Liburan

6 4 0
                                    

     TOK TOK TOK

     "SAL!!!" Teriakku memanggil Salim yang masih bergelung selimut dikamarnya alias ngebo.

     "Hoam. Ada apa, Al? Aku masih mengantuk. Kau tahu kan, semalam aku tidur larut malam." Balasnya dari dalam kamar.

     "Ya, aku tahu. Tapi, hari ini jadwalnya ke tempat wisata. Cepatlah bersiap jika tidak ingin ditinggal. Waktumu tiga puluh menit dari sekarang."

     "Tapi, Al-." Protesnya

     "Cepat! Waktu mulai berjalan! Oh ya, jangan lupa sikat gigimu yang warna biru cerah" Ucapku tak mau kalah.

     "Ck. Iya, Al."

     Hari ini adalah hari kedua liburan akhir semester. Aku, Salim, dan 34 orang -teman sekelas- lainnya tengah melakukan liburan sendiri. Mengingat pihak sekolah tidak mengadakan study tour lagi sejak dua tahun yang lalu.

     Rencananya hari ini kita mau bekunjung ke tempat wisata yang ada di sekitar penginapan yang kita sewa. Lumayan dekat mungkin bisa sambil jalan kaki.

     Aku pergi meninggalkan kamar Salim. Menuruni tangga untuk pergi ke area dapur. Terlihat teman-teman tengah menyiapkan sarapan. Aku menarik kursi yang ada di samping meja dapur. Ku seret ke meja makan bergabung dengan teman yang lain.

     "Salim mana, Al?" Tanya Aman setelah melihatku duduk.

     "Biasa." Membantu mengelap piring yang sudah dicuci.

     "Lagi mandi?" Tanyanya lagi sambil mengambil piring yang sudah ku lap untuk di letakkan dimeja makan

     "Betul."

     "Al!" Panggil salah satu teman dari arah dapur.

     "Ada apa, El?!" Balasku.

     "Kesini sebentar! Tolong bawakan panci ini ke meja makan!"

     "Ya, sebentar."

     "Aku ke dapur dulu ya, Man."

     " Oke. Mau dibantu tidak?"

     "Tak usah. Nanti kalau butuh kupanggil ya?"

     "Siap."

      Aku berjalan menuju dapur. Aroma sup menguar. Terlihat Eliv tengah mengaduk sup yang ada didalam panci.

     "Panci mana yang harus kubawa?"

     "Yang ini, Al. Awas jangan sampai tumpah." Jawabnya sambil menunjuk panci.

     "Ya."

     Kupegang kedua pegangan panci dengan lap. Lalu membawanya ke meja makan.

     "Wah! Sudah matang saatnya makan teman-teman!" Ucap salah satu teman.

     "Nasinya mana, Al?"

     "Tunggu du-."

     "Sudah kubawakan, Al. Tak usah kembali kedapur." Ucap Eliv memotong ucapanku.

     "Sudah berkumpul semua, kan?" Tanya ketua kelas.

     "SUDAH!" Balas kita serentak.

     DRAP DRAP DRAP

     "Eh, tunggu dulu! Aku belum!" Teriak Salim dari arah tangga.

     Kami menoleh kearah tangga.

     "Makanya jangan begadang, Sal." Ucap Aman.

     "Ya ya ya. Tidak ku ulangi lagi."

     "Karena sudah kumpul semua. Mari kita makan." Ucapku memulai sarapan.

     "Eh, Al?"

     "Apa, Sal? Nanti saja bicaranya. Kita sarapan dulu."

     "Tapi ini penting, Al."

     "Ya sudah. Apa?"

     "Sikat gigiku baru, kan?"

     "Ya, aku yang membeli. Memangnya kenapa?"

     "Tapi kok bau, Al?"

     "Loh, kok bisa? Tapi tetap kau pakai?"

     "Ya, kupakai. Habisnya yang ada kamar mandi tinggal itu."

     "Kok dikamar mandi? Kan sikat giginya ada dimeja rias. Semalam aku sudah bilang. Apa kamu lupa?" Ucapku heran.

     "Iya, warnanya biru cerah. Katamu kan punyaku yang biru merah. Makanya aku cek yang ada dikamar mandi."

     "Sebentar, kamu ambil yang biru merah?"

     "Iya."

     "Yang ada dikamar mandi?"

     "Iya."

     "Aduh. Itu kan habis jatuh dari toilet. Aku sengaja taruh dikamar mandi biar sekalian kubawa turun buat dibuang. Tapi, aku malah lupa. Terus punyamu yang warna biru cerah bukan merah." Jelasku panjang lebar.

     "Jadi, salah sikat gi-." Wajah Salim memucat. Dia bergegas berlari menuju dapur. Terdengar suara muntahan.

     "Salim kenapa, Al?" Tanya Aman yang duduk disampingku.

     "Hanya sedikit kesalapahaman." Balasku.

     "Owh, ya sudah ayo lanjut makan."

     "Iya." Balasku lirih.

     'Bagaimana si Salim nanti ya.' Batinku.

Oleh 111Chocolate

KUCERWhere stories live. Discover now