14. Kau Tidur Dengannya?

1K 161 14
                                    

Part 14 Kau Tidur Dengannya?

Leon pikir akan bisa mengabaikan tanda tanyanya tentang sikap sang mama pada Anna pagi tadi, tetapi rupanya apa yang ia dapatkan di kantor semakin memperkerut firasatnya. 

“Entah dari mana mamamu mendapatkan informasi semacam itu, Leon.” Jawaban Jacob pun terasa aneh.

Mamanya jelas mengatakan bahwa Jacob sudah mempersiapkan posisi tersebut, dan ia juga sudah mengonfirmasinya lewat salah satu informannya di Singapore. Yang bahkan sudah ditandatangani oleh pria itu sendiri.

“Jadi tidak?” Leon tak melepaskan pandangannya dari kedua mata biru Jacob Thobias yang tampak lebih terang dibandingkan miliknya.

Jacob terkekeh. “Tentu saja tidak. Keberadaanmu di kantor pusat sangat dibutuhkan. Meski jika kau memenangkannya, itu akan menambah bebanmu. Kau tak masalah?”

Leon menggeleng singkat. Untuk sesaat keduanya saling pandang, Leon memutus kontak mata tersebut lebih dulu sebelum kemudian mendekatkan berkas yang ada di depannya. “Ini berkas yang paman butuhkan.”

Jacob membuka berkas tersebut sambil bertanya, “Bagaimana persiapanmu? Apakah semuanya sudah siap untuk minggu depan?”

Leon mengangguk. “99 persen.”

Jacob mengangguk, lagi-lagi kepuasan tersirat di kedua matanya. “Bagus. Kau memang tak pernah mengecewakan.”

*** 

Aleta merasa tak nyaman dengan pilihan gaun pesta yang diberikan Yoanna. Gadis itu sudah selesai menata rambut dan memoles make up tipis di wajahnya, tetapi masih tak juga mengganti jubah mandinya dengan gaun yang sudah diletakkan di tepi ranjang untuk ia pakai.

“Kau masih belum siap?” Leon yang baru saja memasuki kamar, menatap sang istri yang masih duduk terdiam.

Aleta mengangkat kepalanya. Mengamati penampilan Leon yang sudah rapi dan sempurna tampan dengan setelan tuxedo. Warna sapu tangan yang terselip di dada pun senada dengan gaun yang diberikan mama mertuanya. “Tidak bisakah aku tetap di rumah saja?”

“Tidak,” tegas Leon penuh penekanan. Langkahnya perlahan mendekat, meraih gaun di tepi ranjang. “Butuh bantuan?”

Aleta menggeleng. Mengambil gaun tersebut dan lekas berbalik ke arah kamar mandi. Menguncinya dari dalam, memastikan Leon tak akan menyusulnya.

*** 

Tidak seperti pesta perayaan yang biasa Aleta datangi, kali ini dirinya cukup menarik perhatian para tamu undangan dengan keberadaan Leon. Yang mendorong kursi rodanya. Tatapan semua orang sama seperti yang tertampil di pesta pernikahan. Senyum ketakjuban, ucapan selama, dan lebih banyak tatapan sinis dari para wanita.

Beberapa kali Leon berhenti, untuk menyapa dan sedikit mengobrol dengan klien maupun kolega bisnis. Juga dengan sesama direksi, yang memuji kecantikan alaminya.

Aleta hanya memberikan seulas senyum tipis akan kepura-puraan mereka. Ia tentu saja sangat menyadari dirinya yang tidak cantik, dan tidak sempurna. Hingga akhirnya ketidak nyamanan tersebut segera berakhir ketika ia menemukan mama dan papanya di antara kerumunan para tamu. Sang mama lebih dulu menyadari keberadaannya dan langsung menghampiri.

Wajah Monica seketika berubah murung dengan gaun yang dikenakan Aleta. “Mama sudah memperingatkan Yoanna untuk membiarkanmu memilih gaunmu sendiri, Aleta. Apakah dia memaksamu?” gerutunya tanpa sungkan di hadapan Leon.

Aleta segera mengeleng dengan gerutuan sang mama. “T-tidak, Ma. Aleta menyukainya. Lagipula tante Yoanna sudah bersusah payah menyiapkannya. Aleta tak mungkin mengabaikan …”

Bukan Sang PewarisWhere stories live. Discover now