~26~ Penculikan Alisya

17.4K 1.1K 7
                                    





⚠️ MAAF BANYAK TYPO ⚠️

••••⚠️ MAAF BANYAK TYPO ⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🥦🥦🥦


"Cari, dan tangkap dia!"

"Saya tidak mau tahu, wanita sialan itu sudah harus ada diruangan penyiksaan malam ini juga!"

Mata Steven nampak berkobar penuh amarah ketika melihat luka Letta saat mengganti perban tadi, ia berjanji akan membalas perbuatan pelaku yang membuat Letta seperti ini, tentunya lebih sadis dari pada apa yang dialami Letta saat ini.

Setelah menutup telpon suruhannya itu, Steven kini menuju kamar Letta, ia hanya ingin memastikan keadaan Letta sekarang.

Steven sudah membujuk Letta untuk ke rumah sakit saja namun Letta menolak keras ajakannya yang disertai dengan rengekan.

Jadi apa boleh buat, Steven tidak bisa apa-apa, ketika Letta sudah mengeluarkan jurus andalannya itu, tau saja dia kelemahan Steven.

Cklek

Steven dapat melihat Letta yang kini sudah terlelap dengan posisi tubuh yang menyerong ke samping, sebab luka di bahu kirinya masih basah dan akan sangat perih jika ia tertidur terlentang.

Steven dapat melihat jelas perban pada bahu Letta sebab kini Letta hanya menggunakan tank top hitam.

Ia mencengkeram kasur Letta kuat, ia kembali emosi melihat Letta yang nampak tak nyaman dengan posisi tidurnya sekarang.

"Abang janji, abang akan membalas dia dengan hukuman yang setimpal"

'Bukan kau yang akan membalasnya, tapi aku!'

Steven menampilkan senyum devil mematikannya sambil membayangkan hukuman apa saja yang akan dia berikan pada gadis sialan itu.

Namun nampak bukan dia saja yang sedang memikirkan itu, tapi seorang pemuda yang kini sedang berada di alam bawa sadarnya.

****

Trrttt..

Trrttt..

Alkeano mengambil handphonenya yang terasa bergetar disaku jaket miliknya.

Ia kini sedang berada di jalan menuju rumahnya setelah ia dari tempat tongkrongan ia dan teman-temannya itu.

"Hm"

"A --- anu Al, i --- itu,"

"Kenapa?!"

"Eee ... cewe itu, di culik orang lain"

"Jelasin!"

"Tadi waktu gue ama Alderic jalan menuju ke rumah tu cewek, tiba-tiba ada dua orang cowok pake topeng, buru-buru keluar dari rumah Alisya"

"Mereka nyulik Alisya Al, kita berdua sempet ngejer tapi mereka nggak berdua doang ternyata, tapi banyak, jadi sorry Al, gue nggak bisa nahan mereka, mereka terlalu banyak buat gue lawan berdua"

"Terus keadaan lo?"

"Kita nggak papa kok aman, tapi gimana nih, gue bener-bener kehilangan jejak tu orang yang nyulik Alisya, mereka cepet banget hilangnya"

"Kita diskusiin besok di tempat biasa, lo pulang, istirahat"

Setelah menutup telepon dari Willy, Steven nampak mencengkram kuat stir motornya untuk meluapkan semua rasa emosinya.

'Siapa, yang nyulik tu cewek?'

Alkeano melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah kediamannya, dengan pikiran yang di penuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, siapa yang mendahului dirinya untuk menculik Alisya?.

***

Kringg...

Mata Letta mengerjap perlahan, ketika mendengar suara alarmnya yang kini menggema di penjuru kamarnya.

Tangan Letta terangkat, untuk mematikan jam weker pada meja dekat ranjangnya.

Terlihat jam sudah menunjukkan pukul, 06.25 AM

Letta perlahan mengubah posisinya menjadi duduk, entah kenapa bahunya terasa lebih nyeri dari semalam, di tambah dengan tubuhnya terasa pegal-pegal sebab tertidur dengan posisi yang sama.

Sungguh luka di bahunya ini sangat menyiksa, ia jadi tidak bisa bergerak dengan leluasa, ingatkan Letta untuk membalas cewek sialan itu saat ia kesekolah nanti. Ya kalau Alisya masih hidup aja sih.

"Tuan benar-benar tidak mau saya bantu saja?"

Entah angin dari mana, sang sistem tiba-tiba muncul dihadapan Letta dengan wajah yang memelas.

"Ck apa si tem, tiba-tiba muncul, kek setan aja lo lama-lama."

"Hehe iya maaf tuan"

"Hm"

Cklek

Letta mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya yang di buka, yang ternyata sang abang serta bi Ratih yang sedang membawa kotak obat-obatan di tangannya.

Letta nampak membalas senyuman bi Ratih saat kini ia duduk di dekatnya, sedangkan sang abang hanya menampilkan wajah temboknya kearah Letta.

"Sini bibi olesin salep buat lukanya ya non, biar cepet sembuh"

"Iya bi"

Setelah di beri saleb serta menganti perban luka Letta, bi Ratih langsung bergegas keluar untuk mengambilkan Letta sarapan.

"Kamu belum boleh sekolah hari ini."

"Ah nggak-nggak Letta mau sekolah hari ini, lagian Letta juga udah nggak papa kok"

"Arghhkk" geram Letta saat merasakan remasan pada bahu kiri Letta, lebih tepatnya pada lukanya.

"Bang Draco apa-apaan sih, sakit tau!"

"Katanya udah nggak papa, hm?"

Tapi nggak diteken juga kali bang.

Sikap kasar Draco ternyata masih melekat pada dirinya walaupun ketika bersama Letta, dan entah kenapa membuat sang sistem yang sedari tadi melihat peristiwa didepannya ini merasa was-was.

Ia bisa saja akan melukai tuannya ini suatu saat nanti, tapi semoga saja firasat sang sistem tidak terjadi di masa depan, semoga saja.

***Thanks For Reading***

Aletta TransmigrationWhere stories live. Discover now