Pulau

5 3 0
                                    

     “Kalian telah kembali.” Aku menghampiri mereka bertiga. Mengambil kayu-kayu yang telah mereka kumpulkan pagi ini.

     Kami berlima berada dalam satu kelompok. Mewakili negara untuk berpartisipasi dalam program bertahan hidup di pulau. Pulau ini baru ditemukan. Negara negara besar membuat kesepakatan bahwa perwakilan negara yang dapat bertahan hidup di pulau tersebut dalam 6 bulan. Akan memegang hak milik pulau tersebut.

     Latarbelakang keluargaku berasal dari militer. Diriku yang telah dididik untuk disiplin dan membela diri, sangat menyukai permainan bertahan hidup. Sehingga aku mendaftarkan diri untuk mewakili negara. Mungkin memang aku lagi beruntung, aku dipilih menjadi salah satu perwakilan .

     Seminggu telah berlalu sejak kami di antarkan ketempat acak dipulau ini menggunakan helikopter. Kami telah membuat gubuk kecil dari ranting-ranting kayu. Dengan rumput  kering yang kami potong menggunakan satu satunya alat memotong kami yaitu pisau. Selain pisau setiap kelompok diberikan 1 panci, 1 palu, 1 ransel, dan makanan yang cukup untuk 1 hari.

      Mungkin kami juga sangat beruntung karena ditempatkan di lokasi yang sangat strategis, dengan sungai didekatnya dan hutan bambu yang dapat dicapai dalam beberapa menit. Sehingga kami tidak kekurangan bahan untuk dimakan dan air untuk diminum.

     Kami berencana untuk membangun gubuk lagi. Dikarenakan Selain diriku dan Seoz yang merupakan seorang laki-laki, 3 orang lainnya adalah perempuan.

     “Kita dapat memulainya nanti setelah makan siang.” Aku berucap melaporkan kemajuan atas apa yang telah kulakukan kepada ketua tim. Tadi pagi kita telah membagi tugas masing-masing.
   
      Aku bertugas membuat anyaman rumput sebagai penutup agar didalam gubuk tidak bocor jika terkena hujan. Mencari tanaman merambat yang kuat untuk tali, dan menangkap ikan. Sedangkan tugas memasak jatuh kepada Ocie, orang yang menemaniku disini. Sedangkan Seoz, ketua kita Dearsy dan Morca mencari kayu dan bambu untuk membangun gubuk serta mencari sayuran liar untuk membuat sup.

•••••

     Hujan sepertinya akan mulai membasahi pulau ini. Satu bulan setelah gubuk kedua dibangun. Hujan mulai turun dengan deras.

     “Seoz kita telah mengambil cukup banyak ulat bambu hari ini. Kita harus kembali.”

     Jder!Czzz! Kilat menyambar nyambar dilangit kelabu.

     “Sepertinya akan terjadi hujan badai. Untung saja kita telah menyiapkan ikan kering untuk dimakan.” Kita berdua berjalan kembali ke gubuk, memasuki gubuk yang lebih besar ukurannya. Kami berlima duduk dalam satu ruang.

     Jder! Crak crak! Suara guntur saling bersautan. Terdengar suara kayu yang patah. Dengungan angin terdengar sangat keras. Udara semakin dingin.

     Jder!Ctar!

     Hanya warna putih yang terlihat dimata kami berlima.

•••••
    
     Suara helikopter membangunkan kami dari pingsan. Seseorang terlihat turun menggunakan tali darinya.
Dia datang menghampiri kami.

     “Selamat kalian berlima, dapat bertahan hidup selama 6 bulan. Hanya kalian yang dapat bertahan hingga saat ini. Yang lain telah lama menyerah karena cuaca yang buruk. Kalian sangat hebat. Silahkan ikuti kami, kami akan membawa kalian kembali.” Dia berjalan menuju tali itu kembali.

     Kami yang dibelakang masih kebingungan. Bukankah kita baru saja pingsang waktu hujan deras? Kenapa sudah 6 bulan berlalu? Setelah bertahun-tahun itu masih menjadi misteri.

Oleh Exazxiarte

KUCERWhere stories live. Discover now