Kebetulan

7 3 0
                                    

     “Aku mengirimkan bubur dulu ya, Bun.” Suara laki-laki paruh baya terdengar dari dalam toko bubur ‘Subur’ tersebut.

     Pukul 7 pagi, seperti biasanya Pak Sudan mengirimkan bubur pesanan. Bubur buatan keluarganya ini memang terkenal di daerah tersebut.

     Apartemen Regatta, tempat tinggal salah satu pelanggan toko bubur ‘Subur’ tersebut. Sudah 2 tahun setiap hari Senin dan Jum'at pukul 7 pagi Pak Sudan mengirimkan bubur pesanan kesana.

     “Bu Diaz, bubur pesanan anda!” Ucap Pak Sudan yang membawa pesanan dikedua tangannya. Selain Bu Diaz ada juga beberapa pesanan dari apartemen ini.

     “Bu!”

     “Bu Diaz!”

     Pak Sudan menaruh kantong kantong yang berada di tangan kanannya dilantai. Mengulurkan tangan untuk mengetuk pintu.

     Tok! Kriet!

     “Astagfirullah!” Suara lirih Pak Sudan terdengar. Melangkahkan kaki menjauhi pintu. Membalikkan badan, menenangkan diri. Mengeluarkan handphone menekan nomor untuk dihubungi.

     “Halo Pak! Aku..aku menemukan mayat.”

     “.....”

     “Iya pak beneran, di apartemen... aduh namanya apa ya. Aduh saya lupa Pak, saya share lock saja Pak!”

     “.....”

     “Baik, baik Pak!”

     “Inallilahiwainailaihirojiun, astaghfirullahalazim ya allah!” Terbayang wajah ayu Bu Diaz yang sekarang terlihat tak berbentuk terbaring diatas sofa.

     Tak tak tak

     Langkah kaki beberapa orang terdengar.

     “Pak polisi kamu disini.”

     “Apakah kamu yang melaporkan kepada polisi?”

     “Iya Pak!”

     “Mohon kerja samanya, ya Pak!”

•••••

     Lima bulan setelah kejadian itu, pembunuhnya masih belum ditemukan. Pak Sudan orang pertama yang melihat mayat tersebut menjadi salah satu tersangkanya. Namun karena tidak ada bukti ditempat kejadian, pembunuhnya masih menjadi misteri. Hanya saja karena hal itu Pak Sudan juga dilarang untuk berpergian jauh untuk sementara.

     Keluarga Pak Sudan berencana berlibur ke pantai, karena anak anaknya sudah libur sekolah. Karena di kota tempak tinggalnya dekat dengan wisata pantai. Pak Sudan tidak perlu berpergian jauh. Sepasang suami istri dan dua anak kembar laki-laki tersebut menaiki bis untuk pergi pantai. Dengan wajah tampan dari gen orangtuanya, anak kembar tersebut menjadi perhatian penumpang lain.

     Seorang wanita paruh baya duduk disamping Pak Sudan dengan lorong yang memisahkan. Disampingnya duduk perempuan muda dengan makanan ringan ditangannya.

     “Itu anaknya kembar Pak?”

     “Iya bu.” Jawab Pak Sudan kepada wanita paruh baya tersebut.

     “Ganteng ganteng banget, kayak bapaknya.”

     “Ah.. makasih bu. Waktu muda saya emang ganteng, tapi sekarang saya mah udah jadi buluk.”

     “Kalau boleh saya tau, ibu mau pergi kemana?” Lanjut perkataan Pak Sudan.

     “Owh ini, membawa anak perempuan ku pergi ke pantai.”

     “Kenapa cuma berdua?” Tanya istrinya Pak Sudan, Bu Burna.

     “Suamiku masih bekerja jadi tidak bisa ikut. Lagi pula aku hanya akan menginap selama 1 malam.”

     “Kalau boleh saya tahu, ibu mau tinggal dimana?” Tanya Bu Burna.

     “Di hotel Discovery Ancol.”

     “Kebetulan sekali, saya reservasi hotel itu juga.”
    
     Dalam perjalanan kedua keluarga tersebut saling bercakap-cakap, menghilangkan kebosanan selama perjalanannya. Setelah sampai kedua keluarga tersebut berpisah, memasuki kamar hotel masing masing. Mereka telah janjian untuk pergi jalan-jalan bersama di sore hari.

     Keluarga Pak Sudan tidur siang setelah makan siang. Meningkatkan energi tubuh untuk menikmati indahnya matahari sore di pantai nanti.

     “Bun kenapa diluar berisik sekali? Hoam.”

     “Tidak tahu Yah, aku juga baru saja terbangun karenanya.”

     “Kita keluar saja yuk, Bun. Aku sangat penasaran!”

     “Baiklah, Bunda juga penasaran.”

     Mereka berdua keluar dari kamar. Banyak kerumunan orang didepan. Mereka berdua mendekati salah satu orang di sana. Dan menanyakan apa yang sedang terjadi. Menurut jawaban orang tersebut telah terjadi pembunuhan dikamar 202.

     “Bun, bukankah itu kamar pasangan ibu dan anak tadi?”

     “Kalau Bunda gak salah ingat, itu memang kamar yang dimasuki mereka berdua.”

     “Kebetulan sekali, kenapa aku berada di tempat kejadian pembunuhan dua kali tahun ini. Sangat tidak beruntung.” Ucap Pak Sudan dengan wajah muram.

Oleh Exazxiarte

KUCEROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz