38 Berlian Mamora

948 159 8
                                    

Part 38 Berlian Mamora

Aleta hanya berbaring di ranjang sejak Leon pergi tiga jam yang lalu. Sama sekali tak berminat melakukan apa pun, terutama dengan Leon yang tak akan mengganggunya hingga besok siang. Betapa ia berharap perjalanan bisnis Leon lebih lama lagi dan ia bisa memiliki lebih banyak waktu untuk tenggelam dalam patah hatinya.

Sejak tadi pagi, pikirannya tak berhenti dipenuhi tentang keadaan Bastian. Bayangan kesedihan di wajah pria itu tak pernah lenyap dari benaknya. Masih terasa nyata di ingatannya. Mengiris hatinya hingga tak ada lagi yang bisa dihancurkan.

Suara bel apartemen membangunkan Aleta yang baru saja tertidur. Kepalanya terasa pusing. Terlalu banyak berbaring dan belum menyuapkan apa pun ke dalam mulut selain segelas susu ibu hamilnya.

Setelah duduk sejenak untuk meredakan rasa pusing di kepala, ia lekas keluar dari kamar dan membuka pintu.

"Aleta?" Yoanna tersenyum lebar dan langsung membuka kedua lengan untuk memeluk Aleta begitu pintu dibuka. "Kau tidur?"

Aleta mengangguk, merasa malu terpergok bermalas-malasan saat sang mertua berkunjung.

"Leon sudah berangkat, kan?"

Aleta mengangguk lagi.

"Kenapa kau terlihat begitu lesu. Kau sudah makan siang?"

Aleta menggeleng.

"Baguslah. Kalau begitu kita makan di luar. Ganti bajumu." Yoanna menarik lengan Aleta. Masuk ke dalam kamar, memilihkan salah dress di dalam lemari, senada dengan tas dan sepatu.

Aleta pun tak punya pilihan selain bersikap patuh.

*** 

Setelah makan di salah satu restoran, Yoanna mengajak Aleta berjalan-jalan ke mall. Singgah di toko peralatan bayi untuk membeli semua kebutuhan menyambut persalinan. 

"Hari perkiraan lahir masih dua bulan lagi, Ma," tolak Aleta meski semua persiapan menyambut hari kelahiran sudah hampir semuanya disiapkan olehnya dan Bastian di rumah sederhana itu. 

"Dua bulan adalah waktu yang sebentar. Dan melihat kesibukan Leon, dia tak mungkin memiliki waktu untuk melakukan hal semacam ini." Yoanna menarik lengan Aleta. Masuk ke dalam toko besar yang menyediakan berbagai peralatan ibu dan anak. "Apalagi jenis kelaminnya sudah jelas. Laki-laki."

Aleta lagi-lagi tak berkutik dengan paksaan sang mertua. Membawanya berkeliling seluruh toko. Membeli apa pun yang terlihat bagus. 

Tak hanya sampai di situ, setelah semua belanjaan diangkut oleh sopir dan dibawa pulang. Yoanna membawa Aleta ke butik. Meminta sang menantu mencoba berbagai model pakaian.

"Mama baru menyadarinya, kau memang cantik," puji Yoanna dengan dress warna baby pink yang dikenakan Aleta. "Baju ini terlihat sempurna saat kau yang memakainya. Bahkan dengan perut besarmu. Kau menyukainya?"

Aleta memberikan satu anggukan pelan.

"Baiklah." Yoanna berpindah ke gantungan baju yang lain. Memilah-milah beberapa, lebih banyak yang diambil dibandingkan dengan yang ditinggalkan. "Kami ambil semua ini."

"Tidak perlu, Ma," tolak Aleta saat sang mertua menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam pada pelayan toko.

"Ck, diamlah. Semua bukan apa-apa dibandingkan dengan apa yang kau lakukan saat ini untuk Leon."

Aleta tak benar-benar memahami apa yang dikatakan oleh sang mertua. Tetapi ketika Yoanna maju satu langkah, mengelus perutnya yang besar.

"Kau mengandung anak laki-lakinya."

Bukan Sang PewarisWhere stories live. Discover now