar malam mengunakan motor kesayanganku.

     Kita bersenang senang malam itu. Sekitar pukul setengah sepuluh aku mengantarnya pulang.

     “Jangan lupa bintang lima ya.” Ku ucapkan kalimat yang sering ku ucapkan beberapa bulan ini.

•••••

     “Iya sayang, ini aku lagi siap siap. Kamu yang kesini apa aku yang jemput kamu? Kamu kesini? Oke ya udah. Pakai formal? Iya iya, aku juga udah hampir selesai kok. Oke bye bye.” Setelah mengangkat telepon dari pacarku. Aku bergegas mencari pakaian yang pantas untuk dikenakan.

     Tin Tin! Itu suara mobil pacarku.

     Aku keluar rumah. Karena rumahku dekat dengan tempat ku kuliah, jadi aku tidak tinggal diasrama. Wanita berambut pendek dengan gaun biru lautnya tersebut bersandar didepan mobil.

     “Menggunakan mobilmu?”

     “Iya sayang, kamu yang menyetir ya.”

     “Tentu saja, merepotkan mu untuk mengarahkan jalan.”

     Sampai sudah kami didepan rumah bertingkat dengan halaman yang luas.

     “Rumah siapa ini sayang?”

     “Rumah orang tua ku.”

     “Hah! Sayang aku belum siap.”

     “Ngak papa aku udah siapin hadiahnya, di bagasi. Ayo sayang turun!”

     “Nggak papa orang tua ku baik kok, nggak galak. Udah jangan gugup.”

     “Ya udah deh, ayo.”

     Aku berjalan dengan membawa tas-tas hadiah yang telah dipersiapkan oleh pacarku. Kami berdiri didepan pintu, rasa gugup mulai muncul lagi. Tubuhku rasanya badah kuyub oleh keringat.

     Pintu terbuka setelah kami memencet bel. Tampak wajah kedua orang tua pacarku, wajah yang familiar. Orang paruh baya yang bertabrakan denganku di mall saat aku bersama klien ku.

     ‘Ah aku tidak tahu bagaimana ini akan berakhir.’

Oleh Exazxiarte

KUCERWhere stories live. Discover now